Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Film Kolaborasi Rumah Produksi Indonesia dan Luar Negeri

Pengepungan di Bukit Berduri (dok. Come and See Pictures / Pengepungan di Bukit Berduri)
Pengepungan di Bukit Berduri (dok. Come and See Pictures / Pengepungan di Bukit Berduri)

Beberapa tahun belakangan ini, industri perfilman Indonesia tengah menjadi pusat perhatian banyak orang, termasuk rumah produksi dari luar negeri. Dengan berhasilnya beberapa judul mendapatkan jumlah penonton fantastis hingga ide cerita yang dianggap semakin menarik, banyak film-film Indonesia yang digarap rumah produksi luar negeri.

Pengepungan di Bukit Berduri misalnya, menjadi film Indonesia pertama bagi rumah produksi Metro Goldwyn Mayer atau sering dikenal dengan MGM. Rumah produksi ini telah berdiri sejak 1924, yang kini berkolaborasi dengan Come and See Pictures, yang didirikan Joko Anwar. Sangat layak bersaing di pasar internasional, berikut ada 7 film kolaborasi rumah produksi dalam dan luar negeri.

1. The Raid (2012)

The Raid (dok. XYZ Films / The Raid)
The Raid (dok. XYZ Films / The Raid)

Menjadi film aksi Indonesia pertama yang mebembus angka 1 juta penonton, The Raid berhasil menjadi standar film action Indonesia bertarap internasional. Film ini digarap langsung Gareth Evans, di bawah naungan rumah produksi PT. Merantau Films dan XYZ Films. Bagi yang belum tahu, XYZ Films merupakan rumah produksi Amerika Serikat.

The Raid, menceritakan tentang Rama dan beberapa anggota polisi lainnya, yang berniat untuk meringkus mafia narkoba, yang telah bersembuyi dan melakukan aksi terlarang di apartemen kosong. Mereka semua melakukan aksi jual beli narkoba yang cukup meresahkan warga sekitar hingga menjadi pusat pembelian narkoba terbesar di Jakarta.

Aksi Rama yang diperankan Iko Uwais ini, rupanya ada yang membocorkan. Rama yang berniat menangkap mafia, malah terjebak di lantai 15. Kini, Rama dan kawan-kawan berjuang untuk bertahan hidup dari kejamnya para mafia narkoba. 

2. Wiro Sableng: Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 (2018)

Wiro Sableng: Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 (dok.  Lifelike Pictures / Wiro Sableng: Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212)
Wiro Sableng: Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 (dok. Lifelike Pictures / Wiro Sableng: Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212)

Berlanjut dengan action komedi, Wiro Sableng: Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 merupakan adaptasi novel karya Bastian Tito. Bagi yang belum tahu, Bastian Tito sendiri merupakan ayah dari Vino G Bastian, yang memerankan karakter utama di film ini. Selain Vino, film ini dibintangi juga oleh Sherina Munaf, Marsha Timothy dan Lukman Sardi.

Wiro Sableng: Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 menceritakan tentang seorang pendekar silat bernama Wiro, yang mendapatkan tugas dari sang guru, untuk mencari salah satu mantan muridnya yang telah berkhianat. Selain itu, mantan murid tersebut telah menimbulkan banyak kerusakan dan masalah di tanah Nusantara.

Dengan mengambil latar abad 16, Wiro melalui perjalanan yang cukup menegangkan, ditemani dua sahabat barunya. Sukses menembus box office, Wiro Sableng: Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 merupakan produksi dari Lifelike Pictures dan rumah produksi dari Amerika Serikat bernama 20th Century Fox.

3. 13 Bom di Jakarta (2023)

13 Bom di Jakarta (dok. Visinema Pictures / 13 Bom di Jakarta)
13 Bom di Jakarta (dok. Visinema Pictures / 13 Bom di Jakarta)

Selanjutnya adalah 13 Bom di Jakarta yang isebut-sebut sebagai film action termahal di 2023. Film ini merupakan hasil kolaborasi dari rumah produksi Visinema Pictures dan Barunson E&A. Bagi yang belum tahu, Barunson E&A merupakan rumah produksi asal Korea Selatan, yang sebelumnya sukses dengan Parasite (2019), yang menyabet Piala Oscar.

13 Bom di Jakarta, memulai ceritanya dengan sebuah teror bom yang membuat kota Jakarta menjadi sangat gempar. Tidak hanya itu, teror ini menimbulkan masalah bagi pengusaha uang digital bernama Indodax, yang terkena sasaran fitnah sebagai bagian dari aksi teroris sehingga membuat mereka menjad inacaran banyak polisi.

Dibintangi Rio Dewanto hingga Chicco Kurniawan, 13 Bom di Jakarta mampu membuat penonton seolah-olah bertanya-tanya mengenai pelaku utama dari kejadian bom yang diledakan di 13 titik ini. Rupanya, tindakan ini merupakan salah satu aksi protes dan balas dendam dari warga Indonesia yang merasa sangat lecewa dengan pemerintahan.

