Cerita Amethisya Puspitorini Tangani Wardrobe Agak Laen: Menyala Pantiku!

- Perbedaan konsep wardrobe Agak Laen dan Agak Laen: Menyala Pantiku! Tisha menegaskan adanya perbedaan konsep wardrobe dari film pertama dan kedua, disesuaikan dengan latar belakang karakter.
- Saat menentukan wardrobe, Tisha sebisa mungkin menyesuaikan dengan latar belakang para karakternya. Timnya mengacu pada naskah dan membuat look book untuk referensi gaya.
- Untuk penempatan lencana polisi, tim wardrobe riset dulu dan berkonsultasi dengan salah satu komika yang juga berprofesi sebagai polisi. Mereka selalu berdiskusi untuk memastikan keakuratan detail pakaian polisi.
Surabaya, IDN Times - Perbincangan saya dengan Amethisya Puspitorini, costum designer dari film Agak Laen: Menyala Pantiku! (2025) masih berlanjut. Setelah mengulik color personality karakter Bene, Jegel, Oki, dan Boris, kami mengupas lebih dalam tentang konsep wardrobe di film arahan Muhadkly Acho ini.
Dalam menentukan wardrobe, Tisha dan timnya berusaha menyesuaikan dengan latar belakang karakter yang tertulis di naskah. Maka tidak mengherankan, konsep wardrobe di film Agak Laen (2024) dan Agak Laen: Menyala Pantiku! (2025) berbeda.
Selain itu, Tisha juga spill di balik penentuan wardrobe salah satu adegan ikonik di film kedua ini, lho. Simak selengkapnya #COD (Cerita Orang Dalam) bersama Amethisya Puspitorini, costum designer film Agak Laen: Menyala Pantiku (2025) berikut ini.
1. Perbedaan konsep wardrobe Agak Laen dan Agak Laen: Menyala Pantiku!

Tisha, panggilan akrab Amethisya menegaskan memang ada perbedaan konsep wardrobe dari Agak Laen (2024) dan Agak Laen: Menyala Pantiku! (2025), terlebih lagi karena latar belakang pekerjaan mereka tidak sama. Di film pertama, Bene, Jegel, Oki, dan Boris sering memakai baju yang ada pattern-nya.
"Aku dan timku, kami bermain dengan pattern. Kayak pattern yang memang kira-kira dipakai sama kalangan-kalangan tersebut seperti apa, sih? Kita kasih yang ada stripes, terus yang ada gambar atau desain aneh-aneh. Terus dengan baju-baju yang cutting-annya juga gak terlalu fit. Ya, kadang-kadang ada yang oversized, ada yang terlalu fit, terlalu ngetat," jelas Tisha mengingat wardrobe para karakter di film pertama.
Sementara di film kedua, Bene, Jegel, Oki, dan Boris digambarkan sebagai polisi. Maka dari itu, wardrobe mereka cenderung lebih clean, tanpa pattern berlebih, dan terkesan fashionable.
"Kita carikan baju yang lebih rapi, yang lebih preppy (klasik Amerika), yang lebih pas, gak kebesaran atau gak kekecilan, jadi lebih fit aja sih. Tapi dengan pakem warna yang memang sudah ditentukan dari awal," lanjutnya kepada IDN Times pada Rabu (10/12/2025).
2. Saat menentukan wardrobe, Tisha sebisa mungkin menyesuaikan dengan latar belakang para karakternya

Untuk menentukan wardrobe karakter, ternyata Tisha dan tim mengacu pada latar belakang yang sudah dijelaskan di dalam naskah, lho. Contohnya karakter Koh Acim (Chew Kin Wah) yang dulunya bekerja sebagai tukang dan Darso (Egi Fedly), mantan tentara.
"Biasanya dari sutradara akan menyampaikan, tapi gak semua disertai latar belakang, kecuali kayak Acim yang mungkin background-nya itu penting banget. Atau Darso yang dia memang dulu mantan militer, dia sering berperang," ujar Tisha yang berbincang dengan saya melalui Zoom.
Lalu, bagaimana dengan karakter penting lain yang tidak dijelaskan secara gamblang latar belakangnya di naskah? Ternyata Tisha akan menyiapkan look book yang berisi referensi sekitar 8 sampai 10 gaya untuk masing-masing karakter. Nantinya, akan dipilih tiga teratas oleh sutradara dan didiskusikan bersama tim artistik, sebelum dikembangkan teman-teman wardrobe.
"Kalau yang background-nya cuman kayak, Linda ini ekonominya seberapa sih? Dulu sebelum membuat panti jompo itu dia orang dari dari ekonomi kelas seperti apa? Terus dia sukanya didengerin apa? Karena ngaruh, (soalnya) Linda kan kebanyakan di ruangannya dan itu nempel sama set dari tim artistik, biar gak jomplang juga," jelas Tisha.
Tujuan utamanya, agar wardrobe karakter bisa selaras dengan ruangan tempat mereka beradegan. Maka tidak mengherankan, wardrobe dan set ruangan Linda Rajagukguk mampu memperkuat karakter yang diperankan Gita Bhebhita ini.
3. Untuk penempatan lencana polisi, tim wardrobe riset dulu dan berkonsultasi dengan salah satu komika

