4 Film Karya Julius Onah sebelum Captain America: Brave New World

Apakah kamu penggemar setia Marvel Cinematic Universe (MCU) yang sudah tak sabar menantikan aksi Sam Wilson (Anthony Mackie) sebagai Captain America? Sejak trailernya dirilis tahun lalu, antusiasme penggemar melonjak drastis untuk menyambut Captain America: Brave New World (2025).
Rasa penasaran ini memang wajar, mengingat film ini akan melanjutkan kisah Sam Wilson setelah serial The Falcon and the Winter Soldier, di mana ia akhirnya menerima perisai dan tanggung jawab sebagai Captain America. Apalagi, trailernya juga menampilkan beberapa kejutan menarik, seperti kemunculan Red Hulk dan intrik politik yang semakin memanas.
Membicarakan Captain America: Brave New World tentu tak lepas dari sosok sang sutradara sekaligus penulis naskah, Julius Onah. Sineas Nigeria/Amerika ini sebelumnya dikenal lewat karya-karya indie yang mendapat pujian kritis, seperti The Girl Is in Trouble dan Luce. Kini, Onah dipercaya menggarap proyek sebesar Captain America, dan banyak yang berharap ia dapat membawa sentuhan khasnya—narasi yang kuat dan karakter yang kompleks—ke dalam film superhero tersebut.
Sambil menunggu Captain America: Brave New World tayang pada 14 Februari 2025 mendatang, ada baiknya kamu mengenal lebih dekat sosok Julius Onah lewat karya-karyanya sebelumnya. Menonton beberapa film garapannya bisa menjadi cara yang asyik untuk memahami visi dan gaya penyutradaraannya. Berikut empat rekomendasi film karya Julius Onah yang wajib kamu tonton sebelum menyaksikan aksi Sam Wilson di layar lebar!
1. The Girl Is In Trouble (2015)

The Girl Is in Trouble merupakan debut penyutradaraan film panjang yang impresif dari Julius Onah. Mengangkat kisah misteri pembunuhan yang melibatkan berbagai latar belakang sosial, film ini mengingatkan pada karya-karya awal Spike Lee yang sarat isu sosial. Menariknya, sineas legendaris tersebut juga memberikan dukungan penuh kepada Onah dengan bertindak sebagai produser eksekutif dalam film ini.
Film ini menceritakan August (Columbus Short), seorang DJ dan bartender keturunan Nigeria/Amerika. Suatu malam, ia bertemu dengan seorang wanita Swedia bernama Signe (Alicja Bachleda) yang ternyata menyimpan rahasia besar. Signe secara tak sengaja merekam adegan pembunuhan di ponselnya dan kini menjadi target para pelaku.
August pun terjebak dalam pusaran masalah yang lebih besar dari yang ia bayangkan. Ia harus berhadapan dengan Nicholas (Jesse Spencer), putra seorang tokoh finansial berpengaruh, dan Angel (Wilmer Valderrama), saudara korban yang dipenuhi dendam. Ketegangan semakin memuncak saat August berusaha mengungkap kebenaran di balik pembunuhan tersebut, sambil melindungi dirinya dan Signe dari bahaya yang mengintai.
2. The Cloverfield Paradox (2018)

Sejak dirilis pada 2008, seri Cloverfield kreasi J. J. Abrams telah mengumpulkan para penggemar fanatik yang terpesona oleh konsepnya. Dimulai dari found footage yang menampilkan serangan kaiju dalam Cloverfield (2008), lalu menjadi thriller minimalis yang efektif menggedor jantung dalam 10 Cloverfield Lane (2016). Tujuh tahun silam, Julius Onah dipercaya untuk menyutradarai film ketiganya, yakni The Cloverfield Paradox.
Film ini mengambil latar di tahun 2028, di mana bumi dilanda krisis energi global yang parah. Sekelompok ilmuwan internasional kemudian dikirim ke stasiun luar angkasa Cloverfield untuk menguji akselerator partikel Shepard. Namun, eksperimen tersebut ternyata membuka portal ke dimensi lain dan memicu serangkaian kejadian mengerikan di stasiun luar angkasa.
Dengan skor 22 persen di Rotten Tomatoes, The Cloverfield Paradox memang panen ulasan negatif saat dirilis. Meskipun begitu, film ini menawarkan visual yang memukau dan CGI yang ciamik, terutama adegan-adegan di luar angkasa. Selain itu, The Cloverfield Paradox juga memperluas semesta Cloverfield dengan cara yang menarik, yakni memberikan beberapa petunjuk penting yang menghubungkannya dengan film-film sebelumnya.
3. Luce (2019)

