6 Film Indonesia Padukan Kisah Cinta dalam Balutan Militer yang Apik!

2. I Leave My Heart in Lebanon (2016)

Film ini mengedepankan cerita prajurit TNI yang ditugaskan ke Lebanon sebagai bagian dari Pasukan Perdamaian PBB yang disebut dengan Kontingen Garuda. Tidak terlalu fokus pada perang antara Israel dan Lebanon, di sini peran TNI yang diceritakan lebih berfokus pada bantuan sosial pada penduduk Lebanon korban perang.

Tersebutlah Satria yang diperankan oleh Rio Dewanto. Ia ditugaskan untuk menjalankan misi kemanusiaan ini ketika selangkah lagi naik pelaminan bersama sang kekasih, Diah yang diperankan Revalina S. Temat. 

Tidak hanya menunjukkan bagaimana sulitnya hubungan cinta anggota TNI yang hampir menikah, film ini juga menampilkan seorang ayah yang harus bertugas di daerah perang dan selalu cemas menunggu berita kelahiran sang anak. Nih buat kamu yang menjain hubungan sama anggota TNI, udah sanggup belum ditinggal nugas?

3. Doea Tanda Cinta (2015)

Bagus diperankan oleh Fedi Nuril merupakan anak kampung yang nakal dan pemalas. Ia pun terinspirasi menjadi TNI setelah ditantang oleh sang ibu. Bagus bertemu dengan Mahesa saat mereka sama-sama menjadi siswa di Akademi Militer. Mahesa yang diperankan oleh Rendy Kjaernett merupakan anak perwira berpangkat tinggi namun selama hidupnya hanya bersenang-senang saja. Berbeda dengan Bagus, hingga saat pelatihan pun Mahesa masih terbawa kebiasaannya yang manja dan malas-malasan itu sehingga ia menjadi penyebab kelompoknya dihukum.

Semua berubah saat mereka berdua bertemu Laras yang diperankan Tika Bravani. Mahesa menjadi bersungguh-sungguh menyelesaikan pendidikannya dan mereka berdua bersaing dalam hal prestasi. Hanya saja, Mahesa lebih berani dan Bagus yang menyadari perasaan temannya itu pun mundur perlahan. Saat Mahesa hendak menjalankan misi yang entah bisa pulang atau tidak pun ia menyempatkan diri menghubungi dan menyatakan perasannya sekali lagi. Kepada siapa hati Laras akan berlabuh?

4. Badai di Ujung Negeri (2011)

Berbeda dengan ketiga film sebelumnya, film kali ini mengisahkan tentang anggota TNI Angkatan Laut. Menceritakan tentang Badai,seorang marinir yang dahulu pernah berduka mendalam setelah ditinggalkan oleh sahabatnya sejak kecil, Nugi. Kematian Nugi yang mendadak juga membuat Joko, sang kakak, menyimpan dendam terhadap Badai namun Joko juga menjadi seorang prajurit sekarang. Mereka pun dipertemukan saat bertugas di daerah pesisir. Badai dan Joko harus berkutat dengan kasus terapungnya mayat misterius. Keadaan semakin memuncak kita anak penduduk lokal tertembak. Mereka harus memecahkan kasus tersebut di tengah konflik emosi.

Usut punya usut, kejahatan tersebut dilakukan oleh sindikat perdagangan manusia dan senjata. Badai saat itu sedang dekat dengan gadis setempat, Anisa. Malangnya, Anisa juga tidak sengaja terseret ke dalam sindikat kejahatan tersebut. Bagaimana Badai dapat menyelamatkan Anisa dengan atau tanpa bantuan Joko?

Film yang tayang 9 tahun lalu ini dibintangi Arifin Putra, Yama Carlos hingga Astrid Tiar yang menjadi debut filmnya. Badai di Ujung Negeri memakan waktu kurang lebih 3 bulan untuk proses syutingnya yang berlokasi di Pulau Bintan.

5. Perwira dan Ksatria (1991)

Jauh sebelum angkatan darat dan angkatan laut, Angkatan Udara telah lebih dulu diangkat kisahnya dalam sebuah film bertajuk Perwira dan Ksatria. Diperankan oleh artis papan atas pada zamannya, Dede Yusuf sebagai Ronaldi, Donny Damara sebagai Prasojo, dan Dian Nitami sebagai Laras, film ini memperkenalkan TNI AU dan peralatan tempurnya. Film ini juga memberikan pesan bahwasanya siapa pun bisa menjadi prajurit TNI AU tanpa memandang dari mana ia berasal. Ronaldi yang berasa dari keluarga mampu dan Prasojo yang berasal dari keluarga miskin namun keduanya dapat menjadi taruan Akademi Angkatan Udara yang sekarang sudah menjadi Akademi Militer menggabungkan angkatan darat, laut, udara. Kisah romansa pun dihadirkan sebagai bumbu film ini antara Ronaldi dan Laras, seroang putri penjual gudeg. Bisa bayangkan adegan-adegan di pesawat udara pun harus melibatkan para pilot anggota TNI AU sungguhan karena pada saat itu belum ada drone.

Film yang begitu megah menghadirkan dunia kerdirgantaraan militer Indonesia ini pun dinominasikan dalam 4 kategori pada Festival Film Indonesia tahun 1991. Perwira dan Ksatria pun disebut sebagai Top Gun-nya Indonesia, lho!