Gagal 'Mencuri' Hati Penonton, 5 Kekurangan Robin Hood (2018)
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Siapa yang tak kenal dengan kisah Robin Hood? Legenda populer tentang bangsawan yang merampok orang kaya demi menolong yang tertindas. Kisah ini telah beberapa kali diadaptasi menjadi film. Dan pada tahun 2018 Robin Hood kembali bangkit di layar lebar.
IDN Times telah menyaksikan film garapan sutradara Otto Bathurst ini. Sayangnya saya merasa ada lima kekurangan yang membuat Robin Hood 2018 gagal 'mencuri' hati penonton.
1. Alternate universe yang setengah-setengah dan terasa ganjil
Diproduseri oleh Leonardo DiCaprio dan dibintangi oleh sederet bintang Hollywood paling bersinar, tak heran jika banyak yang menaruh harapan pada film adaptasi Robin Hood terbaru ini.
Robin Hood sepertinya berusaha menyajikan legenda ini dalam kemasan baru yang dirasa cocok buat millennials. Mulai dari style pakaian, arsitektur, sampai senjatanya yang bergaya semi modern meski setting-nya masih di masa medieval juga.
Sayangnya usaha penyajian baru ini menurut saya nanggung banget. Terus terang geli melihat panah digunakan seperti pistol, dengan dampak dan kekuatan seperti senjata api pula di abad pertengahan.
2. Naskah yang buruk menghasilkan plot yang bikin menghela napas
Beberapa bagian cerita memang diubah dari legenda aslinya. Misalnya film ini tak ber-setting di Sherwood melainkan di Nottingham. Robin of Loxley pun dikirim untuk menjalani Perang Salib di Jazirah Arab. Tetapi selain itu tak banyak hal baru dan segar yang disuguhkan.
Naskah yang ditulis oleh Ben Chandler, David James Kelly juga tak terkesan menggali hikayat ini dengan mendalam. Sepanjang film penonton disuguhi aneka adegan laga yang seringkali susah menarik simpati. Cerita heroik ini penuh dengan dialog pasaran yang terkesan murahan. Alur cerita juga terasa flat dan menjemukan.
Baca Juga: 5 Kelebihan Ralph Breaks the Internet, Rugi Kalau Kamu Gak Nonton
Editor’s picks
3. Chemistry yang minim & terlalu mengobjektifikasi satu-satunya tokoh utama wanita
Kisah cinta antara Robin dan Marian jadi salah satu bumbu dalam adaptasi baru ini. Sayangnya chemistry di antara kedua aktor yang memerankannya sangat minim. Peran Taron Egerton dan Eve Hewson sebagai dua sejoli yang dimabuk asmara terasa tidak meyakinkan.
Selain itu, penggambaran tokoh Marian juga cukup bikin salah tingkah. Entah mengapa ia selalu dirias dengan pakaian super seksi yang memamerkan tubuh dengan cukup eksplisit. Kontras dengan sejumlah tokoh pusat lainnya. Saya sampai bingung harus mengarahkan pandangan ke mana ketika melihat eksposure bagian tubuh yang berlebihan ini.
4. Bakat para aktor keren yang terlibat jadi terasa sia-sia
Film ini bertaburan bintang Hollywood papan atas. Mulai dari Taron Egerton (Kingsman: The Secret Service), Jamie Foxx (Django Unchained), sampai Jamie Dornan (Fifty Shades).
Sayangnya para bakat keren tersebut tampak sia-sia dalam film ini. Akting dan kharisma Taron yang memukau di Kingsman terasa flat dan redup di sini. Dengan naskah yang tak terlalu prima ini, penampilan Jamie Foxx dan F. Murray Abraham yang merupakan aktor pemenang Oscar juga terasa mubazir.
5. Berusaha orisinil namun dengan mudah mengingatkan kepada film ikonik lainnya
Walau berusaha jadi cerita baru yang memikat pangsa pasar muda, namun pada akhirnya saya justru merasa film ini sekadar meminjam konsep dari film lain. Salah satunya Batman. Robin Hood baru ini bagaikan Bruce Wayne versi abad pertengahan tapi tidak dibarengi dengan drama menyentuh dan pengembangan karakter mendalam.
Saya harus menyematkan 1/5 bintang untuk penampilan teranyar Taron Egerton ini. Tetapi kamu tetap perlu menyaksikan sendiri di bioskop untuk tahu seperti apa adaptasi terbaru sang bangsawan pencuri ini. Siapa tahu penuturan baru kisah Robin Hood ini sesuai dengan seleramu.
Baca Juga: Merinding, 6 Kelebihan & Kekurangan Suzzanna: Bernapas dalam Kubur
Berita Terkini Lainnya
