Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Film tentang Kesadaran Kelas, Nyesek Banget Nontonnya

The White Tiger (dok. Netflix/The White Tiger)

Pernah dengar tren pertanyaan "sejak kapan kamu sadar kalau kamu miskin?". Di berbagai media sosial, unggahan macam ini akan punya engagement yang luar biasa. Kolom komentar akan penuh jawaban kocak, tetapi sebenarnya menyimpan sisi tragis dan menyedihkan. Meski terdengar santai, pertanyaan itu sebenarnya bisa mengetes apakah kamu punya kesadaran kelas atau tidak. 

Kesadaran kelas sendiri adalah sebuah pemahaman bahwa manusia terbagi dalam kelas-kelas sosial tertentu. Eksistensi konsep ini lekat kaitannya dengan teori-teori Karl Marx tentang sosialisme. Kesadaran kelas kerap dilenyapkan atau dihindari kelompok kepentingan tertentu untuk melenggangkan kapitalisme. Ini karena ketiadaannya otomatis akan membungkam kritik dan gelombang protes dari kelas pekerja (baik bawah maupun menengah). 

Itu yang sedang terjadi di Indonesia. Dibuktikan dengan banyaknya orang yang sulit membedakan mana kesuksesan yang berdasarkan merit (prestasi dan usaha) dan mana yang dipengaruhi privilese (hak istimewa). Memukul rata kesuksesan seseorang akan memunculkan kecenderungan normalisasi berbagai bentuk kecurangan dan jelas hanya akan terus memperparah ketimpangan. Absennya kesadaran kelas juga bisa bermuara pada kebijakan-kebijakan yang tidak mengindahkan kesetaraan kesempatan. Ini pada akhirnya menciptakan yang kita kenal dengan istilah kemiskinan struktural hingga jebakan kelas menengah. 

Jangan lengah, mari terus perkaya wawasan lewat berbagai jalur. Selain memperluas pergaulan, nonton film bisa juga jadi jendela ideal untuk menanamkan kesadaran kelas. Apalagi kalau filmnya setajam enam judul berikut. 

1. A Touch of Sin (2013)

film A Touch of Sin karya sutradara Jia Zhangke (dok. Festival de Cannes/A Touch of Sin)

A Touch of Sin adalah film antologi yang terdiri dari 4 plot berbeda. Namun, yang menarik semuanya berbasis tragedi nyata yang pernah terjadi di China dari era ke era. Keempatnya juga punya elemen pertentangan kelas antara kelas bawah dengan kelas atas.

Ada pekerja tambang yang muak dengan pejabat serakah di desanya, pria yang merampok untuk menafkahi keluarganya, pegawai spa yang jadi simpanan pria kaya raya, hingga buruh pabrik yang gajinya dipotong karena dituduh menyebabkan kecelakaan kerja. 

2. The White Tiger (2021)

The White Tiger (dok. Netflix/The White Tiger)

The White Tiger tak kalah gereget. Film mengikuti pria bernama bernama Balram (Adarsh Gourav) yang lahir dari keluarga miskin di India. Sejak kecil ia menyaksikan sendiri berbagai ketidakadilan menimpa keluarganya, tetapi memilih untuk diam dan mengikuti arus. Putus sekolah, ia akhirnya jadi sopir untuk sebuah keluarga kaya raya di Delhi.

Semua berjalan lancar sampai mereka berniat menumbalkan Balram atas sebuah insiden. Pada momen ini Balram menemukan sebuah kesadaran dan pada akhirnya mendorongnya untuk memberontak. Film ini bicara banyak isu, terutama ketimpangan yang diakibatkan sistem kasta. 

3. Crimson Gold (2003)

Crimson Gold (dok. New Zealand International Film Festival/Crimson Gold)

Kesadaran kelas juga menghampiri pemuda bernama Hussein (Hossain Emadeddin). Bekerja sebagai pengantar piza, Hussein merasa terhina saat ia tak bisa membelikan mas kawin terbaik untuk calon istrinya. Ia bahkan sempat ditolak masuk ke toko perhiasan itu karena penampilannya yang tak menyakinkan.

Kemarahannya memuncak saat ia berkesempatan masuk ke sebuah apartemen mewah tempat tinggal pelanggan pizanya. Di sana, ia sadar betapa minimnya privilese yang ia miliki dan akhirnya mendorongnya melakukan hal nekat. Crimson Gold disebut salah satu karya terbaik Jafar Panahi yang dengan akurat dan tajam mengkritik ketimpangan di Iran. 

4. Girlhood (2016)

Girlhood (dok. Unifrance/Girlhood)

Jauh dari Emily in Paris yang elitis, Girlhood adalah gambaran sisi lain Paris yang tak melulu ideal. Berlatarkan wilayah satelit Paris yang sering disebut dengan istilah banlieue, film mengikuti secuil kehidupan empat remaja perempuan kulit hitam.

Keempatnya dibesarkan orangtua dengan ekonomi pas-pasan dan jam kerja panjang. Minimnya pengawasan dan tuntutan finansial membuat mereka terjebak dalam skema bisnis ilegal. 

5. Roma (2018)

film Roma (dok. Esperanto Filmoj/Roma)

Meski dikemas ala drama melankolis, banyak kritik sosial yang dilempar Alfonso Cuaron dalam Roma. Protagonis Roma adalah Cleo (Yalitza Aparicio), perempuan pribumi yang bekerja sebagai ART untuk keluarga kaya raya kulit putih di Mexico City.

Memang tak ada perundungan dan penyiksaan yang menimpanya sebagai ART, tetapi balada Cleo yang jatuh cinta pada pria salah dengan strategis dipakai Cuaron untuk menampakkan segregasi kelas di Meksiko. 

6. New Order (2020)

New Order (dok. The Match Factory/New Order)

Bergenre distopia, New Order masih berlatarkan Meksiko di masa depan. Jenuh dengan ketimpangan dan ketidakadilan yang terjadi, elemen masyarakat kelas bawah di negeri itu melancarkan protes dan pemberontakan. Mereka menyasar rumah-rumah orang kelas atas, salah satunya keluarga kaya raya yang sedang mengadakan pesta pernikahan di rumah mewah mereka. Mirisnya, militer Meksiko justru memanfaatkan keadaan dengan mengambil alih kursi pemerintahan untuk kepentingan mereka sendiri. 

Kesadaran kelas memang sering luput dari kurikulum pembelajaran formal. Itu masih pula diperparah dengan rendahnya kualitas pendidikan kita. Sebagai konteks, berdasarkan Programme for International Student Assessment (PISA) 2022, rerata skor murid Indonesia lebih rendah 100 poin dibanding siswa dari negara-negara ekonomi maju dan demokrasi yang tergabung dalam Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Tak heran kalau kita masih gagap saat bicara kemampuan berpikir kritis, apalagi menuntut kebijakan cerdas yang bisa mengakomodasi semua kalangan. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Diana Hasna
Stella Azasya
Diana Hasna
EditorDiana Hasna
Follow Us