5 Pasang Film Horor yang Cocok Dijadikan Double Feature, Ngeri!

Apakah kamu pernah merasa ketakutan setelah menyaksikan film horor? Apakah kamu ingin merasakan sensasi horor yang lebih intens dan berkesan? Jika iya, maka kamu harus mencoba double feature.
Double feature adalah istilah untuk menyaksikan dua karya secara berturut-turut, biasanya dengan tema atau genre yang sama atau saling berkaitan. Dengan menyaksikan double feature, kamu akan merasakan atmosfer horor yang lebih mendalam dan beragam. Kamu bisa memilih dua tontonan horor yang sesuai dengan selera dan mood kamu, atau yang menawarkan sudut pandang dan gaya yang berbeda.
Namun, tak semua film horor cocok untuk dijadikan double feature. Ada beberapa hal yang perlu kamu pertimbangkan, seperti durasi, kualitas, dan kesesuaian karya-karya tersebut.
Penasaran dengan rekomendasi double feature yang bisa membuat malammu lebih horor? Berikut lima pasang film horor yang wajib kamu saksikan. Siapkan popcorn dan bantal, lalu bersiaplah untuk merinding!
1. Audition (1999) dan May (2002)

Pasangan film horor pertama yang penulis rekomendasikan adalah Audition dan May. Kedua film ini merupakan film horor psikologis yang mengisahkan tentang dua perempuan dengan obsesi yang tak sehat terhadap laki-laki yang mereka sukai. Keduanya juga menampilkan adegan-adegan mengerikan, sadis, dan menjijikkan, yang bisa membuat penonton merasa ngeri, muak, atau bahkan trauma.
Audition, yang disutradarai oleh Takashi Miike, menceritakan Shigeharu Aoyama (Ryo Ishibashi), seorang duda yang mencari istri baru dengan cara mengadakan audisi untuk film palsu. Namun, perempuan yang dipilihnya, Asami (Eihi Shiina), ternyata memiliki masa lalu kelam dan kecenderungan psikopat. Film ini mengekspos sisi gelap dari hubungan antara laki-laki dan perempuan, dengan twist yang mengejutkan dan brutal.
Di sisi lain, May mengisahkan May Canady (Angela Bettis), seorang perempuan yang terobsesi dengan boneka yang diberikan oleh ibunya. Perilakunya tersebut semakin menjadi ketika ia bertemu dengan Adam (Jeremy Sisto), laki-laki yang tertarik dengan keanehannya. Film ini mengeksplorasi tema yang lebih kompleks dari Audition, yakni sisi gelap dari kesendirian, dengan akhir yang tragis dan mengerikan.
2. The Wailing (2016) dan When Evil Lurks (2023)

Jika kamu menyukai film horor dengan unsur supernatural dan latar pedesaan, maka The Wailing dan When Evil Lurks adalah pilihan yang tepat untukmu. Kedua film ini mengisahkan sebuah desa yang diganggu entitas jahat tak diketahui. Bahkan, secara alur cerita, karakter, dan pesan moral, The Wailing dan When Evil Lurks sama-sama kompleks, menarik, dan penuh kedalaman.
Disebut-sebut sebagai salah satu film horor Korea Selatan terbaik sepanjang masa, The Wailing mengikuti seorang polisi yang menyelidiki serangkaian pembunuhan aneh di desanya. Menurut desas-desus, kejadian tersebut disebabkan oleh orang Jepang yang tinggal di dalam hutan. Namun, apa yang sebenarnya terjadi ternyata tidaklah sesederhana yang orang-orang pikirkan.
Sementara When Evil Lurks, film horor asal Argentina, bercerita tentang desa terpencil yang diganggu oleh kehadiran iblis yang siap dilahirkan oleh seorang laki-laki yang terinfeksi. Dua bersaudara yang menemukan mayat laki-laki itu mencoba membuangnya, tetapi malah menimbulkan kekacauan yang lebih besar. Seperti The Wailing, apa yang terjadi selanjutnya dalam When Evil Lurks benar-benar di luar ekspektasi penonton!
3. The Wicker Man (1973) dan Midsommar (2019)

