Film A Man Called Otto, Sulitnya Terima Kenyataan Pasca Kehilangan 

Perjalanan Otto menerima kehilangan tanpa harus pulang

Jika kalian sedang sedih dan mencari film yang bisa membuat kalian menangis tersedu-sedu untuk meluapkan emosi, maka kalian harus mempertimbangkan film A Man Called Otto yang dibintangi aktor legendaris, Tom Hanks. Film bergenre drama komedi ini bisa memberikan tontonan yang penuh emosi, baik amarah maupun kesedihan yang dibalut dengan candaan.

Film A Man Called Otto banyak dibicarakan kembali setelah kemunculannya di platform streaming Netflix pada 23 Juli kemarin, beberapa bulan setelah perilisannya di bioskop Indonesia. Diangkat dari novel Frederick Backman A Man Called Ove, film ini menceritakan kehidupan dari sudut pandang Otto yang kedatangan tetangga baru di tengah usaha untuk ‘menyusul’ istrinya yang telah tiada.

Ditinggalkan orang terkasih pasti membuat kita merasa sangat kehilangan, begitu juga Otto kehilangan warna dalam hidup sepeninggal istrinya.

1. Fase terberat kehilangan adalah untuk menerima kenyataan

Film A Man Called Otto, Sulitnya Terima Kenyataan Pasca Kehilangan cuplikan trailer A Man Called Otto (Dok. Sony Pictures Entertainment/ A Man Called Otto)

Kehilangan orang yang kita cintai bukanlah perkara yang mudah. Elisabeth Kubler-Ross dalam bukunya berjudul Death and Dying tahun 1969 mengidentifikasi lima fase berduka yang kemudian dikenal dengan 5 Stage of Grief. Menurut Kubler-Ross, proses berduka dibagi menjadi fase denial (penolakan), fase anger (kemarahan), fase bargaining (tawar menawar), fase depression (depresi), dan terakhir fase acceptance (menerima). Kelima fase ini bisa terjadi secara acak dan berbeda-beda pada tiap individu yang mengalaminya.

Hal paling sulit dilakukan setelah kehilangan adalah menerima kenyataan. Begitu pula dengan Otto dalam A Man Called Otto yang stuck di salah satu fase berduka, yaitu depresi. Otto memang terlihat biasa saja atau sudah bisa menerima kenyataan ketika mengunjungi makam istrinya, Sonja, yang meninggal akibat kanker. Padahal keadaan depresi tersebut tersembunyi di balik perilaku Otto yang mudah marah ketika hal-hal tak berjalan sesuai dengan rencana atau kebiasaannya.

Fase ini membuat Otto ingin segera menyusul sang istri. Dirinya merasa tak ada lagi arti kehidupan karena pusat kehidupannya hanyalah Sonja. Di situlah kita bisa memahami bahwa Otto belum sepenuhnya menerima kenyataan jika hidupnya harus berlanjut tanpa kehadiran istrinya.

2. Temukan teman baru untuk alihkan pikiran

Film A Man Called Otto, Sulitnya Terima Kenyataan Pasca Kehilangan cuplikan trailer A Man Called Otto (Dok. Sony Pictures Entertainment/ A Man Called Otto)

Setelah kehilangan seseorang, ada kalanya kita menutup diri seperti yang dilakukan Otto. Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi perasaan tersebut adalah bertemu dengan orang baru. Bertemu dengan orang baru memiliki manfaat, beberapa di antaranya adalah keluar dari zona nyaman dan membuka petualangan yang baru.

Otto juga akhirnya bertemu dengan orang baru yang kebetulan menjadi tetangganya. Meski dengan sedikit paksaan, akhirnya Otto pasrah hidupnya direcoki oleh si tetangga baru, Marisol sekeluarga. Marisol adalah tipe orang yang talkative dan sangat peduli pada orang di sekitarnya, oleh sebab itu Marisol bisa merangsak masuk ke dalam kehidupan Otto. Kemunculan Marisol sekeluarga tanpa disadari Otto membantunya mengalihkan pikiran, keluar dari zona nyaman, dan menemukan makna baru kehidupan. Pelan-pelan akhirnya Otto dan Marisol sekeluarga menjadi teman meski awalnya enggan.

3. Tak ada salahnya perhatian pada lingkungan sekitar

Film A Man Called Otto, Sulitnya Terima Kenyataan Pasca Kehilangan cuplikan trailer A Man Called Otto (Dok. Sony Pictures Entertainment/ A Man Called Otto)

Pertemanan Otto dengan Marisol mampu menyadarkannya tentang beberapa hal. Meski hampir terlambat dan memerlukan pertengkaran dengan Marisol terlebih dulu, tapi akhirnya Otto bisa kembali pada akal sehatnya. Otto menyadari bahwa sejak kematian Sonja, ia mulai tenggelam dalam pity party hingga melupakan orang di sekitarnya yang berusaha peduli.

Bagaimana kita tahu bahwa Otto mengalami pity party? Cobizmag.com menjabarkan beberapa perilaku yang merujuk pada pity party, seperti menyalahkan orang lain, pesimis, marah pada orang yang cheerful, dan insensitif pada permasalahan orang lain. Itulah yang dilakukan Otto pada orang di sekitarnya hingga Marisol menyadarkannya kembali.

Kakek grumpy ini kembali pada dirinya yang dulu, sadar akan kesalahannya dan berusaha untuk memperbaiki masalah yang terjadi. Kembalinya Otto yang perhatian ini berkat Marisol sekeluarga dan juga orang-orang yang berada di lingkungan tempat ia tinggal. 

Baca Juga: 5 Soundtrack Film A Man Called Otto, Wajib Masuk Playlist!

4. Terima kenyataan dan melangkah ke depan

Film A Man Called Otto, Sulitnya Terima Kenyataan Pasca Kehilangan cuplikan trailer A Man Called Otto (Dok. Sony Pictures Entertainment/ A Man Called Otto)

Semua hal yang terjadi di dalam hidup pasti ada alasannya, begitupun hal-hal yang terjadi dalam hidup Otto setelah perginya Sonja. Mulai dari bagaimana putus asanya Otto pada kehidupan tanpa Sonja, Marisol yang tiba-tiba hadir dan membuatnya kesal, Smeagol si kucing yang diam tak bergeming, hingga permasalahan hunian yang mengganggunya.

Semua kejadian tersebut mengarah pada satu hal, memberikan makna baru pada kehidupan yang dilalui Otto. Akhirnya Otto bisa move on dari fase depresi akibat kehilangan orang yang dicintai. Dirinya mampu melangkah ke depan, menikmati kehidupan yang masih ada dan mengemas kenangan menyimpannya dalam angan.

Film A Man Called Otto memang bukan kisah kompleks, namun slice of life yang tiap kisahnya mampu memberikan makna bagi penontonnya. Kita diajak melihat masa lalu dan menantikan masa depan seperti apa yang akan dilalui oleh Otto sepeninggal Sonja.

Jika ada orang di sekitar kita sedang berduka, berikanlah perhatian agar mereka tidak larut dalam kesedihan. Seperti salah satu quotes Frederick Backman dalam bukunya A Man Called Ove, “But sorrow is unreliable in that way. When people don’t share it there’s a good chance that it will drive them apart instead.”

Baca Juga: A Man Called Otto & Balada Si Roy, Film Adaptasi Novel Best Seller

Hima Laily Photo Writer Hima Laily

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Agustin Fatimah

Berita Terkini Lainnya