Dikenal sebagai pentolan band terkenal, bukan berarti seorang musisi puas dengan pencapaiannya. Banyak dari mereka yang tak ragu menguji peruntungan lain lewat proyek musik sampingan atau karier solo.
Seperti sembilan pentolan band top berikut ini yang seakan punya waktu lebih dari 24 jam sehari untuk berkarya.
Damon Albarn dikenal lebih dulu sebagai vokalis band Blur. Band asal Inggris tersebut sangat populer di era 90an dan hingga kini masih aktif. Selain jadi punggawa penting di Blur, Damon juga punya proyek lain yang kita kenal dengan nama Gorillaz.
Band virtual tersebut tak kalah produktifnya dibandingkan Blur sejak kemunculannya di awal tahun 2000an. Bisa dibayangkan betapa kreatif dan sibuknya Damon Albarn.
Dari tanah air, tentu kamu sudah mengenal Baskara Putra. Sama dengan Damon Albarn, ia dikenal lebih dulu lewat band yang ia gawangi, .Feast.
Di tengah popularitas band rok alternatif tersebut, Baskara masih sempat merilis proyek lainnya yang ia namai Hindia. Di Hindia, ia mencoba mengeksplorasi musik pop.
Hayley Williams adalah vokalis dan ikon penting band Paramore. Band emo rok yang digilai banyak pemuda dan pemudi di tahun 2000an itu masih aktif sampai sekarang. Album terbaru mereka rilis tahun 2017 lalu meski mengalami evolusi.
Sebenarnya selama nge-band, Hayley sempat mengisi vokal alias berkolaborasi dengan musisi lain atas namanya sendiri. Barulah di tahun 2020 kemarin, Hayley akhirnya melebarkan sayapnya di industri musik dengan merilis album solo. Selain karir solo, Hayley juga sedang menggarap sebuah brand produk haircare.
Selain jadi frontman dan penulis lagu utama untuk band Arctic Monkeys, Alex Turner juga merilis proyek sampingan di tahun 2008 bersama beberapa pentolan band top lain seperti Miles Kane dari The Rascals, James Ford dari Simian, dan Zach Dawes dari Mini Mansions.
Jika Arctic Monkeys fokus pada genre garage dan rok psikedelik, The Last Shadow Puppets dilabeli sebagai band baroque pop.
Travis Barker memulai karirnya sebagai drummer band Blink-182. Namun, namanya juga sering dicatut sebagai kolaborator untuk beberapa lagu dari musisi atau band lain sejak lama. Menariknya, ia bekerjasama dengan musisi dari berbagai genre, termasuk rap dan hiphop, selain musisi rok.
Begitu pula dengan rekan sejawatnya, Mark Hoppus mengandalkan bakatnya bermain bass, menyanyi, dan menulis lagu untuk melebarkan sayap di luar Blink-182. Mark sering banget berkolaborasi dengan band dan musisi lain.
Di tahun 2019, Mark berkolaborasi dengan Alex Gaskarth dari All Time Low untuk menggarap proyek sampingan bernama Simple Creatures. Sejauh ini, duo tersebut sudah merilis dua EP.
Tak cukup jadi frontman dan penulis lagu di band punk-rock All Time Low, Alex Gaskarth menjadi partner Mark Hoppus di Simple Creatures. Keduanya sama-sama mengisi vokal di proyek duo pop-rock tersebut.
Soundgarden adalah proyek debut Chris Cornell sebagai musisi di tahun 1980 hingga 2000an. Band tersebut sempat vakum beberapa tahun dan Chris pun menggarap proyek sampingan bernama Audioslave, bersama para anggota band Rage Against the Machine, yang kehilangan vokalis utama mereka.
Sebenarnya, kedua band yang digawangi Chris Cornell punya genre yang mirip yaitu grunge dan hard rock, tetapi Audioslave dipengaruhi sedikit sentuhan musik funk dan soul.
Pentolan band Linkin Park, Mike Shinoda, juga pernah merilis proyek sampingan bernama Fort Minor di tahun 2000an.
Berbeda dengan Linkin Park yang fokus pada musik nu metal dan rok elektronik, Fort Minor merupakan ekspresi kreativitas Mike Shinoda di genre hiphop serta rap. Beberapa single Fort Minor sukses di pasaran dan ikonik di masanya.
Sembilan musisi di atas seakan menantang kita untuk tetap produktif. Kalau bisa keduanya, kenapa harus pilih salah satu?