8 Rekomendasi Film yang Mewakili Pahitnya Masa SMP

- Tree of Knowledge (1981) menggambarkan krisis anak-anak 12-14 tahun di Kota Aarhus, Denmark.
- Didi (2024) menceritakan pengalaman Didi, bocah imigran Asia berusia 13 tahun di Amerika Serikat.
- Welcome to the Dollhouse (1995) memakai perspektif anak 12 tahun yang mengalami masa peralihan dari anak-anak ke remaja.
Berbeda dengan masa SMA, masa-masa SMP bisa dibilang salah satu era yang secara spesifik menguji iman seorang anak. Pada masa inilah, peralihan antara masa anak-anak ke remaja terjadi. Pada usia itu pula kita masih haus validasi eksternal, rasanya dunia runtuh kalau sampai kamu terkucil dan tak punya teman. Belum lagi, kamu mengalami perubahan fisik akibat pubertas yang menambah ketidaknyamanan.
Gak heran, sebagian orang punya pengalaman traumatis pada masa SMP yang membentuk dirimu sekarang. Meski tentu kamu punya pengalaman manis, bolehlah coba menapak tanah dengan mengakui kalau hal buruk pun pernah terjadi saat itu, entah berdampak langsung padamu atau tidak.
Ada beberapa film yang bisa jadi awal ideal untukmu memahami masa-masa SMP dan semua yang terjadi di dalamnya. Potret pahitnya masa SMP berhasil mereka angkat jadi cerita yang menghipnotis dan penuh empati.
1. Tree of Knowledge (1981)

Tree of Knowledge adalah film berlatar Kota Aarhus, Denmark, dengan lakon beberapa bocah berusia 12—14 tahun yang mengalami krisis dalam hidup masing-masing. Mungkin konfliknya terasa remeh buat penonton dewasa, tetapi sutradara Nils Malmros berhasil bikin kita mengubah haluan. Ketimbang meremehkan para bocah tadi, kita bakal dibikin kesal melihat orang dewasa yang tak peka dan cenderung berpikiran negatif pada anak-anak tadi.
2. Didi (2024)

Didi tak kalah meremukkan hati. Judulnya diambil dari nama si lakon yang diperankan Izaac Wang. Ia adalah bocah 13 tahun berlatarbelakang imigran Asia yang tinggal di Fremont, Amerika Serikat.
Didi tinggal di rumah yang didominasi perempuan, ibu, kakak perempuan, dan neneknya. Sementara, sang ayah kembali ke Taiwan untuk bekerja. Pada usia itu, Didi seperti kebanyakan anak lain masih haus penerimaan. Masalahnya, ini jadi rumit karena latar belakang rasnya dan cara lingkungan memperlakukannya.
3. Welcome to the Dollhouse (1995)

Label film coming of age brutal layak disematkan pada film Welcome to the Dollhouse. Memakai perspektif anak tengah berusia 12 tahun, Dawn (Heather Matarazzo), film ini dengan gamblangnya menggambarkan hal-hal tak mengenakkan selama era peralihan dari masa anak-anak ke remaja itu. Mulai dari dirundung karena dianggap tak mau berkompromi dan tak pula menarik secara fisik, jatuh cinta pada sosok yang salah, sampai diabaikan orangtua.
4. Close (2022)

Close juga bisa jadi gambaran horornya masa SMP. Bagaimana tidak, persahabatan dua bocah lelaki jadi renggang gara-gara omongan julid teman sekelas mereka. Seksualisasi hubungan pertemanan adalah salah satu hal paling menyebalkan yang kerap terjadi pada masa pubertas. Ironisnya, ini jadi fatal dan ekstrem ketika terjadi pada anak laki-laki yang ditekan untuk merepresi emosinya sejak dini.
5. Eighth Grade (2018)

Eighth Grade adalah film coming of age dengan lakon bocah SMP bernama Kayla (Elsie Fisher) yang saat masuk SMP teralienasi dari pergaulan. Ia dianggap tak keren dan kesulitan dapat teman, sampai pada satu momen ia bertemu dengan Olivia (Emily Robinson), murid SMA yang supel dan dengan antusias menginisiasi obrolan. Namun, ini bukan akhir dari upaya Kayla dapat validasi. Pada momen-momen tertentu penonton bakal dibikin tercekat oleh fakta bahwa bahaya manipulasi bisa terjadi dan terkadang anak-anak seusia Kayla belum menyadarinya.
6. Kes (1969)

Kes adalah film tentang bocah SMP lain yang wajib ditonton. Berlatar sebuah kota di Inggris Utara, kamu akan diajak menyelami kehidupan Billy (David Bradley). Ia diabaikan orangtuanya yang sibuk bekerja, punya kakak tukang bully, serta tak punya teman yang tulus dan dianggap tertinggal di sekolah. Ia akhirnya menemukan penghiburan dengan melatih seekor anak burung elang yang tak sengaja ditemukannya di sebuah lahan kosong.
7. The Class (2008)

The Class memakai perspektif seorang guru SMP bernama Francois (Francois Begaudeau) yang dapat tugas mengajar di sebuah sekolah di pinggiran Kota Paris. Kelasnya diisi murid dari beragam latar belakang, termasuk imigran asal Afrika dan Eropa Timur. Di sinilah letak tantangannya. Francois harus menghadapi murid yang super kritis, dibesarkan dalam kultur yang berbeda-beda, dan secara sadar maupun tak sadar mengalami rasisme internal.
8. My Life as a Dog (1985)

Ingemar (Anton Glanzelius) adalah bocah 12 tahun yang dikirim untuk tinggal bersama kerabat karena kondisi kesehatan ibu tunggalnya yang memburuk. Parahnya, ini juga berarti memisahkan Ingemar dari kakak serta anjing peliharaan yang amat disayanginya.
Kepindahannya juga memaksanya beradaptasi dengan hidup baru, yakni fakta bahwa ia kini tinggal di wilayah pemukiman kelas pekerja yang lebih tak tertata bersama teman-teman sebaya yang juga berperilaku berbeda dengan teman-teman dari pemukiman lamanya.
Masa SMP memang era yang penuh liku. Mengingatnya mungkin membuatmu merasa hebat bisa melewatinya dan hidup sampai sekarang. Apalagi kalau cobaannya tak hanya di sekolah, tetapi juga merangkap di rumah.



















