Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Film Klasik yang Hampir Disutradarai oleh David Lynch

David Lynch (dok. Hideout Films/David Lynch: The Art of Life)

David Lynch dikenal dengan gaya penyutradaraan unik dan penuh teka-teki yang membawanya menjadi salah satu sutradara paling ikonik dalam sejarah perfilman. Film-filmnya seperti Eraserhead dan Blue Velvet adalah bukti betapa uniknya visi kreatif Lynch. Ia sering kali menggabungkan elemen surealisme dengan cerita yang gelap dan penuh misteri.

Namun, tahukah kamu bahwa Lynch sempat dihubungi untuk menyutradarai beberapa film besar yang kini dianggap sebagai klasik? Meski kebanyakan proyek ini tidak sesuai dengan gaya khasnya, hal itu tidak mengurangi ketertarikan para produser dan studio untuk mengajaknya bergabung. Nah, berikut adalah deretan film yang hampir saja disutradarai oleh David Lynch.

1. Star Wars: Episode VI – Return of the Jedi (1983)

film Star Wars: Episode VI (dok. 20th Century Studios/Star Wars: Episode VI)

Sulit membayangkan Star Wars diarahkan oleh seseorang selain George Lucas atau sutradara pilihan Lucas. Namun, setelah merilis The Empire Strikes Back, Lucas sempat berencana menyerahkan kursi sutradara kepada David Lynch. Lucas ingin memulihkan kendali kreatif setelah mengalami ketegangan dengan sutradara sebelumnya, Irvin Kershner.

Maka, ia mengadakan beberapa pertemuan pribadi dengan Lynch dan berharap sutradara muda berbakat ini bersedia mengambil alih. Namun, meski Lynch menghormati Lucas dan merasa pengalaman tersebut menyenangkan, ia menolak tawaran itu. Lynch mengaku bahwa dirinya sama sekali tidak tertarik pada dunia Star Wars.

Ia lebih memilih fokus pada proyek impiannya yang disebut Johnnie Rocket meskipun proyek tersebut tidak pernah terwujud. Pada akhirnya, kursi sutradara diberikan kepada Richard Marquand yang berhasil menyelesaikan trilogi legendaris ini.

2. Tender Mercies (1983)

film Tender Mercies (dok. EMI Films/Tender Mercies)

Film drama ini menceritakan tentang seorang bintang musik country yang berjuang melawan alkoholisme dan menemukan harapan baru melalui hubungan dengan seorang janda muda dan anaknya. Ditulis oleh Horton Foote, cerita ini menawarkan kisah emosional. Meski gaya Lynch yang gelap terasa kontras dengan naskahnya, ia sempat didekati untuk mengarahkan film ini.

Namun, Lynch merasa proyek ini tidak cocok dengan dirinya. Dalam memoarnya Room to Dream, ia mengakui bahwa meskipun film ini luar biasa, itu bukan proyek yang tepat baginya. Bruce Beresford akhirnya mengambil alih dan berhasil menyulap naskah menjadi film yang diakui kritikus dan memenangkan Oscar untuk Robert Duvall dan Horton Foote.

3. Frances (1982)

film Frances (dok. EMI Films/Frances)

Film biografi ini menggambarkan kehidupan Frances Farmer, aktris era 1940-an yang mengalami karier penuh masalah dan masa kelam di rumah sakit jiwa. Dengan elemen drama yang intens, film ini sebenarnya cocok dengan gaya visual Lynch. Bahkan produser The Elephant Man, Jonathan Sanger dan Mel Brooks, ingin mengajak Lynch menggarap film ini.

Meski awalnya tertarik, Lynch akhirnya mundur dari proyek ini. Film tersebut akhirnya disutradarai oleh Graeme Clifford dan menampilkan Jessica Lange dalam peran utama. Film ini sukses membawa Lange dan Kim Stanley meraih nominasi Oscar atas performa luar biasa mereka.

4. Fast Times at Ridgemont High (1982)

film Fast Times at Ridgemont High (dok. Universal Pictures/Fast Times at Ridgemont High)

Film remaja komedi yang mengangkat budaya anak sekolah tahun 1980-an ini tampaknya sangat jauh dari gaya Lynch yang biasanya surealis dan gelap. Namun, Cameron Crowe sang penulis naskah bertemu dengan Lynch untuk membahas kemungkinan kerja sama. Lynch bahkan meluangkan waktu membaca naskahnya dan bertemu Crowe dua kali.

Setelah pertemuan tersebut, Lynch dengan sopan menolak proyek ini dan mengatakan bahwa ceritanya sangat menyenangkan, tetapi bukan tipe film yang cocok untuknya. Crowe kemudian melanjutkan bekerja dengan Amy Heckerling sebagai sutradara untuk menghasilkan film yang melambungkan karier Sean Penn.

5. Manhunter (1986)

film Manhunter (dok. 20th Century Fox/Manhunter)

Sebelum The Silence of the Lambs, Manhunter adalah film pertama yang memperkenalkan Hannibal Lecter kepada penonton. Berdasarkan novel Red Dragon karya Thomas Harris, produser Richard N. Roth ingin Lynch menyutradarai film thriller ini. Ia menganggap gaya visual dan narasi gelapnya cocok untuk cerita yang penuh ketegangan dan kekerasan ini.

Namun, Lynch memutuskan mundur karena merasa ceritanya terlalu kelam dan tidak memiliki kualitas redeeming bagi dirinya. Ia tidak ingin masuk ke dunia yang ia anggap "penuh kekerasan dan degenerasi." Michael Mann kemudian mengarahkan film ini, tetapi sayangnya, Manhunter tidak terlalu sukses di box office.

6. Halloween II (1981)

film Halloween II (dok. Universal Pictures/Halloween II)

Sekuel dari film horor karya John Carpenter sempat hampir diarahkan oleh David Lynch. Bahkan, berita keterlibatan Lynch sempat muncul di beberapa media besar saat itu. Namun, banyak yang meragukan apakah Lynch benar-benar serius mempertimbangkan proyek ini, mengingat ia baru saja menyelesaikan The Elephant Man yang membuatnya menjadi sutradara papan atas.

Akhirnya, Halloween II diarahkan oleh Rick Rosenthal. Film ini cukup sukses di box office, tetapi kritiknya tidak sebaik film pertama. Meski begitu bayangan bagaimana jadinya film ini jika Lynch yang mengarahkan tetap menjadi bahan diskusi menarik di kalangan penggemar film.

David Lynch telah meninggalkan jejak besar dalam dunia perfilman dengan proyek-proyeknya yang ikonik, tetapi cerita tentang film-film besar yang hampir ia sutradarai menunjukkan sisi menarik lain dari kariernya. Apa jadinya jika Lynch memutuskan untuk mengambil salah satu proyek di atas?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Diana Hasna
EditorDiana Hasna
Follow Us