5 Film yang Buktikan kalau Cinta Beda Ras Tak Selalu Indah

- Get Out (2017): Film horor terbaik abad ini yang menggambarkan perlakuan mikroagresi dalam hubungan antaretnik.
- Killers of the Flower Moon (2023): Menjelajahi isu rasisme dan ketamakan manusia dalam pernikahan beda ras.
- Sinners (2025): Horor sosial yang menyoal isu rasisme dengan latar Amerika Serikat awal abad 20.
Hubungan asmara antaretnik atau cinta beda ras sering diromantisasi dalam berbagai situasi. Ia sering dilihat sebagai sebuah progresivitas, dukungan terhadap keberagaman, dan bukti kalau cinta itu buta. Namun, benarkah cinta beda ras selalu berjalan mulus tanpa hambatan? Nyatanya dalam beberapa riset yang dipublikasikan dari tahun ke tahun, pernikahan beda rasa tak luput dari isu, terutama rasisme dan ketimpangan privilese.
Ada temuan menarik dari Yampolsky, dkk yang dipublikasikan Journal of Social Issues pada 2023 dengan judul ‘Intimate racism from one's partner in young intercultural couples’. Penelitian ini menemukan bahwa semua responden (92 orang dari berbagai gender dan ras kulit berwarna di Amerika Serikat) pernah mendapat perlakuan rasis dari pasangan intim mereka yang berasal dari etnik mayoritas (kulit putih). Kebanyakan berupa mikroagresi dan hinaan tak langsung yang lekat kaitannya dengan perspektif kolonialisme. Seperti anggapan bahwa kultur mereka inferior, keengganan untuk memvalidasi keresahan mereka terkait rasisme dan perbedaan privilese, hingga fetisisasi.
Mungkin temuan itu sulit dibayangkan, terutama buat yang belum pernah mengalaminya sendiri. Kebetulan, beberapa film yang buktikan kalau cinta beda ras tak selalu indah bisa membantumu melihat seberapa akurat dan relevannya hasil temuan tadi. Dibuat dengan seksama dan berimbang perspektifnya, kamu bakal langsung tercerahkan, deh.
1. Get Out (2017)

Disebut sebagai salah satu film horor terbaik abad ini, Get Out berhasil menggambarkan berbagai perlakuan mikroagresi yang harus dirasakan seorang minoritas ketika berada dalam hubungan antaretnik. Ia ditulis dari perspektif Chris (Daniel Kaluuya), pria kulit hitam yang menjalin asmara dengan perempuan kulit putih. Satu hari, ia diundang sang pacar untuk bertemu keluarganya. Walau awalnya dapat sambutan baik dan ramah, perlahan pertemuan ini mulai mengarah pada hal-hal yang menggangggu dan canggung. Semua berjalan mulus tanpa ada kecurigaan sama sekali sampai Chris terbangun dan menemukan dirinya terjebak dalam situasi sulit.
2. Killers of the Flower Moon (2023)

Pernikahan beda ras yang tak semulus kata orang juga bisa kamu lihat di film Killers of the Flower Moon. Terinspirasi kisah nyata, film ini menjelajahi isu rasisme dan ketamakan manusia, terutama yang mencatut warga mayoritas kulit putih di Amerika Serikat terhadap komunitas pribumi. Lakonnya Ernest (Leonardo DiCaprio), veteran perang yang diminta pamannya untuk membantunya melancarkan sebuah konspirasi jahat. Ia diminta mendekati dan menikahi perempuan pribumi pewaris tanah kaya mineral. Itu dilakukannya agar pada waktunya nanti mereka bisa mengakses tanah itu tanpa hambatan.
3. Sinners (2025)

Seperti Get Out, film Sinners juga bisa dikategorikan horor sosial yang menyoal isu rasisme. Berlatar Amerika Serikat awal abad 20, hubungan antara Stack (Michael B. Jordan) dan Mary (Hailee Steinfeld) jadi pelik. Stack adalah pria kulit hitam, sementara Mary berdarah campuran. Secara kasat mata, Mary tidak terlihat seperti seorang kulit hitam dan ini berperan besar dalam plot. Mary dengan penampilan fisiknya bisa mengakses dua komunitas yang terdampak segregasi rasial dan akhirnya menjadi sumber konflik utama film ini.
4. Party Girl (1995)

Film lain tentang cinta beda ras yang provokatif adalah Party Girl. Ia disusun ala film romcom biasa. Lakonnya perempuan kulit putih bernama Mary (Parker Posey) yang punya privilese untuk bereksperimen dengan hidupnya. Sampai ia kehabisan sumber daya dan terpaksa meminta bantuan kerabat dekatnya dan harus bekerja di bidang yang tak ia suka untuk bertahan hidup. Pada fase ini, ia bertemu dengan seorang pedagang kaki lima yang bermigrasi ke New York dari Mesir.
Mereka menjalin asmara, tetapi jelas ada perbedaan drastis dalam cara pandang mereka. Dinamika relasi mereka dan kecenderungan Mary meremehkan serta melakukan fetisisasi terhadap pacar barunya tak luput dari jalan cerita. Ini sebuah pembangunan karakter yang menarik. Mary adalah cerminan protagonis yang tak sempurna, tone-deaf, dan tentunya gak sadar akan privilesenya.
5. White Men Can't Jump (1992)

White Men Can’t Jump sebenarnya memotret pertemanan dua pria dewasa dari etnik berbeda, Billy (Woody Harrelson) yang berkulit putih dan Sidney (Wesley Snipes). Pernah jadi atlet kebanggaan di universitas, keduanya kini jadi pebasket jalanan dengan pekerjaan serabutan. Ketidakstabilan finansial membuat hubungan percintaan mereka dengan pasangan masing-masing agak pelik. Situasi Billy lebih parah. Ia kebetulan menjalin asmara dengan perempuan kulit hitam, Gloria (Rosie Perez) dan hubungan mereka bisa dibilang toksik. Billy cenderung melakukan mikroagresi dengan meremehkan kemampuan dan kemandirian Gloria.
Lewat lima rekomendasi film yang buktikan kalau cinta beda ras tak selalu indah, kamu bisa mendapatkan gambaran tantangan tentang hubungan beda ras. Ada kepelikan situasi dan perbedaan privilese yang bakal menanti pasangan beda etnik di mana saja. Itu harusnya jadi semacam bekal pengetahuan umum layaknya ketika kita bicara hubungan beda kelas.