The Wicker Man disutradarai oleh Robin Hardy, salah satu sutradara film horor Inggris terkenal. Film ini dibintangi oleh Edward Woodward, yang berperan sebagai Sersan Howie, polisi yang datang ke pulau terpencil untuk mencari seorang gadis yang hilang. Di sana, ia harus berhadapan dengan Lord Summerisle (Christopher Lee), pemimpin komunitas pagan yang hidup di pulau tersebut.
Selang empat dekade kemudian, Ari Aster, sutradara horor visioner asal Amerika Serikat, menelurkan Midsommar. Film ini mendapuk aktris peraih nominasi Oscar, Florence Pugh, sebagai Dani, mahasiswi yang mengalami trauma akibat kematian keluarganya. Di tengah duka yang belum selesai, Dani bersama kekasih dan teman-temannya melakukan perjalanan ke pedesaan Swedia di mana mereka berhadapan dengan rentetan kejadian tragis.
Bergenre horor folk, The Wicker Man dan Midsommar mengisahkan seorang orang asing yang terjebak di komunitas aneh dan berbahaya. Kedua film ini juga menampilkan adegan-adegan indah, cerah, dan berwarna, yang kontras dengan suasana horor yang mereka ciptakan. Apalagi, The Wicker Man dan Midsommar sama-sama memiliki pesan yang mengkritik masyarakat modern yang telah kehilangan nilai-nilai tradisional dan spiritual.
4. The Ring (2002) dan The Grudge (2004)

The Ring dan The Grudge merupakan remake Amerika dari film horor Jepang yang sangat menakutkan, yakni Ringu (1998) dan Ju-on (2002). The Ring disutradarai oleh Gore Verbinski, sedangkan The Grudge disutradarai oleh Takashi Shimizu, yang juga menyutradarai film aslinya. Kedua sutradara ini mampu mengadaptasi film aslinya dengan apik dan menambahkan unsur-unsur baru yang sesuai dengan pasar Amerika.
Meski sama-sama menceritakan tentang kutukan hantu, The Ring dan The Grudge menyeramkan dengan caranya masing-masing. The Ring mengisahkan kutukan video kaset yang menyebabkan siapa pun yang menontonnya akan mati dalam tujuh hari oleh hantu seorang gadis bernama Samara. Sementara The Grudge mengisahkan kutukan di sebuah rumah yang menyebabkan siapa pun yang memasukinya akan dibunuh oleh hantu perempuan bernama Kayako dan anaknya, Toshio.
Kedua film ini menampilkan berbagai adegan menegangkan, dengan hantu-hantu yang memiliki penampilan dan suara mencekam. The Ring dan The Grudge juga memiliki alur cerita tak linear. Oleh karena itu, penonton harus memperhatikan setiap detail dan hubungan antara karakter dan waktu.
5. Get Out (2017) dan Us (2019)

Sebagai penutup, ada dua film horor garapan Jordan Peele, yakni Get Out dan Us. Kedua film ini menampilkan akting fenomenal dari Lupita Nyong'o dan Daniel Kaluuya, dua aktor yang meraih Best Supporting Actress dan Best Supporting Actor di Oscar pada 2014 dan 2021. Secara tema, Get Out dan Us juga mengangkat isu-isu krusial, seperti rasisme, kelas, identitas, dan trauma.
Get Out mengisahkan Chris (Kaluuya), seorang fotografer kulit hitam yang mengunjungi keluarga pacarnya, Rose (Allison Williams), yang berkulit putih. Awalnya, Chris merasa nyaman dengan sikap keluarga Rose yang sangat ramah. Namun, di balik sikap ramah tersebut, Chris menemukan rahasia yang membuatnya terseret ke dalam konspirasi mengerikan.
Hal yang tak kalah mengerikan pun terjadi pada karakter Adelaide (Nyong'o) dalam Us. Berniat liburan bersama suami dan anak-anaknya, Adelaide malah diteror oleh kehadiran sosok-sosok misterius yang menguntit mereka. Parahnya lagi, sosok-sosok tersebut terlihat mirip dengan Adelaide dan keluarganya.
Apa yang sebenarnya terjadi dengan Chris dan Adelaide? Dapatkah mereka selamat dari peristiwa menyeramkan yang menimpa mereka? Kamu wajib menyaksikan Get Out dan Us untuk mengetahui akhir kisah mereka.
Kelima pasang film horor di atas cocok untuk dijadikan double feature. Dengan menonton dua film horor yang memiliki kesamaan atau keterkaitan tertentu, kamu bisa mendapatkan pengalaman yang lebih menyenangkan, menarik, dan bervariasi.
Apakah kamu setuju dengan pilihan penulis? Atau, kamu punya saran mengenai pasangan film horor lain yang juga bagus untuk dijadikan double feature? Tulis komentarmu di bawah dan bagikan artikel ini dengan teman-temanmu yang juga suka film horor, ya!