5 Film Jepang yang Raih Nominasi Critics' Choice Awards, Ada Godzilla!

Disutradarai Masayuki Suo, Shall We Dance? menceritakan tentang akuntan yang sukses namun tak bahagia bernama Shohei Sugiyama (Koji Yakusho). Di tengah rasa depresinya, ia mulai mengikuti kelas tari rahasia setelah tertarik dengan Mai Kishikawa (Tamiyo Kusakari), perempuan cantik yang sering melamun di jendela studio tari. Di tempat tersebut, Sugiyama bertemu berbagai orang dengan alasan dan tujuan masing-masing untuk menari, termasuk laki-laki misterius yang ternyata adalah rekan kerjanya, Toru Miwa (Akira Emoto).

Shall We Dance? adalah film yang sangat populer dan mendapat banyak pujian dari kritikus dan penonton. Film ini memenangkan berbagai penghargaan, termasuk Best Foreign Language Film di Critics' Choice Awards 1998. Bahkan, Shall We Dance? juga mendapat remake Hollywood di tahun 2004, yang dibintangi oleh Richard Gere, Jennifer Lopez, dan Susan Sarandon.

Shoplifters adalah satu-satunya film karya Hirokazu Koreeda (Our Little Sister, Monster) yang menembus nominasi Best Foreign Language Film di Critics' Choice Awards. Film ini menceritakan sebuah keluarga yang mengandalkan aksi pencurian untuk bertahan hidup di tengah kemiskinan. Suatu hari, salah satu dari mereka membawa pulang seorang gadis kecil yang mengalami kekerasan di rumahnya. Meskipun tak ada hubungan darah, mereka menganggap bocah bernama Yuri (Miyu Sasaki) itu sebagai bagian dari keluarga mereka.

Shoplifters mengeksplorasi makna keluarga, cinta, dan kebahagiaan di tengah keterbatasan dan rahasia yang mereka sembunyikan. Meski alurnya lambat, film ini menampilkan gambaran realistis tentang kehidupan masyarakat Jepang yang terpinggirkan dan terlupakan. Salah satu masterpiece Koreeda yang wajib ditonton sekali seumur hidup, nih!

Diadaptasi dari cerita pendek karya Haruki Murakami, Drive My Car bercerita tentang Yusuke Kafuku (Hidetoshi Nishijima), aktor dan sutradara teater yang masih belum bisa melupakan istrinya yang meninggal karena pendarahan otak. Di tengah dukanya, ia menerima tawaran untuk menyutradarai drama klasik, Uncle Vanya, di festival teater di Hiroshima. Di sana, Yusuke bertemu dengan Misaki Watari (Toko Miura), wanita muda pendiam yang ditugaskan untuk mengemudikan mobilnya.

Selama proses produksi, Yusuke harus menghadapi berbagai konflik dan rahasia yang terkait dengan masa lalunya. Salah satunya yakni kenyataan bahwa Koji (Masaki Okada), aktor muda yang pernah berselingkuh dengan istrinya, juga bermain dalam Uncle Vanya. Dengan bantuan Misaki, Yusuke mulai menemukan cara untuk menerima dan berdamai dengan kehilangan dan cintanya.

Drive My Car memang memiliki durasi hampir tiga jam. Namun, film ini tak terasa membosankan karena sang sutradara, Ryusuke Hamaguchi, berhasil menggambarkan emosi dan konflik para tokohnya dengan cara yang halus dan mendalam. Selain itu, para pemainnya pun berakting dengan sangat baik. Khususnya Hidetoshi Nishijima yang mampu menghidupkan peran Yusuke yang sarat kompleksitas.

Salah satu kejutan terbesar dalam Critics' Choice Awards tahun ini datang dari Godzilla Minus One. Bagaimana tidak, sebelumnya, belum ada film kaiju yang berhasil menembus ajang penghargaan bergengsi ini, khususnya dalam kategori Best Foreign Language Film. Mau tak mau, nominasi ini membuat orang berspekulasi kalau Godzilla Minus One akan menjadi film kaiju pertama yang berjaya di Academy Awards tahun depan.

Film ini sendiri mengambil latar belakang Jepang pasca Perang Dunia II, yang sedang mengalami krisis dan kehancuran akibat bom atom. Di tengah kondisi tersebut, muncul sebuah monster raksasa yang diberi nama Godzilla, yang merupakan hasil dari radiasi nuklir. Godzilla mulai mengamuk dan menghancurkan kota-kota di Jepang, termasuk Tokyo yang menjadi sasaran utamanya.

Tokoh utama film ini adalah Koichi Shikishima (Ryunosuke Kamiki), pilot kamikaze yang selamat dari serangan bom atom. Ia merasa bersalah karena telah menghindari kematian dan bertekad untuk menghentikan Godzilla. Demi mewujudkannya, Koichi kemudian bergabung dengan sekelompok veteran perang yang memiliki cara untuk mengalahkan Godzilla, baik dengan senjata konvensional maupun dengan cara-cara yang lebih kreatif dan berani.

Selain Anatomy of a Fall (Prancis), Society of the Snow (Spanyol), The Taste of Things (Prancis), dan The Zone of Interest (Jerman, Polandia), "lawan" Godzilla Minus One dalam nominasi Best Foreign Language Film di Critics' Choice Awards 2024 justru datang dari negaranya sendiri, yakni Perfect Days. Kebalikan dari Godzilla Minus One, film arahan Wim Wenders (Paris, Texas, Faraway, So Close!) ini bukanlah sebuah blockbuster. Perfect Days memilih untuk menggali kehidupan sehari-hari orang biasa.

Orang biasa yang dimaksud adalah Hirayama (Koji Yakusho), pembersih toilet di Tokyo yang tampak puas dengan hidupnya yang sederhana. Ia mengikuti rutinitas sehari-hari yang terstruktur dan menghabiskan waktu luangnya untuk mendengarkan musik dan membaca buku. Hirayama juga memiliki kecintaan pada pohon dan memotret mereka. Namun, masa lalunya perlahan terungkap melalui serangkaian pertemuan yang tak terduga.

Sedikit trivia, Perfect Days terinspirasi dari The Tokyo Toilet, yakni proyek di mana toilet umum di Jepang didesain ulang di sejumlah lokasi dengan bantuan beberapa kreator dari seluruh dunia. Wenders diundang ke Tokyo oleh produser Koji Yanai untuk melihat keunikan dari masing-masing fasilitas tersebut. Awalnya, Wenders diminta untuk membuat film pendek tentang The Tokyo Toilet. Namun, ia memilih untuk menjadikannya sebuah film panjang, seperti dilansir Nippon.

Dengan lima film Jepang yang pernah meraih nominasi di Critics' Choice Awards, termasuk Godzilla Minus One, dapat disimpulkan bahwa perfilman Jepang memiliki kualitas yang tak kalah baik dari Hollywood. Film-film tersebut berhasil menyentuh hati penonton dengan cerita yang kuat, akting yang memukau, dan penggarapan yang brilian. Semoga film-film Jepang terus memberikan kontribusi yang berharga bagi industri perfilman dunia, ya!