12 Jurnalis Foto yang Media Sosialnya Informatif, Layak Diikuti
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tidak hanya dalam bentuk tulisan, jurnalisme juga sering dikemas dalam format visual baik potret maupun video. Tentu elemen visual membuat sebuah isu atau berita jadi lebih kuat pengaruhnya, bahkan beberapa kali jepretan para jurnalis foto dijadikan bukti untuk persidangan kejahatan perang.
Meski bukan hal baru, dengan adanya media sosial kini para pegiat foto jurnalis pun bisa menyalurkan informasi dengan lebih cepat ke khalayak yang lebih luas pula. Beberapa dari mereka bisa ditemukan dengan mudah di media sosial. Berikut beberapa nama prominen yang bisa jadi jujukan.
1. Rauli Virtanen
Rauli Virtanen adalah seorang jurnalis foto senior yang sudah melakukan perjalanan ke hampir semua negara yang ada di dunia sejak debut di tahun 1960an, ketika bepergian bukan hal yang semudah sekarang. Liputan pertamanya adalah Perang Vietnam.
Sejak itu ia pun melakoni banyak perjalanan ke wilayah-wilayah konflik lain di Asia, Amerika Latin, Afrika, Timur Tengah, dan yang terbaru di Ukraina. Virtanen sudah berusia lebih dari 70 tahun, tetapi masih terlihat bugar dan antusias menjepret di area konflik.
2. Muhammed Muheisen
Muhammed Muheisen paling dikenal atas karya-karya fotografinya di National Geographic. Muheisen fokus pada isu-isu pengungsi dalam liputannya. Ia banyak memotret kehidupan para pengungsi konflik Timur Tengah mulai yang terjebak di kamp-kamp sementara di Jordania, Uni Emirat Arab hingga Maroko.
Atas karya-karyanya, ia dua kali memenangkan Pulitzer Prize. Ia juga mendirikan sebuah organisasi non pemerintah pro pengungsi bernama Everyday Refugees Foundation yang berbasis di Belanda.
3. Ravi Mishra
Ravi Mishra bisa jadi jujukanmu saat hendak menilik isu yang sedang berkembang di India. Ia bukan hanya jurnalis foto, tetapi juga sering didapuk membantu para jurnalis lain yang hendak meliput India atau yang dikenal dengan sebutan fixer.
Mishra sering bekerja sama dengan media-media besa seperti The New York Times, National Geographic, Vice, Al Jazeera, Time, dan lain sebagainya. Media sosialnya sangat insightful alias membuka mata.
4. Ashley Crowther
Kalau Mishra fokus di India, Crowther adalah spesialis Asia. Ia aktif memotret di kawasan Asia Tengah. Tak hanya isu-isu sosial dan politik, sang jurnalis foto juga sering mengangkat isu-isu lingkungan dalam cerita visualnya.
Di situs pribadinya, ia bahkan merangkai koleksi fotonya dalam format serial dokumenter visual yang menggugah dan membuka mata. Harus baca dan cek semua, nih.
5. Matthieu Paley
Paley dikenal luas atas kontribusinya sebagai foto jurnalis untuk majalah National Geographic. Ia lebih condong tertarik pada isu-isu budaya dan lingkungan. Menarik karena Paley seringkali mengajak keluarganya untuk ikut berpetualang bersamanya.
Berkat hobinya berkelana, Paley bisa berbicara dalam setidaknya enam bahasa. Termasuk bahasa India, salah satu kawasan yang paling sering ia liput.
Baca Juga: 5 Drama Asia dengan Karakter Perempuan Seorang Jurnalis
6. Ron Haviv
Ron Haviv juga seorang jurnalis foto senior. Ia spesialis isu perang dan meliput di setidaknya puluhan konflik di seluruh dunia, termasuk perang brutal di negara pecahan Yugoslavia, Afghanistan, dan sejumlah negara Afrika.
Editor’s picks
Beberapa jepretan foto dan video yang ia buat berhasil tampil di berbagai media ternama. Salah satu karya paling prominen dari Haviv adalah potret yang menunjukkan seorang pria beretnis Bosnia yang berlutut dan menangis ketika berada di bawah ancaman senjata tentara Serbia.
