8 Film yang Ternyata Biopik dari Sutradaranya Sendiri

Praktik penyertaan pengalaman personal dalam film

Menyertakan pengalaman dalam film adalah hal yang wajar dilakukan sutradara dan penulis skenario. Bagaimana pun film akan mencerminkan nilai serta karakter kreatornya. Kamu mungkin sudah mendengar The Fabelmans (2022) yang ternyata dibuat Steven Spielberg untuk membagikan kisah masa kecilnya sendiri. 

Ternyata sebelum Spielberg, sudah banyak sutradara yang melakukan hal serupa lewat karya mereka. Beberapa mungkin kamu lewatkan karena tak terasa seperti sebuah biopik. Mari cari tahu beberapa film yang ternyata merupakan biopik dari kisah sutradaranya sendiri!

1. Lady Bird (Greta Gerwig, 2017)

8 Film yang Ternyata Biopik dari Sutradaranya SendiriLady Bird (dok. A24/Lady Bird)

Greta Gerwig yang baru saja merilis Barbie (2023) ternyata terinspirasi dari pengalaman pribadinya saat membuat film fitur debutnya, Lady Bird (2017). Sama seperti Christine (Saoirse Ronan), Gerwig juga seorang murid SMA Katolik dan besar di Sacramento, Amerika Serikat. 

Tidak semua hal yang terjadi dalam film nyata alias benar-benar ada di hidupnya, tetapi banyak hal yang sebenarnya pengalaman umum. Seperti love-hate relationship antara ibu dan anak perempuannya, aspirasi pindah ke kota metropolitan yang menjejali pikiran anak-anak muda yang lahir dan besar di kota kecil, patah hati pertama, dan lain sebagainya.  Tak heran kalau Lady Bird pun terasa relatable dan realistis. 

2. Boy (Taika Waititi, 2010)

8 Film yang Ternyata Biopik dari Sutradaranya SendiriBoy (dok. Unison Films/Boy)

Taika Waititi melakukan praktik serupa di film lawasnya, Boy (2010). Meski bukan autobiografi, banyak elemen dalam film yang terinspirasi dari pengalamannya besar di sebuah desa kecil yang dihuni etnik Maori di Selandia Baru. Beberapa adegan seperti cara anak-anak di desa itu menghabiskan waktu luang juga sama persis dengan apa yang dilakukannya kala itu.

Boy sendiri berkisah soal bocah 11 tahun yang tinggal bersama nenek dan beberapa saudara kandungnya. Ibunya telah tiada dan ayahnya baru bebas dari penjara. Selama ini, ia menganggap ayahnya superhero, sampai ia sadar kalau ayahnya bukan manusia sempurna. Film ini memadukan unsur realisme, tragedi, dan komedi jadi satu. 

3. A Time to Live and a Time to Die (Hsiao-Hsien Hou, 1985)

8 Film yang Ternyata Biopik dari Sutradaranya SendiriA Time to Live and A Time to Die (dok. MUBI/A Time to Live and A Time to Die)

Sutradara Hsiao-Hsien Hou juga pernah membuat A Time to Live and a Time to Die. Film ini soal pengalaman pribadinya tumbuh besar di Taiwan pada 1940–50-an. Kaya referensi sejarah, film ini merupakan analisa psikologi hubungan dua generasi yang menghadapi kemelut politik dan militerisasi di negaranya. Pengalamannya membuka mata dan menarik simpati penonton. Pengalaman personalnya autentik dan digambarkan serealistis mungkin. 

4. Almost Famous (Cameron Crowe, 2000)

8 Film yang Ternyata Biopik dari Sutradaranya SendiriAlmost Famous (dok. Columbia Pictures/Almost Famous)

Almost Famous bukan film debut Cameron Crowe, tetapi film ini ia buat dari pengalaman pribadinya sendiri saat memulai karier sebagai jurnalis musik. Sosoknya dinamai William, remaja prodigy yang pada usia 15–16 tahun berhasil mendapat pekerjaan sebagai penulis lepas untuk sebuah majalah musik terkenal.

Ia kemudian ditugaskan meliput tur musik sebuah band yang sedang naik daun. Di sana, ia mengamati bagaimana para musisi tampil sambil terus bepergian dari satu kota ke kota lain. Almost Famous sampai sekarang masih jadi karya sinematik terbaik Crowe. 

