7 Film Coming-Age Berlatar Negara Berkembang yang Sukses Bikin Baper

Film asal Vietnam ini jadi primadona di beberapa festival film pada tahun 2015. Diadaptasi dari sebuah novel best-seller, film ini juga dinobatkan sebagai film paling memanjakan mata yang pernah ada. Berlatarkan tahun 80an, kamu akan diajak mengikuti petualangan dua kakak beradik bernama Thieu dan Tuong. 

Sejak kecil mereka sangat dekat dan rukun, namun semua berubah sejak seorang gadis baru pindah ke desa mereka. Mereka berdua jadi membangun kompetisi yang tidak sehat untuk merebut perhatian sang bunga desa baru. Terdengar sederhana, tetapi ini salah satu film yang sukses bikin penonton bernostalgia. 

Bukan film percintaan remaja biasa, film coming-age asal Thailand ini sama dengan judulnya punya ide cerita yang jenius. Kisahnya dimulai dari Lynn, seorang siswa cerdas istimewa yang tak perlu belajar keras untuk dapat nilai bagus.

Lain dengan kawannya, seorang gadis kaya yang sering malas. Lynn pun melihat keberadaan anak-anak berduit nan malas ini sebagai peluang untuk bisa menambah uang jajan. 

Awalnya, ia hanya bermaksud menjadi tutor mereka. Namun, itu terlalu lama dan repot. Ia pun mengubah pola bisnisnya jadi berjualan jawaban ujian. Saat ada proyek besar, ia pun mengajak salah satu siswa cerdas lain bernama Bank sebagai partner-nya. 

Dengan ide cerita yang segar, sinematografi di atas rata-rata, dan akhir cerita yang tragis, film ini pun wajib ditonton. 

Dikenal pula dengan judul A Gift, film karya sutradara Aditya Ahmad ini mengisahkan seorang anak SMP bernama Isfi yang bisa dengan santai memakai celana panjang saat bermain bersama kawan laki-lakinya. Namun, saat ia bermain ke rumah sahabatnya yang bernama Nita ia harus menggunakan kerudung atau hijab. Cerita kemudian berlanjut ke rencana Isfi untuk memberikan sebuah kado kejutan untuk Nita di kamarnya.

Film ini berhasil menampilkan sebuah bentuk krisis identitas yang dialami Isfi bersanding dengan lingkungan konservatif tempatnya tinggal. Dengan kualitas cerita dan performa para aktor remajanya, film ini berhasil menang di Venice Film Festival 2018 lalu. 

Film coming-age satu ini berlatarkan sebuah desa dengan tradisi leluhur kuat di Kamboja. Seorang anak laki-laki pun jadi sasaran kemarahan warga yang menganggapnya sebagai pembawa sial. Beberapa kali kehadirannya memang pas dengan sebuah ketidakberuntungan. Ingin membuktikan bahwa ia bukan pembawa sial, sang anak pun bertekad mengikuti sebuah kompetisi peluncuran roket bertaraf nasional. 

Bergenre drama yang menyentuh dan caci maki warga yang bikin sebal, film karya seorang sutradara Australia ini adalah tontonan yang heart-warming sekaligus eye-opening. 

Dari Asia, mari meluncur ke Eropa Timur, tepatnya di sebuah pedesaan di Albania. Tinggalah Rudina dan Nik, anak tertua dari sebuah keluarga sederhana. Ayah mereka menjalankan bisnis pengantaran roti untuk hidup. Kehidupan mereka berubah setelah ayah mereka terlibat dalam sebuah pembunuhan.

Sang ayah memang bebas dari hukuman penjara. Hanya saja, sejak saat itu keluarga mereka menjadi musuh bersama di desanya. Menurut hukum adat, tak ada laki-laki dari keluarga yang diizinkan keluar rumah. Hanya Rudina sebagai satu-satunya perempuan di keluarga yang harus menjalankan bisnis untuk bisa bertahan hidup. Sementara, Nik dan adik-adiknya harus jadi sasaran kemarahan warga dan dijauhi kawan-kawannya. 

Meski tak berlatar di negara berkembang, ini adalah kisah sebuah keluarga migran asal Meksiko. Mereka terdiri ayah, ibu, dan tiga orang anak laki-laki. Ketiganya tak terpisahkan, hingga suatu saat orang tua mereka memutuskan untuk pisah rumah. 

Di masa krisis ini, dua saudara tertua Manny dan Joel menjadi sosok yang bandel. Sementara, Jonah, si anak bungsu berusaha lari dari kenyataan dengan mengandalkan imajinasinya tentang keluarganya yang utuh. Film coming-age ini menggunakan beberapa lapis unsur, termasuk magical realism dan beberapa efek animasi. Semuanya membentuk rangkaian cerita penuh air mata, tawa, dan mimpi. 

Terakhir, ada sebuah film berlatarkan Teheran, Iran yang karakternya terdiri dari seorang anak laki-laki difabel netra bernama Mohammad dan ayahnya. Mohammad selama ini bersekolah di yayasan khusus difabel netra dan tiap liburan ia akan dijemput ayahnya pulang. 

Pulang ke desanya adalah hal yang paling ia tunggu-tunggu, sayangnya sang ayah selama ini selalu malu dengan keadaannya. Bahkan sang ayah sudah mempersiapkan pernikahan dengan seorang wanita. Tanpa persetujuan keluarga lainnya, sang ayah berencana membuang Mohammad untuk tinggal bersama seorang tukang kayu di tengah hutan. Kisah Mohammad ini tak kalah mengharukan dan mirisnya seperti Children of Heaven (1997).

Butuh hiburan yang jauh dari glamornya Hollywood, tonton tujuh film coming-age di atas saja.