6 Sutradara Asal Korea yang Jadi Langganan Festival Film Dunia

Park Chan Wook dijuluki sebagai Quentin Tarantino-nya Korea Selatan, karena film-filmnya yang banyak menunjukkan kekerasan dan kebrutalan manusia.

Ia memperoleh pengakuan dunia internasional berkat filmnya yang berjudul Oldboy (2004). Ia berhasil memperoleh penghargaan Grand Prix dari Cannes Film Festival berkat film tersebut. Ia bahkan mendapat pujian dari Quentin Tarantino, yang kebetulan saat itu merupakan salah seorang juri untuk festival film tersebut.

Beberapa karyanya yang terkenal antara lain Sympathy for Mr. Vengeance (2002), Oldboy (2003), Lady Vengeance (2005), dan yang terbaru adalah The Handmaiden (2016).

Lee chang dong sudah mulai dikenal di dunia perfilman dunia sejak ia meluncurkan film pertamanya, Green Fish, pada tahun 1993. Sejak saat itu, setiap film yang ia kerjakan selalu berhasil menarik perhatian para penikmat film Internasional.

Pada tahun 2003, ia ditunjuk untuk menjadi Menteri Kebudayaan Korea Selatan. Setelah masa jabatannya selesai, ia pun kembali aktif menjalani perannya sebagai seorang sutradara.

Film terbarunya yang berjudul Burning terbit pada tahun 2018 yang diangkat dari cerita pendek karya Haruki Murakami. Selain mendapat penghargaan dari berbagai ajang film internasional, Burning juga merupakan film pertama dari Korea Selatan yang masuk hingga ke tahapan 9 besar shortlist film untuk kategori Film Berabahasa Asing Terbaik.

Hong Sang Soo diberi julukan sebagai "Pria dari Cannes"oleh para media Korea Selatan. Hal ini karena lebih dari delapan film yang pernah dibuatnya berhasil mendapat nominasi di Cannes Film Festival.

Beberapa diantaranya, seperti filmnya yang berjudul Hahaha (2010), Oki's Movie (2011), dan On The Beach at Night Alone (2017) bahkan mendapat penghargaan pads berbagai festival film internasional.

Hong Sang Soo sering mengeksplorasi hubungan antar manusia sebagai tema utama untuk film-filmnya, terutama hubungan antara pria dan wanita.

Kim Ki Duk merupakan sutradara pertama dari Korea Selatan yang berhasil memenangkan penghargaan dari ketiga festival film terbesar di dunia.

Ia memenangkan Golden Lion dari Venice International Film Festival untuk filmnya yang berjudul Pieta (2012). Silver Bear dari Berlin International Film Festival untuk filmnya yang berjudul Samaria (2014). Ia juga berhasil menang untuk kategori Un Certain Regard pada Cannes Film Festival untuk film dokumenternya yang berjudul Arirang (2011).

Film-film karya Kim Ki Duk biasanya ditandai dari budgetnya yang relatif rendah, serta tema utama seputar seni dan seksualitas.

Bong Joon Ho merupakan seorang master di genre Thriller/Suspense. Semua film hasill karyanya dapat membuat penonton merasa tegang dan penasaran akan apa yang akan terjadi berikutnya.

Film-film yang ia buat cenderung mendapatkan apresiasi tinggi baik dari kritikus maupun dari penonton. Banyak film yang ia buat mendapatkan status sebagai film-fillm dengan pendapatan terbesar di Korea.

Beberapa filmnya yang wajib untuk ditonton antara lain. Memories of Murder (2003), The Host (2006), Mother (2009), Snowpiercer (2013), dan juga Parasite (2019). Parasite sendiri merupakan film asal korea pertama yang berhasil memenangkan Palm d'Or, penghargaan tertinggi dari Cannes Film Festival.

Diantara sutradara-sutradara yang berada di daftar ini, Kim Jee Woon merupakan satu-satunya sutradara yang telah berhasil menunjukkan keahliannya pada berbagai genre film.

The Foul King (2000) untuk genre komedi, A Tale of Two Sisters (2002) untuk genre horror, The Good, The Bad, and The Weird (2008) untuk genre korean-western, I Saw The Devil (2010) untuk genre thriller, serta The Age of Shadows (2016) untuk film mata-mata layaknya James Bond.

Film-film Kim Jee Woon tidak hanya berhasil secara finansial, tapi juga mendapat pengakuan dari dunia perfilman internasional.