TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menampar, Ini 8 Film Dokumenter Underrated Terbaik yang Pernah Rilis

#IDNTimesHype Tonton sekali duduk

Adegan film Cartel Land (Dok. Our Time Projects)

Film dokumenter memang jarang yang sukses secara komersial, tetapi keberadaannya sangat dibutuhkan. Tak hanya sekadar film dengan sinematografi memukau, dokumenter merupakan karya jurnalistik yang membuka mata. 

Banyak isu dan fakta yang sebelumnya tidak pernah kita tahu akhirnya diungkap lewat film dokumenter. Kamu mungkin sudah nonton The Act of Killing, One Child Nation, Citizenfour, dan American Factory yang ramai dibicarakan. Kalau butuh referensi tambahan, coba delapan film dokumenter underrated berikut. Gak kalah nampar isunya. 

1. Camorra 

Camorra adalah film rilisan tahun 2018 yang premier di ajang festival film dokumenter terbesar dunia, International Documentary Film Festival Amsterdam (IDFA). Film ini merupakan kompilasi footage lawas berkenaan dengan potret kehidupan masyarakat Napoli selama rentang waktu 1960-1990an. 

Sudah jadi rahasia umum bahwa Napoli merupakan salah satu kota markas mafia terbesar di Italia dengan klan paling berkuasa bernama Camorra. Lewat video berdurasi kurang lebih 90 menit ini, penonton diajak menilik asal mula munculnya mafia di kota tersebut. Film ini tersedia di Amazon Prime. 

2. Seapiracy

Dirilis Maret 2021 lalu di Netflix, Seapiracy mencuri perhatian setelah dengan berani menampilkan sisi gelap dari industri perikanan di beberapa negara. Bahkan sang pembuat film, Ali Tabrizi turut mempertanyakan label sustainable yang sudah digenggam sejumlah produsen makanan laut. 

Dapat banyak pujian, film ini tak luput dari kritik pedas pengawas dan produsen makanan laut yang sudah berlabel sustainable. Jika suka film ini, coba juga film Blackfish yang bertema serupa.

3. Framing Britney Spears 

Selain masalah lingkungan dan kriminalitas, film dokumenter terkadang mengangkat public figure sebagai subjek mereka. Selain Amy Winehouse dan Kurt Cobain, fakta kelam kehidupan Britney Spears pun ikut dikuak lewat film garapan The New York Times. Beberapa tahun belakangan, tagar Free Britney memang viral di media sosial. Semua terkait dengan konspirasi warganet bahwa Britney hidup bak tawanan setelah ayahnya memegang hak conservatorship atas putrinya. 

Di film ini, semua konspirasi dan isu yang berkaitan dengan Britney dikupas lewat fakta dan testimoni orang-orang terdekat Britney sejak ia memulai kariernya di usia remaja. 

Baca Juga: 7 Dokumenter di HBO Ini Diangkat dari Kasus Kriminal Populer

4. Kedi 

Kedi merupakan film yang masuk dalam salah satu film terlaris sepanjang tahun 2017 versi majalah Time. Film ini mencoba meneropong kota Istanbul lewat kacamata kucing-kucing liar yang mendiami relung-relung terdalam kota tersebut. Tak hanya mengikuti kucing, pembuat film turut mewawancarai beberapa warga yang kerap berinteraksi dengan mereka. Sepele, tapi mengena. 

5. Welcome to Chechnya

Dokumenter yang akan tayang Juni nanti di HBO tersebut mengikuti usaha penyelamatan sejumlah pemuda dari komunitas LGBTQ yang mendapat kekerasan fisik dari aparat setempat. Topiknya cukup sensitif dan butuh tekad ekstra untuk mewujudkan film ini. Para pembuat film harus menggunakan kamera-kamera tersembunyi untuk mendapatkan visual yang dibutuhkan.

Mengingat ia berlatarkan Chechnya, salah satu wilayah otonom di Rusia yang dikenal karena perang besar di tahun 90an dan hingga kini masih kental akan budaya militer. 

6. My Octopus Teacher

Film dokumenter underrated berikutnya merupakan pengalaman Craig Foster, sang pembuat film saat mengamati dan akhirnya berkawan dengan seekor gurita liar di perairan Afrika Selatan. Disyuting dalam jangka waktu setahun secara berkala, film ini berhasil menyabet gelar Best Documentary Feature pada ajang Academy Awards ke-93 kemarin.

7. The Salt of the Earth

The Salt of the Earth mengambil narasi tentang eksploitasi lingkungan dan tenaga kerja di Amerika Selatan dan Afrika. Lewat lensa fotografer Sebastian Salgado, kita diajak menilik berbagai masalah alam yang mengancam manusia karena eksploitasi berlebihan.

Uniknya, Salgado awalnya adalah seorang ekonom yang kemudian banting setir menjadi fotografer profesional dan akhirnya memilih untuk mendedikasikan hidupnya untuk membantu reboisasi hutan. Semuanya setelah ia berkelana dan melihat kehancuran dunia karena berbagai perang dan hal lain yang dilakukan manusia. 

Baca Juga: Legal Semua, 5 Dokumenter Konser Artis KPop yang Tersedia di YouTube 

Verified Writer

Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya