Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret Anggi Umbara dalam press conference film Vina: Sebelum 7 Hari di XXI Epicentrum, Senin (6/5/2024) (dok. IDN Times/Rani Asnurida)
potret Anggi Umbara dalam press conference film Vina: Sebelum 7 Hari di XXI Epicentrum, Senin (6/5/2024) (dok. IDN Times/Rani Asnurida)

Jakarta, IDN Times - Anggy Umbara selaku sutradara Vina: Sebelum 7 Hari memberikan tanggapannya terkait sejumlah kritik yang mengalir untuk film terbarunya. Sejak sebelum rilis hingga penayangan, banyak pihak menyayangkan keberadaan film yang dianggap mengeksploitasi tragedi nyata ini.

Kepada IDN Times, sang sutradara pun menolak bila film Vina dianggap sebagai eksploitasi dan memberikan alasan mengapa tidak membuat kasus ini sebagai film dokumenter. Ia juga menanggapi kritik terkait keterlibatan pihak keluarga yang mengaku sudah memberikan izinnya.

1. Anggy Umbara membebaskan semua pihak untuk memberi komentar terhadap film Vina

film Vina: Sebelum 7 Hari (Instagram.com/deecompany_official)

Sejumlah akun komunitas film dan influencer media sosial menolak untuk memberikan ulasannya terhadap film Vina: Sebelum 7 Hari sebagai bentuk boikot. Ada juga yang muncul menumpahkan keresahan dan kritiknya terhadap film ini. Anggy Umbara mengaku bahwa ia menerima segala masukan dan sikap tersebut.

"Hak masing-masing individu atau institusi untuk berpendapat dan tidak me-review, dan saya sangat menghargai perbedaan pendapat. Jadi silakan lakukan hal-hal yang sesuai dengan haknya masing-masing tanpa harus menginvasi atau menjajah hak orang lain, apalagi sampai ada kata-kata kasar, kotor, sumpah serapah atau hal-hal toxic lainnya terhadap pihak yang berbeda pendapat," katanya saat dihubungi IDN Times pada Minggu (12/5/2024).

2. Film Vina dianggap eksploitasi tragedi, Anggy Umbara tak terima dan menyebutnya berlebihan

film Vina: Sebelum 7 Hari (Instagram.com/deecompany_official)

Salah satu kritik yang hangat dibicarakan di media sosial adalah eksploitasi tragedi dalam film Vina. Film ini dianggap mengambil keuntungan dari kisah tragis seorang perempuan yang menjadi korban pemerkosaan dan pembunuhan. Namun, Anggy merasa kritikan tersebut berlebihan. Menurutnya, film Vina tidak sesuai dengan pengertian eksploitasi yang mengarah kepada pemerasan.

"Pastinya banyak arti dari kata eksploitasi tersebut yang bertentangan dari apa yang kami lakukan ya, di mana yang kami lakukan sama sekali tidak ada penghisapan, tidak ada pemerasan, tidak ada kesewenang-wenangan, dan pastinya ada keadilan dan kompensasi kesejahteraan di sini. Jadi kata eksploitasi tersebut sangat berlebihan dan pastinya tidak valid ya untuk menerjemahkan apa yang kami lakukan," jelasnya melalui WhatsApp. 

"Jadi alangkah baiknya untuk tidak menempelkan, melabelkan atau menggunakan kata itu kalau tidak benar-benar tahu artinya, karena nantinya hanya akan terjadi fitnah, penyebaran kebencian, pembunuhan karakter, yang hanya akan berakibat buruk untuk banyak pihak," tambahnya.

3. Alasan Film Vina bukan film dokumentar dan memilih menggunakan nama asli korban

film Vina: Sebelum 7 Hari (Instagram.com/nayladpurnama_official)

Anggy Umbara menjawab keresahan netizen terkait genre film Vina. Banyak orang berpendapat, jika ingin mencari keadilan, kasus ini lebih baik dibuat sebagai dokumenter true crime.

"Saya bukan sutradara film domumenter, jadi kalau saya ditawarkan untuk membuat film dokumentar pasti saya tolak, karena bukan keahlian saya," ucapnya.