Banyak netizen yang memuji penempatan lencana baju polisi Agak Laen: Menyala Pantiku! (2025). Ternyata, sejak film pertama, tim produksi sudah melakukan riset dan berkonsultasi dengan Gamayel, komika yang juga berprofesi sebagai polisi.
"Kami konsul dengan beberapa kawan kami yang dari kepolisian. Bagaimana penempatan-penempatan dari patch-patch yang benar. Nah, begitupun sekarang ada polisi juga. Dan kebetulan kami di sini sering diskusi sama namanya Gamayel. Mas Gamayel itu komika juga, stand-up komedian juga, yang dia adalah seorang polisi," ujar Tisha.
Gak tanggung-tanggung, Gamayel menjelaskan mana PDH (Pakaian Dinas Harian), PDU (Pakaian Dinas Upacara), dan PDL (Pakaian Dinas Lapangan), serta kapan saja seragam itu digunakan. Tisha juga selalu berdiskusi dari proses fitting hingga syuting di lokasi, lho.
"Setiap kami fitting itu, kami selalu bertanya sama Mas Gamayel. Kami present juga, kami foto, kami kirim ke Mas Gamayel kayak, 'Mas ini posisi sudah benar belum?', 'Oh Sudah benar', 'Oh ya sudah', 'Mas kalau ini pakai topi, topinya nanti kira-kira harus yang seperti apa di sini? Warnanya apa?' Karena selama kami preparation, selama kami syuting, kami tidak pernah skip untuk tektokan, untuk diskusi sama Mas Gamayel, begitu juga sama Bang Acho," lanjutnya.
4. Di balik konsep wardrobe adegan di masjid yang langsung mengundang tawa

Buat kamu yang sudah nonton Agak Laen: Menyala Pantiku! (2025), pasti gak asing sama salah satu adegan ikonik berlatarkan masjid. Berusaha gak ngasih spoiler berlebih, Tisha menjelaskan konsep di balik wardrobe yang berhasil bikin ngakak satu studio.
"Memang di script itu sudah ditulis kayak, nanti Bene dan Boris akan datang menggunakan baju yang sudah mereka beli. Ternyata datang dengan baju tersebut. Sebenarnya tidak terlalu dijelaskan mau seperti siapa. Akhirnya aku obrolin lagi sama Bang Acho kayak kalau jadi gini gimana?" ungkap Tisha menjelaskan naskah untuk adegan tersebut.
Tisha mencari referensi dari internet, tanpa berusaha memiripkan penampilan Bene dan Boris dengan sosok tertentu. Agar tidak terlalu mirip, Tisha mengubah atasan Bene dengan warna-warna yang mendekati cokelat dan hitam, serta sedikit pattern.
"Misalnya orang tersebut suka pakai warna-warna coklat, warna-warna hitam. Akhirnya kami coba ganti dengan yang mendekati. Terus si orang tersebut suka ada pattern dikit, tapi di sini bukan seperti itu bajunya. Dia lebih suka pakai kemeja atau apa, kita ganti, misalnya baju koko, tapi dengan pattern yang sedikit menyerupai. Tapi yang paling ciri khas itu di topi dan kacamata" jelas tim wardrobe dari film Komang (2025) ini.
Sementara untuk Boris, outfit yang ia kenakan sebenarnya cukup sering ditemui di Instagram atau internet. Tisha dan tim juga tidak ingin mencari masalah dengan meng-impersonate tokoh tertentu.
"Kalau yang untuk Boris itu kita coba yang paling umum aja. Maksudnya, kami tidak tidak mengarahkan ke siapapun, karena takut bahaya juga kalau kayak ini dimiripin sama ini," lanjutnya.
Setiap wardrobe yang dipakai para karakter di film Agak Laen: Menyala Pantiku! (2025) hadir untuk menunjang peran mereka. Bahkan untuk satu karakter saja, Tisha dan tim bisa menyiapkan look book berisi 8 sampai 10 gaya, lho.


















