Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Tim produksi film pendek Wahyu
Tim produksi film pendek Wahyu (Instagram.com/nadaleoprakasa)

Intinya sih...

  • Proses development film pendek Wahyu memakan waktu 9 bulan dan mendapat dukungan dari Kaprodi hingga program studi

  • Budget yang dibutuhkan mencapai 27 juta dan itu menggunakan dana pribadi

  • Proses casting karakter Cholis dan Wahyu melalui media sosial hingga bantuan Teater Topenk SMAN 1 Balung

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Surabaya, IDN Times - Film pendek Wahyu yang berkompetisi di Jakarta World Cinema 2025 sempat menjadi perbincangan hangat netizen di X. Namun siapa sangka, film karya Leo Nada Prakasa, Dzikri Ilham Akbar, dan Adnan Ramadani ini ternyata diproduksi untuk menuntaskan tugas akhir mereka di Universitas Jember, lho.

"Dalam tugas akhir film Wahyu ini, aku berkolaborasi dengan dua temanku. Dzikri Ilham Akbar sebagai director of photography dan Adnan Ramadani sebagai editor," ungkap Nada Leo Prakasa yang mengaku produksi film ini juga dibantu oleh adik dan kakak tingkat di Program Studi Televisi dan Film.

Terlepas dari berbagai komentar, baik positif, maupun negatif, film ini berhasil mengantongi penghargaan Audience Favourite di JWC 2025. Kepada IDN Times, Nada Leo Prakasa, selaku sutradara film ini buka-bukaan kalau mereka mengeluarkan dana pribadi sebesar Rp27 juta hingga melalui tahap development selama 9 bulan untuk memproduksi film ini.

"Ini premisnya cukup sensitif dan mungkin tidak bisa diterima untuk semua kalangan. Mungkin ada beberapa kalangan yang tidak cocok dengan premis seperti itu," ujar Nada yang memahami keresehan netizen.

Selain itu, terungkap juga bahwa proses casting karakter Wahyu dan Cholis dilakukan melalui media sosial hingga bantuan dari Teater Topenk SMAN 1 Balung. Simak wawancara eksklusif #COD (Cerita Orang Dalam) bersama Nada Leo Prakasa, sutradara film pendek Wahyu di bawah ini.

1. Proses development film pendek Wahyu memakan waktu 9 bulan dan mendapat dukungan dari Kaprodi hingga program studi

Still cut film pendek Wahyu (Instagram.com/akasiapictures)

Masuk pasar distribusi di tahun 2024, ternyata film Wahyu ini diproduksi pada 2023. Dari segi pengemasan cerita, kedalaman akting karakter, desain produksi, sudut pengambilan gambar, dan audio post production, film ini dipikirkan secara matang. Tidak mengherankan, karena tahap development-nya membutuhkan waktu 9 bulan.

"Jadi pembuatan film Wahyu itu pra produksinya mungkin sekitar setahun kalau gak salah. Jadi dari development naskah sampai ke produksi itu kita memakan waktu ya 9 bulan sampai setahun gitu. Kalau gak salah, soalnya ini syutingnya tahun 2023," ujar Nada sembari mengingat tahap development film ini.

Di sisi lain, film ini hanya membutuhkan waktu sekitar 5 hari untuk syuting. Menggunakan pondok pesantren yang masih aktif sebagai latar lokasi, mereka hanya bisa syuting di waktu luang para santri saja.

"Kalau produksi pas film Wahyu itu sekitar lima hari. Soalnya kan pengambilan gambarnya kita bertepatan di hari-hari sibuk pesantren itu. Jadi kita tidak mau mericuhi kegiatan yang ada di pesantren," tambah Nada sambil tersenyum.

Film ini mengangkat isu yang cukup sensitif dan diproduksi untuk menuntaskan tugas akhir. Ternyata dari pihak program studi memberikan kebebasan untuk berkreasi, tapi tetap berada di bawah bimbingan para dosen, termasuk Kaprodi Televisi dan Film, Muhammad Zamroni.

"Sangat membebaskan mahasiswanya untuk berkreasi mengambil dari ide-ide yang ingin mereka curahkan dan ya kampus itu sangat percaya terhadap keunikan personal dari setiap mahasiwa. Salah satu bentuk kepercayaan dari kampus, kami dibimbing sama Kaprodi, sekaligus dosenku. Beliau bertanggung jawab atas script development, sekaligus script writer film Wahyu," jelasnya tenang.

Muhammad Zamroni ini lah yang membantu memperkuat penggambaran pesantren dan memperlebar gaya penceritaan film Wahyu. Pasalnya, Nada dan kedua temannya tidak terlalu memahami kehidupan pesantren, berbeda dengan dosen mereka.

2. Budget yang dibutuhkan mencapai 27 juta dan itu menggunakan dana pribadi

Still cut film pendek Wahyu (Instagram.com/akasiapictures)

Budget produksi film pendek Wahyu mencapai Rp27 juta. Sebagai informasi, pihak pesantren tidak hanya memberi support dalam hal ketersediaan lokasi syuting, tapi beberapa santri di sana juga menjadi extras dari film Wahyu.

