5 Film Horor yang Sukses Bikin Depresi, Gak Selalu Hantu!

- Hereditary (2018): Drama keluarga brutal yang menggambarkan keputusasaan dan takdir mengerikan.
- The Mist (2007): Ending tragis yang membuat penonton hancur dengan ironi paling kejam dalam sejarah film horor.
- Midsommar (2019): Horor psikologis yang memanipulasi mental penonton hingga akhir film.
Saat memutuskan untuk menonton film horor, biasanya ada satu hal yang dicari, yakni sensasi takut yang seru. Kita siap untuk dibuat sport jantung oleh jump scare, ditakut-takuti oleh penampakan hantu, atau tegang saat dikejar monster. Setelah film selesai, rasa takutnya pun hilang dan kita bisa kembali tidur nyenyak.
Namun, ada kasta film horor berbeda yang selesai menontonnya bikin depresi dan kepikiran. Film-film ini tujuannya bukan hanya untuk membuatmu teriak-teriak, tapi untuk meresap ke dalam pikiran dan meninggalkanmu dengan perasaan gelisah. Horor jenis ini sering kali mengeksplorasi tema-tema kelam, seperti duka, trauma, dan keputusasaan, hingga sukses membuat penontonnya ikut merasa hampa dan depresi.
Kalau berani, coba tonton beberapa rekomendasi film horor yang sukses bikin depresi berikut ini, deh. Wah, dari menit pertama saja sudah bikin kamu gelisah, deh!
1. Hereditary (2018)

Hereditary sering dianggap sebagai salah satu horor modern terbaik sekaligus paling depresif. Hereditary adalah sebuah drama keluarga brutal tentang bagaimana rasa duka dan trauma turun-temurun bisa menghancurkan sebuah keluarga. Ceritanya diawali dengan kematian sang nenek, yang kemudian memicu serangkaian peristiwa tragis lainnya bagi keluarga Graham.
Apa yang membuat film ini begitu menekan adalah perasaaan bahwa para karakternya sama sekali tidak punya harapan. Mereka bukanlah melawan hantu biasa, melainkan takdir mengerikan yang sudah diatur untuk mereka sejak lama. Film ini dengan sempurna menggambarkan keputusasaan, di mana setiap upaya untuk memperbaiki keadaan justru semakin menjerumuskan mereka ke dalam mimpi buruk yang gak bisa dihindari.
2. The Mist (2007)

Diadaptasi dari novel Stephen King, The Mist menjebak sekelompok orang di dalam supermarket saat kota mereka diselimuti kabut tebal berisi monster mengerikan. Namun, horor sebenarnya bukan datang dari luar, melainkan dari dalam. Rasa takut dan fanatisme agama mengubah para penyintas menjadi lebih buas daripada monster di luar.
Yang membuat film ini legendaris dan super depresif adalah ending-nya. Setelah melalui perjuangan berat, sang protagonis membuat sebuah keputusan tragis yang tak terbayangkan untuk menyelamatkan orang-orang yang ia sayangi dari takdir yang lebih buruk. Namun, beberapa detik setelah ia melakukan tindakan itu, kabut pun sirna dan bantuan datang. Penonton dibiarkan hancur dengan ironi paling kejam dalam sejarah film horor.
3. Midsommar (2019)

Dari sutradara yang sama dengan Hereditary, Midsommar adalah mimpi buruk yang terjadi di siang bolong. Ceritanya mengikuti Dani, seorang gadis yang sedang berduka, saat ia ikut pacarnya yang toksik dan teman-temannya ke sebuah festival musim panas di desa terpencil di Swedia. Desa itu terlihat seperti surga yang indah, penuh bunga, dan warganya ramah.
Namun, di balik semua keindahnya itu, tersembunyi sebuah sekte pagan dengan ritual-ritual yang aneh dan mengerikan. Horor di film ini bersifat psikologis. Penonton diajak untuk merasakan langsung bagaimana Dani yang sedang rapuh secara perlahan dimanipulasi mentalnya. Perasaan tidak nyaman dan gelisah akan terus menumpuk hingga akhir film yang sangat mengganggu.
4. The Babadook (2014)

Di permukaan, The Babadook terlihat seperti cerita horor tentang monster dari buku cerita anak-anak. Ceritanya berpusat pada seorang ibu tunggal, Amelia, yang berjuang membesarkan anaknya yang sulit diatur sambil terus dihantui oleh duka mendalam atas kematian suaminya. Hidup mereka jadi lebih buruk saat monster dari buku misterius "Mister Babadook" mulai meneror mereka.
Namun, yang membuat film ini sangat depresif adalah makna di baliknya. "Babadook" sebenarnya adalah metafora atau perwujudan fisik dari depresi, duka, dan trauma Amelia yang tidak pernah ia proses. Film ini dengan sangat gamblang menunjukkan bagaimana kesedihan bisa berubah menjadi monster mengerikan yang tidak hanya menghantui, tapi juga bisa mengambil alih dan menghancurkan dirimu serta orang yang kamu sayangi.
5. The Witch (2015)

Film horor berlatar di abad ke-17 ini akan membawamu ke dalam mimpi buruk yang berjalan lambat. Cerita The Witch mengikuti sebuah keluarga Puritan yang sangat religius dan diasingkan. Mereka terpaksa hidup di pinggir sebuah hutan angker. Kehidupan mereka yang sudah berat berubah menjadi teror saat bayi mereka yang baru lahir tiba-tiba lenyap.
Hal yang membuat film ini sangat depresif bukanlah sosok penyihirnya, melainkan bagaimana keluarga ini hancur dari dalam. Rasa takut dan fanatisme agama mengubah cinta menjadi kebencian, membuat mereka saling menuduh satu sama lain sebagai penyihir. Penonton dipaksa menyaksikan sebuah keluarga yang perlahan-lahan terkoyak oleh paranoia dan keputusasaan hingga ke titik paling kelam.
Ternyata, film horor tuh gak selalu tentang seramnya jumpscare atau bentukan hantu yang aneh, tapi juga tentang perasaan gelisah yang membekas lama setelah filmnya berakhir. Jadi, jika kamu siap untuk tontonan yang tidak hanya menakutkan tapi juga menguras emosi, salah satu dari judul ini bisa jadi pilihan. Hati-hati, nanti kamu bisa jadi ikut merenung sendirian di kamar setelahnya, lho!