7. Michael Christopher Brown
Brown menemukan momennya saat ia berhasil menelurkan sebuah dokumentasi tentang perang sipil di Libya pada tahun 2011 lalu. Hasil jepretannya bahkan sudah dibukukan dengan judul Libyan Sugar di tahun 2016.
Lewat wawancara dengan Vice, Brown mengisahkan beberapa pengalamannya yang harus mengalami cedera hingga kehilangan rekan sejawatnya saat bekerja di area konflik. Ia juga mendiskusikan dilema yang dirasakan banyak jurnalis perang di masa genting tersebut.
8. Stephanie Sinclair
Meski didominasi laki-laki, ternyata tak sedikit jurnalis foto perempuan yang sepak terjangnya menarik untuk diikuti. Salah satunya Stephanie Sinclair. Berbeda dengan rekan-rekannya yang laki-laki, Sinclair lebih sensitif pada isu-isu gender dan hak asasi manusia.
Ia banyak menjepret dan meliput kisah-kisah yang berkaitan erat dengan identitas, kehidupan domestik para perempuan di berbagai negara, dan parenthood. Ia juga tak ragu pergi ke area rawan konflik.
9. Lynsey Addario
Addario juga besar lewat National Geographic, New York Times, dan Time. Ia memulai kariernya sebagai fotografer di tahun 1996 dengan belajar secara otodidak. Ia lebih sering menjepret momen-momen yang berkaitan dengan isu lingkungan, pengungsi, dan hak perempuan.
Ia pernah pergi ke Afghanistan, Darfur, Libya, Lebanon, Suriah, hingga Sudan dan Kongo untuk mengangkat kisah-kisah yang tersembunyi dari teropong media mainstream.
10. Katie Orlinsky
Sebelum merengkuh gelar master di bidang jurnalisme, Orlinsky belajar ilmu politik untuk studi sarjananya. Sebagai salah satu generasi muda, ia pun banyak membahas masalah perubahan iklim. Beberapa isu yang coba ia angkat sebagai bukti misalnya erosi di sebuah desa di Alaska, melelehnya beberapa area permafrost di Arktik, serta cerita menarik tentang Gila Wilderness di Meksiko.
Orlinsky juga sering memotret satwa serta momen-momen penting yang menyertai mereka dan lanskap alam megah yang membahana. Karyanya banyak dipublikasikan untuk majalah sains seperti National Geographic.
11. Steve McCurry
Steve McCurry adalah jurnalis foto yang fokusnya lebih ke ranah tradisi dan budaya. Salah satu karyanya yang viral adalah potret seorang bocah perempuan Afghanistan berkerung merah dan bermata hijau yang pernah jadi sampul untuk majalah National Geographic.
McCurry masih aktif hingga kini dengan karya-karya yang mengglobal. Ia lebih banyak meliput di kawasan Asia Tenggara, Asia Tengah, dan Afrika.
12. Muhammad Fadli
Tentu Indonesia tak kekurangan jurnalis foto. Salah satu yang cukup banyak disebut adalah Muhammad Fadli. Berbasis di Jakarta, Fadli sudah berkeliling Indonesia untuk memotret berbagai momen tentang tanah air. Ia mengawali kariernya sebagai fotografer untuk majalah Tempo sebelum akhirnya merambah National Geographic dan berbagai media internasionaal lainnya.
Foto-foto jepretan Fadli mengungkap banyak sisi lain Indonesia. Tak hanya manusia, tetapi juga beberapa fenomena alam yang membuat kita ikut terdiam.
Jurnalisme foto ternyata sangat besar pengaruhnya dalam menyebarluaskan sebuah isu atau berita. Seringkali gambar memang bisa bercerita lebih banyak dari seutas kalimat atau rangkaian paragraf, Salut dengan keberadaan orang-orang yang berdedikasi melakukan pekerjaan ini dengan sepenuh hati.
Baca Juga: Uni Lubis: Jurnalis Perempuan Jangan Hanya Melek Isu Gender Equality!
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.