"Kalau budget kita bertiga itu dalam tugas akhir film Wahyu kalau gak salah Rp27 juta. Itu untuk rental alat, buat makan teman-teman, serta ngasih ke pesantren," ungkap Nada.

Tanpa sponsor, ternyata dana Rp27 juta datang dari Nada Leo Prakasa, Dzikri Ilham Akbar, dan Adnan Ramadani. Pihak luar hanya membantu dari segi potongan harga dan tenaga saja.

"Kalau segi pendanaan Rp27 juta itu full dari kami. Mungkin untuk sponsor lebih ke kayak potongan harga untuk rental alat gitu. Jadi ya full funding dari tiga pengkarya ini," lanjutnya.

3. Proses casting karakter Cholis dan Wahyu melalui media sosial hingga bantuan Teater Topenk SMAN 1 Balung

Still cut film pendek Wahyu (Instagram.com/akasiapictures)

Tim produksi film pendek Wahyu menggunakan beberapa cara dalam proses casting pemain. Khusus untuk karakter Cholis yang diperankan oleh Randa Achmad Surbakti, mereka menyebarkan tawaran casting melalui media sosial.

"Nah setelah Cholis datang, si Randa Surbakti nama (aslinya). Itu aku melihat kayaknya ini deh Cholis. Terus aku meyakinkan diri bahwa, oh dia performance-nya ketika casting aja udah Cholis banget. Nah, terus aku langsung tembak, 'Mau gak dia jadi Cholis? Tapi dengan adegan seperti ini'. Dan dia bersemangat banget bilang, 'Iya mas, aku siap buat jadi Cholis'," cerita Nada bersemangat.

Sementara untuk karakter Wahyu, tim produksi dibantu oleh Teater Topenk SMAN 1 Balung, lho. Tidak hanya itu, Teater Topenk SMAN 1 Balung juga menjembatani tim produksi untuk mencari aktor yang cocok memerankan teman-teman sekamar Cholis dan Wahyu.

"Kalau Wahyu itu bukan anak teater. Bahkan dia gak pernah berhadapan langsung dengan kamera, jadi kita build up. Aku ngelihat dia itu dari postur tubuh, cara dia berbicara, itu (udah Wahyu banget). Terus aku menawarkan ke dia untuk menjadi Wahyu, aku udah omongin tentang adegannya seperti apa," tambahnya saat menceritakan proses casting Dafa Wahyu Luthfi F, pemeran Wahyu.

4. Nada Leo Prakasa mengaku senang banyak yang mau menonton filmnya di JWC 2025

Tim produksi film pendek Wahyu (Instagram.com/nadaleoprakasa)

Nada Leo Prakasa mengaku senang, karena banyak orang yang mau menonton film pendek Wahyu. Tim produksi berterima kasih atas masukan dan apresiasi terkait film yang juga pernah tayang di Jakarta Film Week 2024 itu.

"Aku lebih appreciate ke teman-teman yang mau nonton film Wahyu. Terus dapat banyak masukan dari teman-teman sesama filmmaker gitu. Dan ya alhamdulillah, responnya ada yang positif, ada juga yang menjadi improvement buat aku ke depannya," ujar Nada sebelum kami memulai wawancara.

Ia juga menyadari kalau isu yang diangkat oleh filmnya tidak bisa diterima oleh semua kalangan. Meski begitu, ia menegaskan, bahwa premis film Wahyu didasari dari pengalaman temannya yang pernah tinggal di pondok pesantren.

"Secara filosofis aku ingin mengkritisi apa yang terjadi pada temanku sih. Gimana imaji temanku itu pengen pelaku ini diadili. Tapi pada kenyataannya, malah pelaku tidak diadili, seperti apa yang ada di film Wahyu," tambah Nada yang menjelaskan makna adegan terakhir di film tersebut.

5. Film pendek Wahyu meraih penghargaan Audience Favourite Winner di JWC 2025

Film pendek Wahyu raih penghargaan Audience Favourite Winner di JWC 2025 (Instagram.com/nadaleoprakasa)

Saat kompetisi sedang berjalan, film pendek Wahyu berhasil menduduki daftar trending di KlikFilm. Prestasi tersebut berlanjut, sehingga film ini meraih Audience Favourite Winner di Jakarta World Cinema 2025.

"Aku sih cukup senang dengan apresiasi dari Jakarta World Cinema yang mau mengangkat isu film yang mungkin teman-teman belum tahu. Saya ingin berterima kasih kepada teman-teman yang sudah melihat Wahyu," jawab sutradara lulusan Universitas Jember itu saat ditanya tentang perasaannya.

Film Wahyu yang berkompetisi di KlikFilm Short Movie Competition JWC 2025 masih bisa kamu tonton di aplikasi atau situs KlikFilm. Lewat sudut pengambilan gambar hingga desain produksi yang dipikirkan secara matang, film ini berusaha menampilkan bagaimana korban yang tidak berdaya berubah menjadi pelaku.

Editorial Team