Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Dodi Setiadi (dok. Pribadi/Dodi Setiadi)

Surabaya, IDN Times - SFX Make Up adalah salah satu bidang artistik di dunia perfilman. Bidang ini jarang disorot, namun memegang peran penting di produksi film.

Dodi Setiadi adalah salah satu prosthetic supervisor Indonesia yang terlibat di proyek Lembayung, Siksa Kubur, hinggaThe Shadow Strays. Kepada IDN Times, Dodi bercerita di balik layar profesi yang ia tekuni.

Menurutnya, seorang SFX Make Up bertanggung jawab mengolah semua bahan dan barang yang menempel ke tubuh cast untuk menghasilkan efek darah hingga luka-luka. Dodi berkata jika SFX Make Up yang detail akan menghasilkan CGI yang lebih natural. 

Simak wawancara khusus IDN Times soal profesi SFX Make Up bersama Dodi Setiadi dalam program #COD alias Cerita Orang Dalam!

1. Tertarik jadi SFX Make Up karena banyak bahan yang bisa diolah

Dodi Setiadi (dok. Pribadi/Dodi Setiadi)

Dodi Setiadi baru terjun ke bidang SFX Make Up selama empat tahun terakhir. Mengolah dan memadu padankan beragam bahan menjadi daya tarik tersendiri baginya.

"Aku dari dulu lumayan tertarik sama jobdesk ini, karena jobdesk ini banyak banget tantangannya. Terus banyak banget bahan-bahan yang harus aku kuasain untuk mendalami SFX ini," buka Dodi.

Ia menambahkan, "Termasuk semua barang-barang yang import, maupun lokal yang aku bisa padu padankan biar hasilnya memuaskan sih."

Mengawali karier di dunia film sejak tahun 2005, ternyata Dodi gak menempuh pendidikan formal di bidang ini. Terlebih lagi, ia memang sejak awal tertarik dengan bidang artistik di film.

"Sebenarnya belajar dari pengalaman, gak pernah sekolah di bidang SFX ya. Aku ngikutin orang yang suka manggil aku. Terus aku makin banyak pengetahuan, penguasaan bahan, sampai akhirnya dapat tawaran buat pegang sendiri," jelasnya.

2. Dodi spill proses SFX Make Up dari tahap pra produksi hingga produksi

Dodi Setiadi (dok. Pribadi/Dodi Setiadi)

Pemilik akun Instagram @dodisetiadi711 ini nge-spill proses yang harus dilalui tim SFX Make Up setiap syuting sebuah proyek. Ternyata proses pertama yang harus dilalui saat pra produksi adalah mencari referensi.

"Proses awalnya itu biasanya kita cari-cari referensi, bisa referensi dari sutradara, desainer produksi, atau dari tim mereka. Lalu kita padu padankan referensinya," jelas Dodi.

Jika semua departemen sudah setuju, tim produksi harus memilih aktor atau aktris yang sesuai. Setelah itu, SFX Make Up dan cast akan melalui tahap live casting atau cetak.

"Dari live casting itu lumayan prosesnya, bisa 30 menit sampai 2 jam. Tergantung bisa full muka, bisa full body," lanjutnya.

Memasuki tahap produksi prostetik, SFX Make Up membutuhkan waktu sekitar satu bulan. Di tahap ini, departemen lain kemungkinan masih dalam tahap pra produksi.

"Habis itu kita baru mulai proses produksi di basecamp. Mulai dari moldingcutting, sampai hasil jadinya itu bisa sebulan. Terus baru kita mulai apply," jelasnya.

Belum benar-benar usai, terkadang tim SFX Make Up masih perlu mendapat persetujuan dari sutradara. Jika sudah disetujui semua departemen, baru SFX Make Up bisa masuk ke tahap cetak akhir.

3. SFX Make Up di film dan sinetron harus lebih seamless

Dodi Setiadi (dok. Pribadi/Dodi Setiadi)

Tim SFX Make Up tidak hanya ditemui di dunia film saja, namun sinetron hingga panggung teater. Sama seperti jobdesk lain, SFX Make Up di teater harus lebih bold.

"Teater itu kita pewarnanya harus tegas, shading-nya harus ditegasin, make up harus ditebelin, karena kan mereka shot-nya dari jauh dilihat secara mata utuh," tutur Dodi.

Sementara untuk film, sinetron, dan serial warna yang ditampilkan harus lebih soft. Tujuannya agar terlihat lebih natural.

"Biasanya kita lebih detail, warnanya lebih soft, jadi kelihatan kamera tuh natural, lebih seamless. Ada tempelan, kumis palsu, efek-efek darah, itu sebenarnya harus seamless, tidak kelihatan sambungannya," ungkapnya.

4. Menurut Dodi, SFX Make Up di film horor paling menantang

Dodi Setiadi (dok. Pribadi/Dodi Setiadi)

Jika menilik portofolio Dodi Setiadi di IMDB, ia lebih sering terlibat di film-film bergenre horor dan action. Namun, menurutnya SFX Make Up juga bisa ditemui di film bergenre drama.

"Misalkan ada drama yang butuh protestetik kayak, borok-borokan atau jerawat itu bisa kita bikin. Jadi gak harus horor atau action, drama pun bisa," ucapnya.

Sementara itu, film horor menurut Dodi adalah salah satu genre yang paling menantang. Terlebih lagi di genre ini banyak ilmu yang bisa dieksplor.

"Kalau horor itu ibaratnya, semua ilmu yang kita dapat, yang kita kuasai bisa (diterapkan) di genre horor," lanjut Dodi.

Ia menambahkan, "Karena semuanya ada satu di situ, semuanya komplit, ada prostetik, body silicon, jadi benar-benar semuanya di horor ini."

Prosthetic supervisor di film Sakaratul Maut (2024) ini berbagi soal pembuatan SFX Make Up yang paling menantang, namun seru baginya. Saat itu, ia diharuskan membuat prostetik kambing.

"Kalau SFX buat aku yang paling menantang itu bikin full silicon, kayak Tantri tapi full body. Itu lumayan seru, karena prosesnya lumayan panjang," ungkap Dodi.

5. Hasil SFX Make Up yang baik akan membantu tim CGI menghasilkan gambar lebih natural

Dodi Setiadi (dok. Pribadi/Dodi Setiadi)

Efek berdarah dan badan terpotong yang biasa penonton temui di layar ternyata mayoritas dikerjakan oleh departemen SFX Make Up. Sementara tim CGI hanya membantu untuk memoles bagian yang kurang saja.

"Biasanya kalau kurang sedikit, CGI yang bekerja," tutur Dodi.

Namun, basic SFX Make Up yang bagus ternyata berpengaruh pada hasil CGI. Maka dari itu, kerjasama tim SFX Make Up dan CGI sangat penting.

"Orang CGI itu butuh basic yang bagus, jadi mereka kerjanya gak terlalu susah. Sebagus apa pun CGI, kalau basic dari prostetik atau apa pun itu tidak bagus, dia akan kerja lebih keras," tutupnya.

SFX Make Up memang sering ditemui di genre horor, namun semua film bisa memanfaatkan bidang artistik ini. Apakah kamu sudah mulai paham dengan cara kerja SFX Make Up?

Editorial Team