7 Sutradara yang Gemar Pakai Teknik Geometric Shot, Manjakan Mata
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pernahkah kamu merasa terhipnotis atau dimanjakan oleh sebuah frame dalam film?Tak hanya color grading alias perpaduan warna, ada yang dinamakan geometric shot dalam sinematografi. Ini sebuah teknik mengambil gambar dengan memprioritaskan simetri dalam bingkai video.
Secara alamiah, simetri memang menarik buat mata manusia. Melansir liputan BBC, simetri mampu menciptakan efek menenangkan karena identik dengan keteraturan dan kerapian, kebalikan dari kekacauan. Ini pula yang menjelaskan mengapa film-film yang menggunakan konsep simetri dalam sinematografinya dianggap superior.
Tercatat, beberapa sutradara yang setia menerapkan geometric shot berhasil meraih popularitas tinggi. Didukung pula dengan kualitas naskah yang mumpuni, popularitas mereka pun tak terbendung. Beberapa bahkan dapat status legenda. Seperti tujuh sutradara berikut. Cek apakah jagoanmu ada di daftar ini!
1. Wes Anderson jadi salah satu sutradara yang paling dikenal setia kepada simetri
Wes Anderson salah satu sutradara yang berhasil menciptakan film-film brilian nan estetik. Tak hanya matang secara naskah, karya sinematiknya superior secara tampilan. Ternyata simetri jadi salah satu elemen yang tak pernah ia tinggalkan saat berkarya. Tiap bingkai video selalu terlihat rapi. Ditambah caranya memilih color grading yang menawan, tak heran kalau film-film Wes Anderson juga disukai para pegiat seni, di samping tentunya para sinefili.
2. Jauh sebelum itu, Yasujirō Ozu sudah memeloporinya pada 1930-an
Jauh sebelum Wes Anderson, sutradara Jepang Yasujirō Ozu lebih dulu menggunakan teknik geometric shot dalam tiap filmnya. Aktif pada 1930--1960-an, Ozu dikenal punya signature yang tak kalah khas. Selain simetri, ia juga sering menggunakan elipsis (pemangkasan durasi dengan menghilangkan sebuah adegan untuk disinggung dalam dialog saja) serta close-up shot. Saat teknologi warna ditemukan, film-film Ozu pun makin estetik. Meski warna yang tersedia masih terbatas, tampilan filmnya tak kalah ciamik dibanding Wes Anderson.
3. Film-film hitam putih Akira Kurosawa tetap manjakan mata
Sutradara Jepang yang aktif medio 1930--1990-an ini tetap bisa bikin film hitam putih jadi menarik dengan elemen simetrisnya. Kurosawa akan membentuk berbagai bangun datar kala menempatkan para karakternya dalam frame; segitiga, segiempat, lingkaran, dan lain sebagainya. Ini menciptakan keteraturan yang benar-benar memanjakan mata terlepas dari absennya warna.
Baca Juga: 9 Film Tahun 80-an Favorit Wes Anderson, Ada Anime Studio Ghibli!
Editor’s picks
4. Stanley Kubrick identik dengan one-point perspective
Kamu juga bisa menemukan keteraturan dalam film-film garapan Stanley Kubrick. Ia paling sering menggunakan konsep one-point perspective. Ini dilakukannya untuk menampilkan sesuatu dari perspektif yang bervariasi dan secara tidak langsung memengaruhi pikiran penonton. Contoh paling nyata dari geometric shot ala Kubrick bisa kamu lihat dalam film The Shining saat mata kita seolah berada selevel dengan mata seorang bocah cilik yang sedang duduk di atas sepeda kecilnya.
5. Christopher Nolan tak pernah melupakan pertimbangan geometri saat bikin film
Christopher Nolan juga salah satu sineas yang setia pada simetri dan bentuk geometri. Ia sering menggunakan lingkaran, persegi, segitiga dan trapesium dalam bingkai videonya. Mirip dengan Kurosawa, tetapi lebih jelas dan megah karena cakupan frame-nya yang jauh lebih luas. Didukung dengan kecintaannya pada lensa kamera IMAX 70mm yang lebih lebar dari lensa film konvensional, simetri dalam filmnya terlihat makin jelas.
6. Sebagai minimalis, Jim Jarmusch butuh simetri untuk memperkaya karyanya
Sebagai salah satu sutradara minimalis yang juga suka mengambil gambar dengan teknik static shot, Jarmusch pun memprioritaskan keberadaan simetri dan pola dalam karya-karya sinematiknya. Ini terlihat jelas dalam film Paterson dan Night on Earth. Ia memang tak pernah bikin film dengan plot bombastis nan kompleks, tetapi tetap bisa ciptakan efek menenangkan lewat struktur yang teratur dalam filmnya.
7. Babak Jalali, sutradara baru yang ikuti jejak Jarmusch
Gaya sinematik Jarmusch menginspirasi sutradara Babak Jalali yang baru saja merilis Fremont pada 2023 lalu. Hampir seperti titisan Jarmusch, Jalali setia pada teknik geometric shot dan menganut aliran minimalis soal plot. Film terbarunya misalnya terlihat amat sederhana dalam balutan format hitam putih dan negative space di sana-sini, tetapi ternyata kaya akan dialog filosofis yang singkat serta diucap tanpa ekspresi.
Simetri yang diciptakan lewat teknik geometric shot ternyata punya efek yang besar dalam estetika film. Memanjakan mata sekaligus memberi efek menenangkan, tak heran kalau film-film karya sutradara di atas sering ditonton lebih dari sekali oleh penggemarnya. Healing banget saat suntuk.
Baca Juga: 7 Film Horor Slasher Arahan Wes Craven Selain Franchise Scream
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.