Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Suasana nonton Merah Putih One for All di Surabaya
Suasana nonton Merah Putih One for All di Surabaya (dok. IDN Times/Aulia Supintou)

Intinya sih...

  • Studio 8 XXI Ciputra World Surabaya hanya diisi oleh 26 penonton

  • Alasan penonton tertarik menyaksikan film Merah Putih One for All

  • Penonton tetap memberikan tepuk tangan saat film selesai diputar

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Surabaya, IDN Times - Bioskop XXI Ciputra World pada Kamis (14/8/2025) pukul 13.26 WIB terpantau masih sepi pengunjung. Saat saya membeli tiket untuk film Merah Putih One for All yang tayang pukul 13.45 WIB, baru sekitar 10 kursi yang terjual.

Ketika mendekati Studio 8 tempat pemutaran film ini, tiga sofa panjang tanpa sandaran berwarna krem tampak dipenuhi pengunjung yang menunggu. Awalnya saya mengira mereka juga akan menonton film animasi dari rumah produksi Perfiki ini. Ternyata, setengah dari mereka sedang menunggu Studio 7 untuk menonton film Pamali: Tumbal (2025).

Di tengah badai penton, bagaimana antusiasme penonton di Surabaya atas film Merah Putih One for All ini, ya? Simak selengkapnya di bawah ini!

1. Studio 8 XXI Ciputra World Surabaya hanya diisi oleh 26 penonton

Suasana nonton Merah Putih One for All di Surabaya (dok. IDN Times/Aulia Supintou)

Di Surabaya, film Merah Putih One for All hanya ditayangkan di XXI Ciputra World yang terletak di Jl. Mayjen Sungkono No.89, Gunung Sari, Dukuh Pakis. Ada lima layar yang disiapkan untuk penayangan hari pertama pada Kamis (14/8/2025), yaitu pukul 13.45 WIB, 15.15 WIB, 16.45 WIB, 18.15 WIB, dan 19.45 WIB.

Ketika saya memasuki Studio 8 tepat pukul 13.45 WIB, ruangan bioskop masih terasa panas, karena pendingin ruangan baru dinyalakan. Kursi yang terisi pun hanya yang terletak di pinggir tangga dan tujuh row teratas saja alias A hingga G.

Total ada 26 penonton yang menyaksikan penayangan perdana film ini, di antaranya anak-anak, remaja, orang dewasa, hingga lansia. Namun, tepat pukul 14.35 WIB, dua penonton yang meninggalkan Studio 8 dan tidak kembali sampai film ini berakhir.

2. Alasan penonton tertarik menyaksikan film Merah Putih One for All

Suasana nonton Merah Putih One for All di Surabaya (dok. IDN Times/Aulia Supintou)

Meski kontroversi, ternyata ada juga yang meluangkan waktu untuk menonton film Merah putih One for All. Salah satunya Mario Angelo, kreator konten asal Surabaya yang biasa memberikan review film Indonesia hingga mancanegara.

"Karena lagi-lagi ini film katanya adalah animasi kebangsaan pertama, lah. Jadi ya aku sebagai reviewer film, memutuskan buat menonton film yang satu ini," kata Mario ketika ditemui IDN Times seusai menyaksikan film arahan Endiarto dan Bintang Takari tersebut.

Di sisi lain, sumber yang tidak ingin disebutkan namanya, mangaku menonton Merah Putih One for All karena ingin mengetahui seperti apa filmnya. "Emang karena jelek, makanya jadi pengin nonton. Penasaran gitu," katanya.

Selain itu, mengusung tema kebangsaan juga menjadi salah satu daya tarik film Merah Putih One for All. Seperti Paul, penonton asal Surabaya yang memaknai Bhinneka Tunggal Ika melalui film ini.

"Tapi film ini sangat bagus, apalagi tentang kita anak-anak muda gitu, satu Indonesia, satu Tanah Air, satu bangsa. Dengan adanya film ini membuat kita menjadi lebih tahu bahwa dengan adanya Bhinneka Tunggal Ika itu, kita itu harus bersatu," ujar pemuda berusia 30 tahun tersebut.

3. Sejumlah penonton tetap memberikan tepuk tangan saat film selesai diputar

Suasana nonton Merah Putih One for All di Surabaya (dok. IDN Times/Aulia Supintou)

Pada awalnya, saya mengira Studio 8 akan sunyi selama pemutaran film Merah Putih One for All. Ternyata, beberapa penonton tak jarang tertawa ketika melihat adegan-adegan yang muncul di film ini.

"Ya, memang sejelek itu, gara-gara saking jeleknya, jadi banyak yang ketawa, jadi lucu gitu," ungkap sumber yang tidak ingin disebutkan namanya.

Setelah credit title muncul, beberapa penonton pun berdiri dan memberikan tepuk tangan untuk mengapresiasi film ini.

"Kalau memang boleh jujur ya, memang ada beberapa hal yang banyak banget kurang ya. Contoh dalam segi teknis, editing-nya kacau banget dan dubbing sama tokohnya juga gak sinkron. Jadi, ketika aku nonton ya, aduh kacau sih, kayak animasinya kurang dipoles aja," tutur Mario menjelaskan review singkatnya.

Beberapa penonton yang saya ajak berbincang berharap, ke depannya tim produksi film animasi tidak perlu terburu-buru merilis film mereka jika belum benar-benar matang. Apakah film Merah Putih One for All (2025) tayang di kotamu?

Editorial Team