Sang sutradara juga menjelaskan alasan penggunaan nama asli korban dalam film ini yang ramai menuai kritik. Meski diangkat dari kisah nyata, penggunaan nama asli korban dianggap tidak etis dan tidak menghormati mendiang.

"Untuk judul adalah keputusan produser yang sudah disepakati oleh banyak pihak. Film ini memakai nama almarhumah Vina, karena memang film ini menceritakan kisah nyata dari hidup almarhumah dan juga untuk menghindari kebingungan dan kesalahpahaman, di mana salah satu harapan dibuatnya film ini adalah untuk membuat kasus korban kembali diusut sampai tuntas, secara otak dari kejahatan bersama beberapa pelaku lainnya masih bebas berkeliaran, dan juga tidak ada keberatan dari keluarga untuk memakai nama korban dan juga nama-nama lainnya di dalam keluarga sebagaimana di kehidupan nyata," lanjut Anggy.

4. Anggy menegaskan tidak ada penolakan dari pihak keluarga

film Vina: Sebelum 7 Hari (dok. Dee Company)

Anggy Umbara juga menyebut bahwa sejak awal tidak ada penolakan dari pihak keluarga terkait proses pembuatan film ini. Ia mengklaim, ada kesamaan harapan dan tujuan antara keluarga dan pihak produksi, yakni meningkatkan kewaspadaan dan memberikan pelajaran kepada penonton. Sebelumnya, beredar kabar bahwa ada keluarga korban yang menolak pembuatan film ini.

"Dari awal proses pembuatan sampai sekarang, keluarga selalu hangat menerima kehadiran kami dan membantu proses film ini dibuat. Sama sekali saya tidak menemukan ada penolakan atau rasa keberatan dari mereka. Harapan mereka adalah sama dengan kami, yaitu untuk mengangkat awareness, kewaspadaan, dan mengambil pelajaran dari kisah tragis almarhumah dan untuk supaya kasus almarhumah bisa diusut sampai tuntas hingga otak serta sisa pelaku bisa tertangkap," kata sutradara yang pernah meraih Piala Citra ini.

5. Keterlibatan keluarga korban dalam penulisan dan pembuatan film Vina

film Vina: Sebelum 7 Hari (instagram.com/vinasebelum7hari)

Dalam wawancara yang sama, Anggy juga menjelaskan soal keterlibatan pihak keluarga korban dengan rumah produksi dalam penulisan cerita hingga pembuatan film, sebab mendapatkan izin saja dirasa tidak cukup. Keluarga harus mengetahui apa saja yang akan diangkat, apa konsekuensinya, dan memahami dengan jelas bahwa film ini merupakan film komersil yang berujung pada pendapatan profit/keuntungan. Menanggapi hal ini, Anggy menyebut skenario film Vina telah mendapat persetujuan dari keluarga.

"Dari awal proses penulisan skenario, saya dan penulis benar-benar mengikuti keseluruhan kisah yang keluarga jabarkan dengan detail. Pastinya pihak keluarga sudah diinformasikan dan menyetujui skenario film dan juga sudah menonton hasil jadi film sebelum diedarkan," terangnya.

Anggy tetap kukuh dengan keyakinannya bahwa film Vina dibuat demi kebaikan banyak pihak. Bagi Anggy, film ini punya lebih banyak manfaat dibanding keburukannya.

"Kami semua pun setuju bahwa dengan dibuatnya film ini hanya akan membawa kebaikan pada banyak pihak di mana tidak ada satu pihak pun yang dirugikan. Secara personal pun saya mengerjakan film ini dengan menyadari bahwa akan jauh lebih banyak manfaat yang hadir dari dibuatnya film ini dibanding mudaratnya," tutup sutradara 43 tahun tersebut.

Film Vina: Sebelum 7 Hari sudah meraih lebih dari 1 juta penonton di hari ketiga penayangannya. Banyak netizen yang masih menyayangkan keberadaan film ini, karena berbagai alasan, termasuk Kalis Mardiasih, aktivis perempuan yang menyebut bahwa film komersil yang berorientasi pada profit tidak sama dengan mencari keadilan.

Editorial Team