8 Film Animasi DreamWorks Adaptasi Buku Anak, Ada Orion and the Dark!

Sebagai fans film animasi DreamWorks, kamu pastinya sudah hafal dengan salah satu waralaba yang paling populer dan sukses di dunia ini. Yap, seri film yang dibuat berdasarkan buku bergambar berjudul Shrek! karya William Steig ini menampilkan Shrek, sesosok ogre yang pemarah, tapi baik hati. Sepanjang seri, ia harus menyelesaikan berbagai misi untuk mendapatkan kembali rawa kesayangannya, menikahi putri yang dicintainya, dan berteman dengan berbagai makhluk dongeng.

Hingga kini, seri film yang dikenal karena parodi dan referensi budaya pop yang cerdas ini telah menelurkan empat film inti dan dua film spin-off, terbaru Puss in Boots: The Last Wish (2022). Keenamnya laris manis di pasaran dan sukses meraup pendapatan lebih dari 4 miliar dolar AS di box office. Kabarnya, film kelimanya sedang dalam tahap pengembangan dan digadang-gadang bakal kembali menghadirkan pengisi suara orisinalnya, seperti Mike Myers, Eddie Murphy, dan Cameron Diaz, seperti dilansir Comic Book.

Selain seri film Shrek, waralaba DreamWorks yang juga tak kalah sukses dan mencuri perhatian adalah seri film How to Train Your Dragon. Diangkat dari buku anak karya Cressida Cowell, seri film ini menceritakan kisah Hiccup, anak Viking yang berteman dengan seekor naga bernama Toothless. Film ini menyoroti bagaimana mereka mengubah hubungan antara manusia dan naga di pulau Berk.

Seri film ini terdiri dari tiga film utama. Ketiga judul tersebut yakni How to Train Your Dragon (2010), How to Train Your Dragon 2 (2014), dan How to Train Your Dragon: The Hidden World (2019). Ketiganya sukses meraih nominasi dan penghargaan di sejumlah ajang bergengsi, seperti Academy Awards, Golden Globe, Annie Awards, hingga Venice Film Festival.

Kesuksesan trilogi How to Train Your Dragon tersebut menginspirasi Universal Pictures, selaku studio induk, untuk membuat versi live action-nya. Dilansir The Hollywood Reporter, sejumlah nama telah ditunjuk untuk memerankan para karakter utamanya. Mereka adalah Mason Thames (Hiccup), Nicole Parker (Astrid), Gerard Butler (Stoick the Vast), dan Nick Frost (Gobber the Belch). Duh, jadi gak sabar!

Rise of the Guardians mengisahkan petualangan para pelindung masa kecil yang disebut Guardians. Para Guardian, yang terdiri dari Sinterklas (North), Sang Paskah (Bunnymund), Peri Gigi (Tooth), dan Pasir Mimpi (Sandy), harus bersatu melawan Pitch Black, roh jahat yang ingin menghancurkan harapan anak-anak di seluruh dunia. Selain itu, mereka juga membantu Jack Frost, roh musim dingin, dalam menemukan ingatannya yang hilang.

Film ini diadaptasi dari seri buku Guardians of Childhood karya William Joyce, yang juga menjadi produser eksekutif film ini. Peter Ramsey, yang selanjutnya dikenal sebagai sutradara Spider-Man: Into the Spider-Verse (2018), dipercaya untuk duduk di kursi sutradara. Sementara untuk naskah, film ini menggandeng David Lindsay-Abaire, penulis yang pernah memenangkan Pulitzer Prize untuk drama Rabbit Hole (2006).

Diadaptasi dari buku anak karya Adam Rex yang berjudul The True Meaning of Smekday, Home mengisahkan persahabatan antara seorang gadis bernama Tip dan alien bernama Oh. Oh adalah salah satu dari ras alien penjajah yang disebut Boov. Namun, Oh berbeda dari Boov yang lain, karena ia suka bersahabat. Di sisi lain, Tip adalah gadis yang berhasil lolos dari penangkapan Boov dan mencari ibunya yang hilang.

Ketika Oh dan Tip bertemu, mereka awalnya saling curiga. Namun, seiring waktu, mereka mulai mengenal satu sama lain dan menjadi teman. Mereka juga menyadari bahwa mereka telah salah paham tentang banyak hal. Oh belajar bahwa manusia tak seburuk yang dikatakan Boov, dan Tip belajar bahwa Boov tak semuanya jahat. Mereka juga menemukan arti sebenarnya dari kata "rumah".