Baca Juga: Oppenheimer, Film Biopik tentang Ilmuwan Tak Pernah Sesinematik Ini!

5. The 400 Blows (François Truffaut, 1959)

8 Film yang Ternyata Biopik dari Sutradaranya Sendirifilm The 400 Blows (dok. Janus Films/The 400 Blows)

The 400 Blows sering disebut sebagai salah satu film coming-of-age tertua sepanjang sejarah. Film ini pula yang melambungkan nama aktor senior Jean-Pierre Léaud. Ia debut pada usia 14 sebagai Antoine, protagonis utama di film itu. Sinema klasik itu dibuat Truffaut dengan berakar dari pengalaman pribadinya sendiri.

Tak punya plot yang jelas, The 400 Blows condong ke studi karakter. Namun, Truffaut menyertakan beberapa kritik sosial menarik yang bikin karyanya ini bermakna dalam dan layak dipuji. Salah satunya abuse pada anak-anak oleh orang dewasa di sekitar mereka, baik di rumah, sekolah, bahkan di institusi milik pemerintah sekalipun. 

6. Minari (Lee Isaac Chung, 2020)

8 Film yang Ternyata Biopik dari Sutradaranya SendiriMinari (dok. A24/Minari)

Minari ternyata biopik sutradaranya sendiri, Lee Isaac Chung. Sama seperti karakter David, bocah kecil di film itu, Chung juga anak imigran Korea yang pindah ke Denver, Amerika Serikat. Dengan kondisi kerja yang buruk, upah rendah, dan bentang alam yang menantang, kehidupan keluarganya tidak mudah. 

Ini masih diperparah dengan perbedaan kultur dan diskriminasi yang mereka dapat sebagai imigran dengan penampilan yang mencolok dibanding rekan-rekannya yang berkulit putih dan bermata biru. Saat dirilis, Minari seperti unek-unek para imigran Asia di Amerika Serikat yang berhasil diejawantahkan dengan tepat. 

7. The Farewell (Lulu Wang, 2019)

8 Film yang Ternyata Biopik dari Sutradaranya SendiriThe Farewell (dok. A24/The Farewell)

Sama-sama menyinggung pengalaman imigran Asia di Amerika Serikat, The Farewell juga ternyata terinspirasi dari kisah hidup sang sutradara, Lulu Wang. Tentu tidak semuanya sama persis, tetapi beberapa adegan dan kejadian dalam The Farewell pernah terjadi dalam hidupnya. Termasuk krisis identitas dan perbedaan kultur yang dirasakan sang lakon, Billi (Awkwafina). Sebagai seorang yang lahir dan besar di Amerika Serikat, ia sering dapat kritik dari keluarganya yang masih tinggal di China. 

8. The Squid and the Whale (Noah Baumbach, 2005)

8 Film yang Ternyata Biopik dari Sutradaranya SendiriThe Squid and the Whale (dok. Criterion Collection/The Squid and the Whale)

The Squid and the Whale ternyata karya semi-autobiografi Baumbach selaku sutradara dan penulis naskah. Kisahnya soal perseteruan mantan pasutri untuk mendapatkan cinta anak-anak mereka. Sebagai penyintas keluarga broken-home, Baumbach tahu betul betapa destruktif dan kompleksnya persoalan itu.

Ia kembali mengusung tema yang sama di film Marriage Story (2020). Kali ini ia buat dari sudut pandang pasutri alias orangtua yang sudah berusaha mempertahankan pernikahan, tetapi akhirnya terpaksa bercerai. 

Dengan menyertakan pengalaman pribadi, film-film tadi tak kehilangan objektivitasnya dalam melihat suatu isu atau fenomena. Bahkan beberapa terasa relatable untuk banyak orang di luar sana. Ini yang bikin film bisa membuat penontonnya merasa lebih baik. Kesadaran kalau kita bukan satu-satunya yang harus melalui liku-liku hidup ini. Seru, nih, silakan tonton film biopik sutradara di atas saat akhir pekan nanti!

Baca Juga: 7 Film Biopik Terbaik Paruh Pertama 2023 Versi Rotten Tomatoes

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Hella Pristiwa

Berita Terkini Lainnya