film Vina: Sebelum 7 Hari (instagram.com/vinasebelum7hari)
Dalam wawancara yang sama, Anggy juga menjelaskan soal keterlibatan pihak keluarga korban dengan rumah produksi dalam penulisan cerita hingga pembuatan film, sebab mendapatkan izin saja dirasa tidak cukup. Keluarga harus mengetahui apa saja yang akan diangkat, apa konsekuensinya, dan memahami dengan jelas bahwa film ini merupakan film komersil yang berujung pada pendapatan profit/keuntungan. Menanggapi hal ini, Anggy menyebut skenario film Vina telah mendapat persetujuan dari keluarga.
"Dari awal proses penulisan skenario, saya dan penulis benar-benar mengikuti keseluruhan kisah yang keluarga jabarkan dengan detail. Pastinya pihak keluarga sudah diinformasikan dan menyetujui skenario film dan juga sudah menonton hasil jadi film sebelum diedarkan," terangnya.
Anggy tetap kukuh dengan keyakinannya bahwa film Vina dibuat demi kebaikan banyak pihak. Bagi Anggy, film ini punya lebih banyak manfaat dibanding keburukannya.
"Kami semua pun setuju bahwa dengan dibuatnya film ini hanya akan membawa kebaikan pada banyak pihak di mana tidak ada satu pihak pun yang dirugikan. Secara personal pun saya mengerjakan film ini dengan menyadari bahwa akan jauh lebih banyak manfaat yang hadir dari dibuatnya film ini dibanding mudaratnya," tutup sutradara 43 tahun tersebut.
Film Vina: Sebelum 7 Hari sudah meraih lebih dari 1 juta penonton di hari ketiga penayangannya. Banyak netizen yang masih menyayangkan keberadaan film ini, karena berbagai alasan, termasuk Kalis Mardiasih, aktivis perempuan yang menyebut bahwa film komersil yang berorientasi pada profit tidak sama dengan mencari keadilan.