Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Film yang Deskripsikan Makna Gentrifikasi, Singgung Isu Global 

A Thousand and One (dok. Focus Features/A Thousand and One)
Intinya sih...
  • Gentrifikasi adalah pergeseran fungsi lahan dari hunian kelas pekerja ke kelas menengah dan atas, dipicu kapitalisme.
  • Fenomena gentrifikasi adalah masalah global yang terjadi di berbagai tempat di dunia.
  • Film-film seperti "A Thousand and One", "99 Homes", dan "The Last Black Man in San Francisco" menggambarkan dampak gentrifikasi di kota-kota besar.

Gentrifikasi adalah sebuah fenomena ekonomi sosial berupa pergeseran fungsi lahan dari yang dulunya dimanfaatkan sebagai hunian kelas pekerja kini dimodernisasi dan dirombak untuk kebutuhan hunian kelas menengah dan atas. Faktor pendorongnya jelas kapitalisme yang membuka peluang perbaikan kondisi ekonomi, tetapi juga picu ketimpangan kelas. 

Bukan isu endemik satu negara, gentrifikasi adalah masalah global alias bisa ditemukan hampir di semua tempat di dunia. Masih susah membayangkan bentuk dan dampak gentrifikasi? Tujuh rekomendasi film ini bisa jadi gambaran yang mencerahkan. 

1. A Thousand and One (2023)

A Thousand and One (dok. Focus Features/A Thousand and One)

A Thousand and One adalah drama keluarga yang mengikuti perjuangan seorang ibu mendapatkan kembali hak asuh atas putranya. Setelah hukuman pidananya selesai, Inez (Teyana Taylor) menemukan putranya sudah tinggal permanen bersama sebuah keluarga.

Susah menempuh cara legal, Inez nekat menculik sang putra dari keluarga asuhnya. Berlatarkan Harlem, New York 1990—2000-an, dengan jelas penonton diperlihatkan perubahan tata kota yang terjadi di kawasan yang dulunya lekat dengan kelas pekerja kulit hitam. 

2. 99 Homes (2014)

99 Homes (dok. Broad Green Pictures/99 Homes)

Mengambil referensi krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat pada 2008, 99 Homes mengikuti kisah seorang pekerja lepas yang kehilangan rumahnya setelah mengambil pinjaman bank. Tak sesuai prediksi, ia ternyata tak mampu menebus kembali sertifikat rumah masa kecilnya itu dan terpaksa pindah.

Bukan kasus eksklusif, pada tahun itu, banyak yang bernasib sama dengannya. Bedanya, ia dapat kesempatan untuk memperbaiki nasibnya dengan bergabung bersama sebuah perusahaan real estate nakal yang memanfaatkan keadaan. 

3. The Last Black Man in San Francisco (2019)

The Last Blackman in San Fransisco (dok, A24/The Last Blackman in San Fransisco)

Isu gentrifikasi adalah bahasan utama film The Last Black Man in San Francisco. Film berkutat pada Jimmie (Jimmie Fails) dan sahabatnya yang satu hari mengunjungi pemukiman tempat Jimmie lahir dan besar di San Fransisco.

Saat tiba di satu rumah, Jimmie mengaku kalau bangunan yang kini sudah jadi hak milik orang lain itu dibangun kakeknya pada 1940-an. Awalnya bernostalgia, lama kelamaan rasa duka dan marah menyelimuti Jimmie.

4. Evil Does Not Exist (2023)

Evil Does Not Exist (dok. Janus Films/Evil Does Not Exist)

Gentrifikasi cukup sering menyasar kawasan pinggiran kota karena perluasan fungsi lahan untuk kebutuhan manusia, terutama dari kelas menengah dan atas. Ini yang dipotret film Jepang, Evil Does Not Exist. Film awalnya berorbit pada kehidupan penduduk sebuah desa yang nyaman dan tentram. Sampai satu hari, mereka diundang untuk berdiskusi dengan pengembang yang berniat membangun wahana wisata glamping di hutan dekat desa tersebut. 

5. Mountains (2023)

Mountains (dok. Music Box Films/Mountains)

Tak kalah nyesek, Mountains adalah balada keluarga imigran Haiti di Miami, Amerika Serikat. Sudah bertahun-tahun tinggal di perantauan, keluarga ini ternyata tak kunjung bisa membeli rumah sendiri. Gaji sang ayah sebagai pekerja konstruksi ternyata tak cukup untuk mengakomodasi keinginan mereka membeli rumah idaman. Sampai satu hari, sang ayah dapat proyek renovasi rumah yang membuatnya benar-benar tak habis pikir. Selain isu gentrifikasi, konflik antargenerasi dan pengalaman imigran ikut disenggol dengan brilian dalam film ini. 

6. Faruk (2024)

Faruk (dok. Berlin International Film Festival/Faruk)

Tayang perdana di Berlin International Film Festival 2024, Faruk adalah sebuah film yang ditulis dari perspektif seorang anak perempuan yang mengamati kisah hidup ayah lansianya. Pada usia 90 tahun, sang ayah harus menghadapi kenyataan bahwa apartemennya digusur untuk revitalisasi lahan. Selama proses itu, ia dengan rutin mengikuti pertemuan yang diselenggarakan pihak pengembang. Seperti film sebelumnya, Faruk tak hanya memotret proses gentrifikasi, tetapi juga hubungan ayah-anak yang dinamis. 

7. Alcarras (2022)

film Alcarras (dok. Palace Films/Alcarras)

Alcarras mencoba menjelaskan bagaimana gentrifikasi terjadi di desa-desa di Catalunya, Spanyol, lewat balada sebuah keluarga petani. Sebagai balas budi atas jasa sang kakek pada perang sipil bertahun-tahun lalu, seorang pria kaya memberikan mereka hak untuk tinggal dan menggarap sebuah lahan.

Si kakek kemudian mengembangkan kebun buah di lahan tersebut bersama anak-anaknya. Kini sudah mencapai generasi ketiga, ahli waris pria kaya meminta balik lahan tersebut untuk kebutuhannya membangun bisnis solar farm. Lantas, bagaimana nasib keluarga itu? 

Gentrifikasi memang sebuah fenomena yang lekat dengan kapitalisme. Ekspansi bisnis dan modernisasi kerap kali memang mengorbankan pihak-pihak yang sudah merasa cukup dengan hidupnya. Film-film tadi adalah demonstrasi ciamik atas fenomena ini. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us