7 Film Indie Terbaik Rilisan Oscilloscope Laboratories

- Dear Zachary: A Letter to a Son About His Father (2008) adalah film dokumenter yang mengenang sahabat Kurt Kuenne, Andrew Bagby, dan menjadi awal keberhasilan Oscilloscope.
- Wendy and Lucy (2008) merupakan film indie Kelly Reichardt yang minimalis dan melambungkan namanya di jagat perfilman global.
- The Maid (2009) adalah film asing pertama yang diakuisisi Oscilloscope, menceritakan kisah asisten rumah tangga yang merasa terancam dengan kedatangan ART baru.
Butuh asupan film indie yang bukan rilisan A24 atau NEON? Coba tengok filmografi Oscilloscope Laboratories, deh. Mereka juga distributor independen yang wajib kamu kenal mulai sekarang.
Aktif sejak 2008, daftar film rilisan mereka gak bisa diremehkan. Mulai dari dokumenter sampai drama dan horor, koleksi mereka komplet. Agak sulit memutuskan mana yang terbaik, tetapi kalau harus memilih beberapa film, berikut rekomendasinya.
1. Dear Zachary: A Letter to a Son About His Father (2008)

Dear Zachary adalah film dokumenter yang ditulis dan disutradarai sendiri oleh Kurt Kuenne untuk mengenang sahabatnya, Andrew Bagby. Sang sobat tewas di tangan kekasihnya sendiri, Shirley Turner. Ini jadi tamparan keras untuk Kuenne dan orangtua Bagby, tetapi lebih mirisnya mereka gagal pula menyelamatkan putra Bagby yang masih berusia 13 bulan.
Turner berhasil dapat remisi dan hak asuh atas putranya, tetapi justru mengajak serta bayi malang itu bunuh diri pada 2003. Dear Zachary: A Letter to a Son About His Father adalah salah satu film terawal yang diakuisisi Oscilloscope dan membuat mereka mulai diperhitungkan.
2. Wendy and Lucy (2008)

Pada tahun yang sama, Oscilloscope merilis film indie Kelly Reichardt berjudul Wendy and Lucy. Film berbujet rendah ini mengikuti perjalanan Wendy (Michelle Williams) dan anjing peliharaannya, Lucy.
Sayangnya, mereka terpisah ketika Wendy tertangkap mencuri di sebuah supermarket. Saat berhasil bebas, ia tak bsia menemukan Lucy di manapun. Film minimalis ini melambungkan nama Reichardt di jagat perfilman global.
3. The Maid (2009)

The Maid adalah salah satu film asing pertama yang diakuisisi Oscilloscope. Ia berlatarkan sebuah rumah keluarga kelas menengah atas di Chile. Di sana hiduplah Raquel (Catalina Saavedra), asisten rumah tangga yang sudah mengabdi pada keluarga itu selama puluhan tahun.
Namun, karena ia mulai sakit-sakitan dan melemah karena usia dan paparan cairan pembersih, keluarga itu memutuskan merekrut ART baru. Ini membuat Raquel merasa terancam. Kocak, tapi juga miris, seolah mengingatkan kita kalau tak ada profesi yang abadi di dunia ini.
4. The Love Witch (2016)

Bila ingin nonton film horor, The Love Witch bisa jadi opsi unik buatmu. Dibuat dengan kamera analog, film horor ini berwarna vibrant, tanpa mengurangi kesan suramnya.
Film ini mengikuti Elaine (Samantha Robinson), penyihir perempuan yang menggunakan kemampuannya untuk mengobrak-abrik tatanan sosial yang selama ini mengakomodasi kepentingan pria. Mengganggu, tetapi bisa jadi salah satu contoh film dengan elemen female gaze yang kuat.
5. Kedi (2016)

Oscilloscope juga mengakuisisi film dokumenter Kedi yang bakal membawamu ke pusat kota Istanbul, Turki. Kota itu bak surga untuk kucing. Mereka mendapat kasih dan perhatian dari manusia, dibiarkan hidup dan bersantai dengan bebas di pinggir jalan, kursi kafe, dan trotoar. Tak ada yang berani mengganggu makhluk berbulu itu, apalagi keberatan dengan kehadiran mereka.
6. Saint Frances (2019)

Saint Frances adalah kisah Bridget (Kelly O’Sullivan), perempuan 30 tahunan yang belum mapan secara finansial, apalagi berumah tangga. Satu hari, ia dapat pekerjaan sebagai pengasuh untuk bocah 6 tahun bernama Frances (Ramona Edith Williams).
Kritis dan agak bandel, Frances jadi semacam tantangan buat Bridget, apalagi di sisi lain, ia sedang mengalami kegalauan soal keputusan personalnya. Saint Frances adalah salah satu film yang cukup kental isu perempuannya, topik peran reproduksi dan motherhood dibahas di sini.
7. Joyland (2022)

Joyland adalah film Pakistan pertama yang berhasil tayang di Cannes Film Festival. Film ini sempat pula dijagokan dapat nominasi Oscar, meski gagal. Kualitasnya memang gak bercanda. Ia mengikuti dinamika relasi sepasang pasutri yang hidup di tengah keluarga patriarkal.
Semua bermula dari pekerjaan baru si suami yang membuat sang istri dipaksa keluar dari pekerjaannya sebagai guru dan jadi ibu rumah tangga penuh waktu. Perubahan ini jadi perjalanan yang penuh liku dan revelasi buat keduanya.
Daftar filmografi di atas bisa jadi modal awalmu menjelajahi semesta film indie karya Oscilloscope Laboratories. Mereka cocok buat pecinta film arthouse yang haus sudut pandang dan narasi alternatif. Gimana? Film mana dulu yang pengin kamu tonton, nih?