4. Malam Pencabut Nyawa (2024)

Malam Pencabut Nyawa (dok. Netflix / Malam Pencabut Nyawa)
Malam Pencabut Nyawa (dok. Netflix / Malam Pencabut Nyawa)

Kembali dengan film hasil produksi Barunson E&A, kali ini film berjudul Malam Pencabut Nyawa. Sebuah film horor action fantasi garapan Sidharta Tata, yang sebelumnya telah sukses dengan Waktu Maghrib (2023). Malam Pencabut Nyawa sendiri menjadi film yang penuh dengan plot twist dan konsep minim jumscare, tetapi tetap menegangkan.

Malam Pencabut Nyawa berpusat pada seorang anak remaja bernama Respati, yang kerap mengalami mimpi buruk, setelah kematian kedua orang tuanya. Anehnya, setiap mimpi yang dialami Respati, selalu berhubungan dengan dunia nyata, berupa kematian seseorang yang dia temui di dunia mimpi.

Memiliki visual maksimal dan skoring yang menguji adrenalin, Malam Pencabut Nyawa sangat layak untuk masuk ke dalam standar horor terbaik Indonesia. Namun sayang, film ini berhenti di angka ratusan ribu penonton, meskipun dibintangi aktor dan aktris muda yang tengah naik daun.

5. My Annoying Brother (2024)

My Annoying Brother (dok. Base Entertanment / My Annoying Brother)
My Annoying Brother (dok. Base Entertanment / My Annoying Brother)

Menjadi salah satu film komedi andalan di tahun 2024, My Annoying Brother gagal menembus box office. Padahal, materi yang dimiliki oleh film arahan Dinna Jasanti ini, sangatlah komplit. My Annoying Brother mampu menghadirkan drama, komedi, romantisme hingga kehangatan dalam sebuah hubungan keluarga.

Mengadaptasi film asal Korea Selatan, My Annoying Brother berada di bawah rumah produksi Lifelike Pictures dan BASE Entertainment, yang bekerja sama dengan CJ Entertainment. Ceritanya sendiri berpusat pada seorang mantan atlet judo ternama, yang terpaksa harus pensiun dini, setelah mengalami cedera yang berakibat buta seumur hidup.

Di tengah-tengah keterpurukan yang dialami, Kemal kembali bertemu dengan saudara tirinya, yang telah cukup lama menghilang. Meskipun banyak sekali kekacauan yang dilakukan saudara tiri kepada Kemal, perlahan hubungan mereka membaik. Kemal menjadi memiliki harapan untuk hidup dan berjuang, dengan mengembangkan minatnya.

6. Tebusan Dosa (2024)

Tebusan Dosa (dok. Falanri Films / Tebusan Dosa)
Tebusan Dosa (dok. Falanri Films / Tebusan Dosa)

Selanjutnya adalah Tebusan Dosa, film kolaborasi dari rumah produksi Palari Films dan Showbox. Bagi yang belum tahu, Showbox sendiri merupakan rumah produksi dari Korea Selatan, yang telah berhasil dengan Exhuma (2024). Sedangkan Palari Films, sebelumnya merilis Posesif (2017), yang melambungkan nama Putri Marino.

Tebusan Dosa menceritakan tentang seorang single mother bernama Wening, yang berjuang keras untuk menghidupi anak dan juga ibunya. Sebelumnya, Wening memilih untuk bercerai dari sang suami yang kasar, setelah menenggelamkan suami pertamanya yang hanyut di sungai.

Dosa yang dilakukan Wening, rupanya berujung dengan karma yang dia dapatkan, berupa sang ibu meninggal hingga sang anak yang menghilang di sungai. Sejak saat itu, Wening berjuang untuk mencari keberadaan anak satu-satunya, hingga dia hampir gila. Wening yang kini tidak memiliki siapa-siapa, berjuang sendirian.

7. Pengepungan di Bukit Berduri (2025)

Pengepungan di Bukit Berduri (dok. Come and See Pictures / Pengepungan di Bukit Berduri)
Pengepungan di Bukit Berduri (dok. Come and See Pictures / Pengepungan di Bukit Berduri)

Terbaru adalah Pengepungan di Bukit Berduri, film terbaru dari Joko Anwar. Film ini merupakan kolaborasi dari Come and See Pictures dan MGM, rumah produksi asal Amerika Serikat. Pengepungan di Bukit Berduri sendiri mengambil latar waktu di tahun 2027, dengan mengangkat tema dunia pendidikan, kerusuhan hingga isu tentang rasisme.

Bisa ditonton bagi kalian yang sudah masuk 17 tahun, Pengepungan di Bukit Berduri menceritakan tentang seorang guru muda bernama Edwin, yang sedang berjuang mencari keberdaan ponakan. Dia telah mendatangi beberapa sekolah, hingga berakhir di SMA Duri Jakarta, tempat atau sekolah buangan bagi anak-anak berandalan.

Menjadi seorang guru di SMA Duri Jakarta rupanya menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi Edwin. Dia yang merupakan keturunan Cina. Ia kerap mendapatkan penolakan dari beberapa siswa yang sangat anti dengan orang-orang beretnis Cina. Edwin dengan beberapa guru lainnya dijadikan mangsa untuk dibunuh secara kejam.

Semakin banyak rumah produksi luar negeri yang melirik film Indonesia, rupanya menjadi kebanggan tersendiri. Selain produksi yang dianggap semakin matang, kesempatan untuk tayang di luar negeri pun, semakin lebar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ernia Karina
EditorErnia Karina
Follow Us