Seri film yang dibuat berdasarkan buku bergambar berjudul sama karya Marla Frazee ini bercerita tentang petualangan seorang bayi yang mengenakan jas dan tas kerja. Mereka ternyata adalah agen rahasia dari sebuah organisasi bernama BabyCorp. Ia datang ke rumah seorang bocah lelaki berusia 7 tahun bernama Tim, yang awalnya cemburu dan tak menyukai adik barunya itu. Namun, seiring waktu, mereka menjadi sahabat dan bekerja sama untuk menghadapi berbagai tantangan dan musuh.

Selain film, waralaba ini juga menelurkan sebuah serial berjudul The Boss Baby: Back in Business (2018—2020) yang ditayangkan di Netflix. Berjalan selama empat musim dengan total 49 episode, serial ini mengisahkan petualangan Tim dan Boss Baby setelah film pertama, The Boss Baby (2017). Mereka harus menghadapi berbagai masalah dan misi baru yang tak kalah seru dari BabyCorp.

Captain Underpants: The First Epic Movie menceritakan dua anak kelas empat yang suka membuat komik tentang pahlawan super bernama Captain Underpants. Mereka adalah George Beard dan Harold Hutchins, yang sering berbuat iseng dan membuat ulah di sekolah. Konflik film ini dimulai saat George dan Harold berhasil menghipnotis Mr. Krupp, kepala sekolah mereka yang galak dan membuatnya percaya bahwa ia adalah Captain Underpants.

Meski menawarkan animasi penuh warna, humor yang kocak, dan pesan moral positif, sayangnya Captain Underpants: The First Epic Movie tak mendapatkan perhatian yang sepadan dengan kualitasnya. Film yang diadaptasi seri novel anak karya Dav Pilkey ini hanya meraup 125,4 juta dolar AS di seluruh dunia. Salah satu alasannya adalah karena saat itu, yakni Juni 2017, film ini bersaing dengan film animasi lain yang lebih populer dan ditunggu-tunggu, seperti Cars 3 dan Despicable Me 3.

Siapa bilang penjahat tak bisa jadi pahlawan? Itulah yang ingin dibuktikan oleh The Bad Guys, film animasi yang diadaptasi dari seri buku anak karya Aaron Blabey. Film ini bercerita sekelompok binatang kriminal yang terkenal karena aksi pencurian dan kejahatan mereka. Namun, setelah tertangkap oleh pihak berwenang, mereka harus menjalani program rehabilitasi yang dipimpin oleh seorang profesor.

Salah satu keistimewaan The Bad Guys dari film animasi lainnya adalah bertaburnya referensi dan penghormatan kepada film-film kriminal klasik, khususnya karya-karya Quentin Tarantino. Salah satu yang paling kentara adalah adegan pembuka film ini, yang memperlihatkan dua karakter utamanya, Mr. Wolf dan Mr. Snake, berdebat di restoran, lalu merampok bank. Adegan tersebut sukses mengingatkan sinefili pada adegan pembuka salah satu masterpiece Tarantino, yakni Pulp Fiction (1994).

Setelah tahun lalu menelurkan Ruby Gillman, Teenage Kraken (2023) dan Trolls Band Together (2023), tahun ini DreamWorks kembali dengan film animasi terbarunya berjudul Orion and the Dark. Film ini diadaptasi dari buku anak terlaris berjudul sama karya Emma Yarlett. Tak tanggung-tanggung, Charlie Kaufman, sineas peraih Oscar lewat Eternal Sunshine of the Spotless Mind (2004), ditunjuk sebagai penulis naskahnya.

Seperti judulnya, Orion and the Dark berfokus pada Orion, bocah sekolah dasar yang takut akan kegelapan di malam hari. Suatu malam, Orion mendapat kunjungan dari Dark, sosok yang merupakan perwujudan dari ketakutannya. Awalnya disangka jahat, Dark malah mengajak Orion berkeliling dunia untuk membuktikan bahwa tak ada yang perlu ditakutkan dari malam hari.

Orion and the Dark adalah film yang patut ditunggu, karena menawarkan cerita yang menghibur sekaligus menginspirasi. Film ini mengajarkan kita untuk menghadapi ketakutan dengan cara yang positif. Namun, untuk menontonnya, kamu harus bersabar dulu hingga 2 Februari mendatang. So, jangan lupa catat tanggalnya!

Film dan buku memang adalah dua media yang berbeda. Namun, keduanya dapat saling melengkapi dan memberikan pengalaman yang menyenangkan. Film-film di atas menunjukkan bahwa buku anak dapat menjadi sumber inspirasi yang kaya untuk membuat film animasi yang menggugah. Maka dari itu, jangan ragu untuk menyaksikan semuanya bersama orang-orang terkasih, ya!