Dimas Bagus Spill Gerak Kamera hingga Angle Film 1 Kakak 7 Ponakan

Surabaya, IDN Times - 1 Kakak 7 Ponakan tayang di bioskop Indonesia sejak 23 Januari 2025. Diadaptasi dari sinetron berjudul sama, film ini sangat diantisipasi bahkan telah ditonton 915.365 penonton hingga artikel ini rilis.
Film 1 Kakak 7 Ponakan (2025) menghadirkan pergerakan kamera yang rapi dan simpel, namun memiliki makna tersendiri. Pemilihan sinematografi yang disampaikan Director of Photography Dimas Bagus Triatma Yoga membuat film ini terasa lebih realis.
Selain itu, sudut pengambilan gambar Medium Shot hingga Extreme Close Up yang muncul di film ini untuk menangkap micro reaction. Simak selengkapnya #COD (Cerita Orang Dalam) bersama Dimas Bagus Triatma Yoga berikut ini.
1. Gerak kamera still dan eye level agar filmnya lebih realis

Salah satu daya tarik 1 Kakak 7 Ponakan (2025) adalah sinematografinya yang rapi dan nyaman disaksikan oleh penonton. Ternyata ada alasan kenapa hampir semua gerak kameranya still atau tidak bergerak.
"Kameranya itu semua on tripod, kecuali satu shot ending. Itu sengaja by design dari pra produksi. Waktu kita melihat rumahnya, kita bikin blocking-nya, kita merasa kita gak perlu gerak kamera di film ini. Karena dengan tidak adanya gerak kamera, kita merasa lebih realis filmnya," ungkap Dimas Bagus.
Selain itu, mayoritas gambar yang diambil menggunakan jenis angle eye level. Pemilihan ini membuat penonton merasa semakin dekat dengan para karakter di dalam layar.
"Ikuti kata hati saja, karena saya dan Yandy cenderung begitu. Entah kenapa di 1 Kakak 7 Ponakan itu kita ngerasa kayaknya lebih baik melihat mereka sejajar aja gitu. Jangan dari atas, jangan terlalu dari bawah," ujarnya.
2. Micro reaction penting, maka itu sudut pengambilan gambarnya cenderung Medium Shot dan Close Up

Jika diperhatikan dengan saksama, film ini cenderung menyajikan sudut pengambilan gambar Medium Shot dan Close Up. Pemilihan ini berhubungan dengan ciri khas Yandy Laurens selaku sutradara yang selalu memperhatikan micro reaction.
"Yandy itu termasuk sutradara yang cukup detail dengan reaksi-reaksi kecil pemain. Yandy suka bikin istilah, micro reaction itu penting. Pemain dari lihat bawah, lihat ke atas atau buang muka sedikit ke kiri. Menurut Yandy itu punya makna besar," jelas Dimas.
Sudut pengambilan gambar ini sengaja disorot dengan lensa tele untuk meminimalisir distraksi. Pendekatan ini membuat penonton bisa lebih fokus kepada para pemain.
"Maka dari itu, pakai lensa tele untuk meminimalisir distraksi background. Ketika pakai lensa yang lebih padat, maka elemen-elemen di belakangnya akan berkurang. Jadi benar-benar fokus sama pemainnya," tutur pemilik akun Instagram @dimasbagus_dp ini.
3. Di beberapa adegan, sinematografi Moko disorot dengan pendekatan yang berbeda

Di sisi lain, ternyata karakter Moko memiliki pendekatan sinematografi yang berbeda. Yandy Laurens sengaja memilih low angle, alih-alih eye level saat adegan Moko mengetahui uang yang ia kirimkan digunakan untuk investasi bodong.
"Ada adegan (yang menggunakan low angle), waktu Moko kaget ternyata uang yang dia kirim selama ini ke Mas Eka dipakai untuk investasi bodong. Nah, itu desain Yandy untuk melihat Moko dari bawah, supaya Moko kelihatan marah," ungkap Dimas.
Selain itu, Yandy memilih sudut pengambilan gambar extreme close up setiap Moko release sesuatu. Menurut Dimas, teman seangkatannya di Institut Kesenian Jakarta itu ingin menunjukkan ekspresi mata Moko.
"Setiap kali scene-scene di mana Moko itu release sesuatu memang Yandy selalu request untuk mengambilnya Extreme Close Up. Supaya menangkap perubahan bagaimana cara Moko melihat. Yandy ingin mengungkap ekspresi mata Moko," tambahnya.
Gerakan kamera di adegan penutup film 1 Kakak 7 Ponakan (2025) juga dibuat berbeda. Adegan tersebut menunjukkan Moko yang sedang melihat keluarganya dari sudut ruang tamu.
"Terakhir banget ke arah Moko kita track in. Nah itu cuma satu set itu aja kita pakai track, sisanya itu semua kamera on tripod," ujar pria yang juga pernah menjadi DOP film Jatuh Cinta Seperti di Film-Film (2023) ini.
4. Moko dan obyek penting selalu berada di tengah agar penonton lebih fokus

Film ini kerap menyuguhkan karakter atau obyek penting di tengah frame. Dimas Bagus berbagi alasan di balik teknis tersebut.
"Supaya orang itu lebih fokus ke obyeknya, tidak terdistraksi dengan elemen-elemen yang ada di sekitar," jelasnya.
Selain itu, pengambilan gambar ini semakin menguatkan jika Moko adalah pusat dari alur cerita. Maka dari itu, karakter yang diperankan Chicco Kurniawan ini sering berada di tengah.
"Memang film ini kayak konsentrasinya ke Moko. Makanya Moko selalu sering kali ada di tengah frame," jelas DOP yang mengawali karier sebagai Focus Puller alias first asisstant camera ini.
5. Tantangan menentukan blocking yang dinamis agar tidak membosankan

Dimas Bagus berkata tantangan terberat saat syuting 1 Kakak 7 Ponakan (2025) adalah menentukan blocking. Terlebih karena ruang yang disajikan cukup terbatas.
"Kita mayoritas set di rumah dengan pemain yang banyak. Jangan sampai terasa boring itu angle dan blocking pemainnya. Bikin blocking harus lebih dinamis," ceritanya.
Cara mengatasinya adalah menempatkan karakter dengan posisi yang berbeda. Meski baru pertama kali syuting dengan jumlah pemain yang banyak di satu frame, namun Yandy Laurens dan Dimas Bagus terbilang sukses.
"Kadang karakter ada yang dibikin berdiri jangan semua duduk. Ada yang dibikin membelakangi, jangan semua menghadap kamera," ucap Dimas.
Dimas Bagus menyadari jika cerita adalah fokus utama di film1 Kakak 7 Ponakan (2025). Maka dari itu, ia dan Yandy Laurens berusaha meminimalisir pergerakan kemera hingga sudut pengambilan gambar yang beragam.