Setahun setelah The Cloverfield Paradox, Julius Onah kembali ke apa yang menjadi kekuatannya, yakni film yang mengangkat isu-isu sosial yang kompleks, lewat Luce. Film yang sempat diputar di Sundance Film Festival 2019 ini mendapat banyak pujian karena keberaniannya membahas tema-tema sensitif dengan cara yang cerdas dan provokatif. Bukan sekadar film thriller biasa, Luce adalah sebuah studi karakter yang mendalam tentang identitas, prasangka, dan ekspektasi.
Film ini berkisah tentang Luce Edgar (Kelvin Harrison Jr.), seorang remaja Afrika yang diadopsi oleh keluarga kulit putih di Amerika. Luce digambarkan sebagai siswa teladan, atlet berbakat, dan orator ulung. Namun, di balik kesempurnaan itu, Luce menyimpan kepelikan yang mulai terkuak ketika seorang gurunya menemukan tulisan kontroversial dalam tugasnya.
Lewat naskah yang ditulisnya bersama J. C. Lee, yang juga menulis dramanya, Onah menyoroti bagaimana masyarakat sering kali memberikan label tertentu pada individu. Luce, sebagai seorang remaja kulit hitam yang diadopsi oleh keluarga kulit putih, berada di bawah tekanan untuk memenuhi harapan sebagai "anak adopsi yang sukses". Segala kompleksitas yang dialami Luce tersebut berhasil ditampilkan oleh sang aktor, Kelvin Harrison Jr., dengan penampilan yang layak mendapat standing ovation.
4. Bad Genius (2024)

Respons positif yang diterima Luce membuat Julius Onah dan J. C. Lee kembali berkolaborasi dalam sebuah proyek baru. Tahun lalu, mereka mengeluarkan Bad Genius, kali ini dengan Lee yang duduk di kursi sutradara dan Onah sebagai co-writer. Dari judulnya, kamu pasti bisa menebak bahwa film ini merupakan remake dari film Thailand berjudul sama yang sempat booming beberapa tahun lalu.
Versi Hollywood dari Bad Genius ini tetap berkisah tentang seorang siswi genius bernama Lynn (Callina Liang) yang memanfaatkan kecerdasannya untuk membantu teman-teman yang kurang beruntung dalam bidang akademik. Awalnya, ia hanya membantu dengan tulus, tetapi lama kelamaan aksinya berubah menjadi bisnis yang menguntungkan. Aksi curangnya pun semakin berani, bahkan sampai ke tingkat internasional.
Film ini berhasil mengadaptasi cerita aslinya dengan sentuhan yang lebih modern bagi penonton saat ini. Tak hanya menyuguhkan aksi heist yang menegangkan, Bad Genius juga membahas isu-isu sosial yang relevan, seperti ketidaksetaraan sistem pendidikan dan tekanan untuk meraih kesuksesan akademik. Selain itu, dinamika hubungan antara Lynn dan ayahnya, Meng (Benedict Wong), juga menjadi highlight yang menarik untuk disimak.
Kagum, bukan, melihat bagaimana Julius Onah merangkai cerita dan membangun karakter dalam setiap filmnya? Dari film indie yang kuat secara narasi hingga proyek waralaba yang ambisius, Onah telah membuktikan fleksibilitas dan visinya sebagai seorang sutradara.
Kini, dengan pengalaman yang ia miliki, patut dinantikan bagaimana sentuhan khasnya akan mewarnai petualangan Sam Wilson sebagai Captain America. Jadi, sambil menunggu tanggal 14 Februari 2025 tiba, tak ada salahnya kamu menikmati dulu karya-karya Onah sebelumnya sebagai bekal untuk lebih memahami visi sinematik sang sineas!