Cerita Ringgo Agus Rahman Jadi Debt Collector di "Panggil Aku Ayah"

- Ringgo menyoroti bahwa film Panggil Aku Ayah menggambarkan sisi humanis dari profesi penagih utang.
- Sutradara dan tim produksi menyesuaikan karakter debt collector dengan nuansa lokal, khususnya budaya Sunda dari Jawa Barat.
- Ringgo senang bisa ikut serta dalam proyek Panggil Aku Ayah karena film ini memungkinkan dirinya berbagi karya dengan anak-anaknya.
Jakarta, IDN Times - Film terbaru Visinema Pictures, Panggil Aku Ayah (2025), siap menghibur penonton dengan kisah keluarga yang tidak biasa. Dalam konferensi pers di XXI Senayan City, Jakarta, Jumat (4/7/2025), Ringgo Agus Rahman yang berperan sebagai Mang Dedi berbagi pengalamannya saat menjadi seorang debt collector alias penagih utang.
Lewat peran tersebut, Ringgo menemukan sisi kemanusiaan dari sosok yang sering mendapat stigma negatif dari masyarakat Indonesia. Tak hanya itu, ia pun merasa senang bisa bergabung dengan proyek film keluarga yang menurutnya jarang ia dapatkan.
1. Ringgo ungkap film ini soroti sisi humanis dari debt collector

Ringgo menyoroti bahwa film Panggil Aku Ayah menggambarkan sisi humanis dari profesi penagih utang.
"Debt collector tuh manusia ya, banyak sekali ada mata elang, penagih-penagih dari judol. Debt collector ini buat mereka adalah tugas, pekerjaan juga. Tapi jika kita mau lihat lebih dalam lagi, menariknya adalah mereka juga manusia yang mesti tinggal jauh dari keluarganya, mencari nafkah, keluarganya sedang menanti bapaknya mencari nafkah," ucap Ringgo dengan raut muka serius.
Uniknya, Ringgo menilai bahwa sosok penagih utang lebih lekat dengan kehidupan masyarakat di Indonesia alih-alih negara seperti Korea Selatan. Ia pun menyoroti bagaimana sosok yang terlihat menyeramkan pun bisa menunjukkan sisi kemanusiaannya.
Awalnya, karakter Dedi hanya melihat Intan (Myesha Lin) sebagai jaminan utang. Namun, perlahan tumbuh ikatan emosional yang mengubah hidupnya. Menurut Ringgo, perubahan itu menjadi bukti bahwa penagih utang juga manusia yang bisa merasa.
2. Angkat nuansa lokal dari penagih utang di Indonesia

Supaya ceritaya lebih relevan bagi penonton Indonesia, sutradara dan tim produksi menyesuaikan karakter debt collector dengan nuansa lokal, khususnya budaya Sunda dari Jawa Barat.
"Misalnya terbayang kan, ya, kalau penagih utang di Indonesia adalah seperti itu. Kalau di luar negeri yang terbayang dia pakai jas, kalau di Indonesia yang terbayang jaket kulit dan segala macam," ujar Ringgo.
Pendekatan ini memberikan warna khas, membedakan adaptasi ini dari versi aslinya, Pawn (2020), dengan tetap mempertahankan esensi cerita tentang cinta kasih kepada orang lain.
3. Ringgo senang bisa ikut serta dalam proyek Panggil Aku Ayah

Ringgo sendiri mengaku antusias terlibat dalam proyek Panggil Aku Ayah, karena film ini memungkinkan dirinya berbagi karya dengan anak-anaknya. Terakhir kali ia memerankan sosok ayah dalam film keluarga adalah di film Keluarga Cemara (2018).
"Film yang saya perankan, yang bisa ditonton oleh anak saya itu tidak banyak. Jadi maksud saya, ketika ada tawaran yang memungkinkan saya bisa nunjukin 'Bokap lo tuh aktor,' itu tuh selalu semangat gitu," ungkap aktor peraih Piala Citra ini.
Ia juga menyebut bahwa syuting di luar kota menjadi pengalaman berharga selama proses pembuatan film, mengingatkan dirinya pada pentingnya menjaga kedekatan dengan keluarga.
"(Jika) ada sesuatu yang bisa menjauhkan saya dan anak adalah harus sesuatu yang berharga sekali. Salah satunya film ini, yang saya yakin nanti bisa tonton sama anak saya," tambahnya.