Ciri Khas Film Hirokazu Koreeda, Sutradara di Balik Film Monster

Gak pernah gagal kacaukan emosi penontonnya

Mengaku penggemar film drama Jepang? Sosok sutradara bernama Hirokazu Koreeda pasti sudah tak asing di telingamu. Buat yang belum familier, Koreeda adalah salah satu sineas prominen Jepang yang sudah beberapa kali mewakili negaranya di berbagai ajang bergengsi. Mulai dari Cannes Film Festival sampai Academy Awards (Oscar). 

Terakhir, pada 2023 lalu, Koreeda baru saja merilis Monster. Sebuah film yang ia garap bersama penulis naskah Yûji Sakamoto dan mengeksplor pertemanan dua anak lelaki dari tiga perspektif berbeda. Sebelum itu, Koreeda sudah pernah menghipnotis dunia lewat beberapa karyanya yang fenomenal, macam Nobody Knows (2004), Still Walking (2008), I Wish (2011), Like Father, Like Son (2013), Our Little Sister (2017), Shoplifters (2018), dan Broker (2022).

Keempatnya menuai prestasi internasional yang tak kalah mentereng dibanding Monster (2023). Apa yang membuat filmnya begitu disukai dan dipuji? Berikut beberapa ciri khas film Hirokazu Koreeda yang bisa kita kupas bareng. 

Baca Juga: 7 Film Jepang Terbaik Sepanjang Masa Versi IMDb, Didominasi Anime

1. Cerita kompleks yang dikemas sederhana

Ciri Khas Film Hirokazu Koreeda, Sutradara di Balik Film MonsterLike Father, Like Son (dok. IFC Films/Like Father, Like Son)

Kecintaannya pada teknik long-shots, depth of field shots, dan static shots sering membuat Koreeda dikategorikan sebagai penganut minimalis. Ini ditambah dengan pemilihan kostum dan properti latarnya yang lekat dengan keseharian, tanpa tambahan yang tak perlu.

Namun, bila bicara plot, Koreeda bukan tipe sineas yang menyukai kesederhanaan.  Sebaliknya, ia dengan piawai meramu cerita yang kompleks. Bahkan lewat adegan tanpa dialog pun, Koreeda bisa membuatmu merasakan bahkan menginspirasi penontonnya menciptakan beragam asumsi. Efek kejut dari kerumitan jalan cerita gubahan Koreeda yang membuat filmnya dinanti banyak orang dan banjir pujian. Rasanya hampir tak mungkin kamu kecewa dengan jalan cerita yang sudah disiapkan Hirokazu Koreeda. 

Coba film Still Walking (2008), Broker (2022), Monster (2023), dan Shoplifters (2018). Kamu tak bakal menyangka kalau Koreeda ternyata sudah menyiapkan "jebakan" di tengah atau akhir film. Bergenre melodrama, hampir semua film garapannya dikemas dengan laju lambat, tetapi siap membakar emosimu saat plot twist dikeluarkan. 

2. Character development yang ciamik, tapi tetap realistis

Ciri Khas Film Hirokazu Koreeda, Sutradara di Balik Film MonsterNobody Knows (dok. MUBI/Nobody Knows)

Elemen esensial lain dari film-film Hirokazu Koreeda adalah character development alias pengembangan karakternya yang menawan. Seperti manusia pada umumnya, ada beberapa sifat dan watak kita yang bisa berubah maupun tidak. Ini dieksekusi dengan baik dan detail oleh Koreeda saat membuat karakter atau tokoh dalam film. 

Misalnya, saat bicara karakter ayah yang keras dalam film Like Father, Like Son (2013), ia tidak akan serta merta mengubah sifat sang ayah secara instan lewat sebuah peristiwa. Sebaliknya, prosesnya sengaja ia buat lambat dan hasilnya tidak definitif. Ini jelas lebih menarik dan realistis bila dibanding dengan film yang karakternya berubah dari sosok yang jahat menjadi baik hati dalam sekejap karena sebuah kejadian. 

Dalam Nobody Knows (2004), Koreeda menggunakan karakter bocah 12 tahun yang dipaksa keadaan untuk jadi dewasa karena ditelantarkan ibunya. Namun, Koreeda tidak serta merta menghilangkan sifat alamiahnya sebagai anak-anak begitu saja. Pada satu fase, Koreeda memperlihatkan watak sang lakon yang masih kekanak-kanakan lewat kecerobohan dan pemikirannya yang simplistik. 

Di film Broker (2022) dan Still Walking (2008), cara Koreeda menciptakan karakter yang realistis tampak cukup jelas. Di sini tiap tokohnya punya sifat bahkan sejarah yang membentuk watak mereka. Bahkan dari kilas balik hidup mereka itu, Koreeda seolah hendak membantu penonton memahami keputusan atau sikap yang para tokoh ambil selama film bergulir. Ini membuat karya Hirokazu Koreeda terasa seperti sebuah film dokumenter. Terasa objektif ketimbang subjektif, mendorong penontonnya untuk kritis dan tidak mudah menghakimi. 

Baca Juga: 9 Film Karya Sinematografer Hong Kyung Pyo, Parasite hingga Broker

3. Film yang tinggalkan lubang di hati penontonnya

Ciri Khas Film Hirokazu Koreeda, Sutradara di Balik Film MonsterMonster (dok. Toronto International Film Festival/Monster)

Ciri khas film Koreeda yang paling menonjol adalah open-ending. Koreeda jarang menciptakan akhir yang bahagia dan definitif, sebaliknya ia bakal meninggalkan rasa sesak di dada penonton. Signatur itu amat lekat dengan Koreeda layaknya Wes Anderson yang punya ciri khas saat bicara estetika set dan intonasi dialognya. 

Hampir semua film Koreeda berakhir tragis atau tidak berujung. Memberikan kesempatan untuk penonton membuat sendiri akhir yang mereka inginkan atau harapkan. Jangan harap menonton film Koreeda bakal memberikanmu rasa lega. Sebaliknya, akan ada lubang yang menganga di hatimu setelah nonton. Sebagai bocoran, Nobody Knows (2004), Shoplifters (2018), dan Monster (2023) yang sejauh ini paling tragis di mata penggemar.  

Tak heran kalau banyak yang menyarankan ada baiknya kamu sudah siap mental dan batin sebelum nonton film drama Jepang karya Hirokazu Koreeda. Maklum, emotional damage-nya lumayan, bikin kepikiran berhari-hari. 

Baca Juga: 5 Film Drama Jepang Terbaik yang Dijamin Bikin Baper!

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Penulis, netizen, pembaca

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Naufal Al Rahman

Berita Terkini Lainnya