11 Film dengan Lakon Anak yang Bagian Akhirnya Nyesek

Monster layak masuk daftar pertama film lakon anak dengan akhir nyesek. Bagaimana tidak, film ini mengikuti persahabatan dua anak lelaki yang awalnya dipahami guru mereka sebagai bullying. Itu tak lain karena keengganan salah satu dari mereka untuk mengakui persahabatan itu akibat reputasi "aneh" yang melekat pada sang sahabat. Saat akhirnya orang-orang dewasa di sekitar mereka paham, semuanya sudah terlambat. 

The Traveler boleh berfasad komedi, tetapi bagian akhirnya dijamin bikin nyesek. Ini soal seorang bocah yang bertekad menonton pertandingan sepak bola tim kesayangannya di luar kota. Datang dari keluarga kelas menengah bawah, ia harus mengumpulkan recehan dengan berbagai cara untuk bisa membiayai perjalanannya. Sampai sana ia masih harus berurusan dengan calo dan tetek bengek lain yang tak ia duga. 

The Kid with a Bike adalah salah satu film Belgia ternyesek yang wajib ditonton. Ia berkutat pada nasib malang seorang bocah yang ditelantarkan orangtuanya begitu saja. Tetangganya bersedia menerima bocah itu bahkan berniat mengadopsinya, tetapi ternyata prosesnya tak sesederhana bayangan. Bukan birokrasi saja penghalangnya, tetapi juga impulsivitas sang bocah. 

Masih dari Belgia, coba sempatkan nonton Close karya Lukas Dhont. Ceritanya punya kemiripan dengan Monster, yakni persahabatan antar dua anak lelaki yang disalahpahami orang-orang di sekitar mereka. Salah satunya sebutan gay yang bikin salah satu dari mereka tak nyaman dan akhirnya menjauhi sahabat secara perlahan. Di tengah proses itu, sebuah tragedi menyadarkan mereka kalau memikirkan apa kata orang adalah hal yang destruktif. 

The Return mengikuti liburan dua bersaudara dengan ayah mereka yang lama absen. Namun, ayah mereka bukan tipe yang baik hati. Dengan idealisme maskulin yang ia yakini, sang ayah berusaha "mendidik" anak mereka agar kuat dan tegar. Namun, terkadang yang dilakukannya justru mirip perundungan. Tak pelak, liburan itu bagai mimpi buruk buat dua bocah itu. Namun, jangan tertipu sinopsis ini, ada plot twist yang bikin kamu ternganga nantinya. 

Film nyesek lain yang diperankan aktor anak adalah karya legendaris  François Truffaut berjudul The 400 Blows. Ditulis dari perspektif seorang bocah dari orangtua kelas pekerja, kamu akan dihadapkan pada keaktifan sekaligus kenakalannya. Namun, secara perlahan kamu mulai paham mengapa sang bocah memilih bertingkah seperti itu. 

Digarap sutradara Afghanistan, Shahrbanoo Sadat, Wolf and Sheep adalah kisah persahabatan dua anak yang terasing di desa mereka. Satu karena kutukan yang dipercaya penduduk desa tersemat padanya, satunya lagi karena keputusan ibunya menikah lagi sepeninggal suaminya. Persahabatan yang awalnya menyenangkan dan jadi penghiburan buat mereka sayangnya tak bertahan lama. 

The Orphanage bisa dibilang sekuel dari film sebelumnya. Digarap sutradara yang sama, kali ini film akan mengikuti salah satu bocah di Wolf and Sheep yang kini beranjak remaja. Saat tertangkap berkeliaran tak jelas di kota, ia ditangkap aparat dan dimasukkan ke panti asuhan. Di sana ia mulai berkawan dengan beberapa rekan senasib. Berlatar tahun 1980-an jelang berakhirnya okupasi Soviet di Afghanistan, berbagai tantangan dan bahaya harus mereka hadapi di panti itu. Kombinasi komedi, musikal, dengan tragedinya pas, meski akhirnya tetap nyesek. 

Kalau ada daftar film paling depressing yang pernah dibuat, Capernaum wajib disertakan di dalamnya. Film bahkan dibuka dengan nasib malang seorang bocah lelaki yang gagal menyelamatkan adik perempuannya dari perjodohan dini. Ia yang kecewa pada orangtuanya memilih kabur dari rumah dan bertahan hidup sendiri. Berlatarkan Lebanon, sang bocah pun baru tahu kalau negaranya jadi transit para pencari suaka asal negara Timur Tengah lain. Namun, dengan para pengungsi yang tak beruntung itulah ia mulai bisa membuka diri dan membangun koneksi. 

Akhir nyesek juga ditawarkan film Jepang Nobody Knows. Terinspirasi dari sebuah tragedi nyata, film ini mengikuti empat bersaudara yang ditelantarkan ibu mereka begitu saja di sebuah apartemen sewaan. Sontak anak tertua dari keempat bocah itu harus mengemban tanggung jawab atas adik-adiknya. Bayangkan anak semuda itu harus berkelahi dengan kejamnya dunia. 

Anak kecil yang harus bertahan hidup sendiri juga ada di film Turtles Can Fly. Berlatarkan Irak yang tercabik perang sipil, kamu akan berkenalan dengan tiga bersaudara. Mereka bertahan hidup dengan mengumpulkan ranjau dan tentu harus menanggung risiko kehilangan anggota badan saat apes. Seiring berjalannya waktu, fakta-fakta pedih lain bakal terungkap dan ending-nya benar-benar bikin penonton tercekat saking getirnya. 

Trope tragis dengan lakon anak-anak terbukti berdampak besar buat penonton. Siapa sih yang kuat melihat anak-anak tadi jadi korban kejamnya dunia?