Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
The Battle of Algiers (dok. Criterion/The Battle of Algiers)

Intinya sih...

  • Bicycle Thieves (1948) - Film Italia genre neorealis yang memotret kemiskinan pasca Perang Dunia II dengan minimalis namun tak membosankan.

  • Ikiru (1952) - Film minimalis Akira Kurosawa yang mengikuti pergumulan batin seorang pria yang mencari makna hidupnya setelah didiagnosa kanker.

  • La Haine (1995) - Film Prancis yang mengusung genre neorealis dan thriller, menceritakan amarah tiga pemuda setelah salah satu rekan mereka tewas di tangan polisi.

Kalau dalam ranah sastra ada yang disebut klasik karena relevansi isunya yang tak tergerus zaman, hal ini berlaku pula di industri film. Ada setidaknya beberapa film klasik yang dampak dan kehebatannya tak lekang oleh waktu. Menariknya, gak sedikit yang dibuat dengan format hitam putih, lho.

Takut bosan? Film-film berikut bukan tipe sinema avant-garde, kok. Kamu yang bukan sinefili dan merasa kehilangan kemampuan konsentrasi, karena medsos bakal tetap terhibur. Buktikan, deh!

1. Bicycle Thieves (1948)

Bicycle Thieves (dok. Janus Films/Bicycle Thieves)

Kamu bisa mulai petualanganmu menjelajahi film klasik dengan nonton Bicycle Thieves. Film hitam putih asal Italia ini disebut sebagai salah satu pelopor genre neorealis. Ia memotret perjuangan seorang pria sekaligus bapak yang modalnya untuk mencari nafkah dicuri.

Berlatarkan Italia, beberapa tahun setelah Perang Dunia II, Vittoria de Sica berhasil memotret kemiskinan yang menghantui negeri itu dengan seksama. Minimalis, tapi tak tertebak, dijamin gak bosan nontonnya.

2. Ikiru (1952)

Ikiru (dok. Criterion/Ikiru)

Lanjutkan dengan menonton salah satu film ikoniknya Akira Kurosawa yang berjudul Ikiru. Ia adalah salah satu film minimalis penuh makna yang bisa mengisi akhir pekanmu. Ikiru mengikuti pergumulan batin seorang pria yang didiagnosa kanker dan hidupnya diprediksi tak akan lama.

Galau, ia seolah tertantang untuk mengisi sisa hidupnya dengan hal-hal bermakna. Film ini sebagian terinspirasi dari novel Leo Tolstoy yang berjudul The Death of Ivan Ilyich.

3. La Haine (1995)

La Haine (dok. Janus Films/La Haine)

Kalau sudah nonton yang mengharu biru, coba melipir ke film klasik yang lebih energik. La Haine sebenarnya tak lawas-lawas amat. Dirilis pada 90-an, film ini juga mengusung genre neorealis yang dikombinasi thriller. Ceritanya terkonsentrasi pada tiga pemuda yang mewakili kelompok marginal di Prancis.

Mereka diselimuti amarah setelah salah satu rekan mereka tewas di tangan polisi saat terlibat demonstrasi. Puncaknya, salah satu dari mereka memungut sepucuk pistol yang tak sengaja dijatuhkan seorang oknum polisi yang sedang menggebrek pemukiman mereka. Pistol itu jadi semacam katalis rantai kekerasan tak berujung dalam film ini.

4. The Battle of Algiers (1966)

The Battle of Algiers (dok. Criterion/The Battle of Algiers)

Sekali seumur hidup, kamu perlu nonton The Battle of Algiers. Ini adalah salah satu film klasik dengan dampak luar biasa dalam konstelasi politik dunia. Bagaimana bisa? Film ini memotret proses terbentuknya pergerakan politik bawah tanah yang berkontribusi dalam kemerdekaan Aljazair dari koloni Prancis pada 1950-an.

Rinci dan terasa seperti dokumenter, The Battle of Algiers pun menginspirasi banyak gerakan gerilya serupa di dunia nyata. Beberapa organisasi seperti Partai Black Panther di Amerika Serikat, Palestine Liberation Organization (PLO), sampai Irish Republican Army (IRA) menjadikan film itu sebagai referensi. Bahkan Pentagon (badan pertahanan Amerika Serikat) menggunakan film ini untuk melatih pasukannya menghadapi organisasi-organisasi gerilya di berbagai negara.

5. Citizen Kane (1941)

Citizen Kane (dok. Criterion/Citizen Kane)

Citizen Kane mungkin film Hollywood pertama yang mengkritisi kapitalisme. Menggunakan perspektif seorang pebisnis surat kabar yang sukses berat. Ia sudah meraih berbagai kepuasan duniawi: harta dan tahta. Namun, saat akhirnya ia sekarat, barulah ia sadar kalau selama ini ia tak menyisihkan waktu untuk membentuk koneksi bermakna dengan sesama manusia lain.

Selain pesannya yang nampol, Citizen Kane juga sering diklaim sebagai panduan teknik pembuatan film. Sinematografinya inovatif untuk zaman itu. Ia memperkenalkan berbagai teknik pengambilan gambar dan suara seperti crane shot, deep focus, close-up shot, dan overlapping dialogues.

Gak perlu jadi sinefili untuk menjelajahi film klasik. Nyatanya, label klasik sebenarnya bukan untuk mengintimidasi orang awam, tetapi justru memberikan konteks dan kemudahan dalam kurasi. Coba tonton setidaknya lima film klasik hitam putih di atas, siapa tahu ini jalan pembukamu jadi pencinta sinema!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team