Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Cerita di Balik Layar Film Dokumenter Smong Aceh, Memiliki Dua Versi!

Film dokumenter Smong Aceh (dok. Cinesurya)

Jakarta, IDN Times - Tonny Trimarsanto, sutradara film dokumenter Smong Aceh, menceritakan proses di balik layar pembuatannya dalam acara Nonton Bareng dan Talkshow bersama IDN Times, pada Selasa (10/12/2024).

Ia menyebutkan film dokumenter tersebut memiliki dua versi, dengan durasi yang berbeda. Berikut adalah fakta-fakta mengenai Smong Aceh yang perlu kamu ketahui.

 

1. Smong Aceh hadir dengan dua versi, ini bedanya!

Nobar dan Talkshow Smong Aceh (IDN/Herka Yanis)

Film dokumenter Smong Aceh menggambarkan kejadian tsunami Aceh pada 2004, serta kehidupan masyarakat pada masa sekarang. Banyak dari korban yang ternyata masih memiliki trauma karena kehilangan sanak saudara.

Dalam talkshow, Tonny pun mengungkap bahwa film garapannya tersebut hadir dalam 3 versi. Ada yang berdurasi 70 menit dan ada yang berdurasi 30 menit. Menurut penjelasannya, film yang berdurasi 70 menit lebih untuk kebutuhan festival karena memuat alur yang lebih personal. Sementara yang berdurasi 30 menit dapat dilakukan sebagai pembelajar di bidang pendidikan.

"Dia akan bisa menjadi medium untuk menyampaikan emosi, peristiwa-peristiwa personal. Dan itu ada di versi 70 menit. Versi yang 70 menit itu yang lebih personal. Ada sosok entertainmentnya. Ya, drama, gitu-gitu sih, buat festival film. Kalau versi yang 30 menit ini untuk pendidikan yang ini. Untuk di sekolah-sekolah mungkin," ucap Tonny.

Meski demikian, Tonny mengklaim film dokumenter Smong Aceh dalam dua versi ini sama-sama menjadi pengingat dan pembelajaran bagi penonton.

2. Begini perjalanan Tonny dalam mencari narasumber untuk Smong Aceh

Nobar dan Talkshow Smong Aceh (IDN/Herka Yanis)

Dalam bincang-bincang sore tadi yang digelar di The Plaza, IDN HQ, Tonny juga sempat menceritakan bagaimana prosesnya dalam menggarap film Smong Aceh. Dalam rangkaian untuk riset awal alur cerita yang akan disajikan, ia memanfaatkan jaringannya sebagai ketua Asosiasi Dokumenter Nusantara.

"Kebetulan saya ketua Asosiasi Dokumenter Nusantara. Kami ada 38 titik dengan 600 lebih anggota seluruh Indonesia. Nah, saya minta tolong teman-teman dari berbagai jaringan asosiasi itu untuk riset awal," ungkap Tonny.

Ia melanjutkan, berkat bantuan jaringannya dalam asosiasi untuk riset awal, karakter yang diangkat dalam film Smong Aceh pun dapat ditemukan untuk selanjutkan dilakukan pendalaman. 

"Jadi, saya datang itu sudah ketemu karakternya. Saya tinggal mendalami karakter lebih personal dengan peristiwa-peristiwa," kata Tonny.

3. Tonny berharap Smong Aceh bisa jadi media edukasi bagi penontonnya

Film dokumenter Smong Aceh (dok. Cinesurya)

Dalam wawancara bersama IDN Times, Tonny pun mengatakan bahwa melalui film ini, ia ingin memberikan edukasi bagi penontonnya. Melalui sentuhan yang lebih personal, dramatik dan humanis, diharapkan penonton bisa lebih memahami apa yang terjadi pada 2004 silam di Aceh.

"Nah, potensinya adalah dia (Smong Aceh) bisa menjadi film yang sangat personal, dramatik, dan humanis. Saya juga berharap, ini bisa menjadi film untuk edukasi, bagaimana pengetahuan (mengenai apa yang terjadi kala tsunami di Aceh 2004 silam) itu bisa diketahui (lebih dalam) oleh publik," tutupnya.

 

Film Smong Aceh sendiri, beberapa waktu lalu sempat diputar di JAFF 2024 yang diselenggarakan di Yogyakarta. Pada Selasa (10/12/2024), IDN Times pun mengadakan acara Nobar dan Talkshow yang dihadiri oleh Jusuf Kalla, Christine Hakim sang produser serta Tonny Trimarsanto sang sutradara.

Selain menonton bersama versi 30 menit, bincang hangat pun terjadi sore tadi mengenai di balik film dokumenter ini.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Indra Zakaria
Erfah Nanda
Indra Zakaria
EditorIndra Zakaria
Follow Us