Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ide-Makna Album Forever in the Air GIGI, Nyaris Berjudul Power Station

cuplikan OFF THE RECORD (youtube.com/IDN Times)
cuplikan OFF THE RECORD (youtube.com/IDN Times)
Intinya sih...
  • Ide album berasal dari konser anniversary ke-30 GIGI
  • Semua personel GIGI terlibat dalam proses kreatif
  • Beberapa judul lagu mengalami perubahan setelah didiskusikan bersama
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Grup musik legendaris GIGI akhirnya kembali menyapa para penggemarnya. Setelah 11 tahun tanpa merilis album, Armand Maulana cs resmi menghadirkan karya terbaru bertajuk Forever in the Air.

Menariknya, album ke-25 ini memuat sembilan lagu di mana seluruh personel; Armand Maulana, Dewa Budjana, Thomas Ramdhan, dan Gusti Hendy ikut terlibat penuh dalam proses kreatifnya. Mereka masing-masing membawa ide dan materi lagu yang kemudian digodok bersama hingga akhirnya terwujud menjadi album penuh yang resmi dirilis pada 8 Oktober 2025.

Buat yang mengaku penggemar berat GIGI, yuk simak lebih dalam perjalanan mereka dalam menggarap album spesial ini!

1. Ide hingga makna judul album Forever in the Air, awalnya ada nama Power Station

cuplikan OFF THE RECORD (youtube.com/IDN Times)
cuplikan OFF THE RECORD (youtube.com/IDN Times)

Gusti Hendy mengungkap, ide awal GIGI merilis album baru muncul setelah mereka menggelar konser anniversary ke-30 pada tahun lalu. Namun, untuk album ke-25 ini, mereka tidak mau kembali dengan sesuatu yang biasa. Sebagai gebrakan, GIGI memutuskan menjalani proses rekaman di Power Station, New York, studio legendaris yang pernah digunakan oleh deretan musisi dunia, seperti Bon Jovi hingga Lady Gaga.

Setelah proses rekaman rampung di Power Station rampung, GIGI belum menentukan judul album. Ketika bekerja sama dengan label Juni Records, mereka pun mulai berdiskusi mencari judul yang relevan dengan zaman sekarang. Karena direkam di Power Station, sempat ada yang mengusulkan nama Power Station sebagai judul album. Namun, mereka merasa hal itu terlalu menonjolkan lokasi rekaman.

“Akhirnya banyak pilihan, dari pemain juga ada yang ngusulin matahari lah, apa lah namanya. Ada juga yang ngusulin Power Station aja. Tapi kayak terlalu Power Station-nya banget yang ditonjolin,” ungkap drummer GIGI tersebut.

Hingga akhirnya terucap celetukan sederhana yang justru terasa tepat, yaitu Forever in the Air. Meski terdengar spontan, maknanya cukup dalam dan mewakili harapan agar karya GIGI bisa terus “mengudara” dan selalu hadir untuk para pendengarnya.

2. Semua personel GIGI bawa lagu ciptaan masing-masing

cuplikan OFF THE RECORD (youtube.com/IDN Times)
cuplikan OFF THE RECORD (youtube.com/IDN Times)

Album Forever in the Air ini berisi sembilan lagu yang lahir dari proses kreatif seluruh personel GIGI. Untuk pertama kalinya, setelah sekian lama, mereka kembali mengadakan workshop intens di Puncak selama tiga hari.

Saat proses workshop itu, semua personel GIGI datang dengan membawa ide dan materi lagu masing-masing sebelum diolah bersama hingga akhirnya terbentuk sembilan track baru untuk direkam di New York.

“Kita benar-benar bawa materi, bikin bareng di sana dan akhirnya menemukan sembilan track ini. Akhirnya habis dari puncak, workshop dapat sembilan lagu, kita poles lagi di studio kita Jakarta dan akhirnya kita tahun kemarin berangkat untuk rekaman di New York, Power Station. Jadilah album ini,” lanjut Gusti Hendy.

Armand Maulana menambahkan bahwa pada awalnya, mereka hanya berencana untuk merekam lima lagu. Namun, mengingat usaha yang sudah dilakukan hingga terbang jauh-jauh ke New York, akhirnya mereka memutuskan untuk merekam sembilan lagu itu.

“Dipikir-pikir, sudah jauh ke New York, ya udah sekalian aja rekam semua. Mau bagus, mau gak, yang penting kita udah kerja,” ujar Armand.

3. Terdapat beberapa judul yang berubah setelah didiskusikan bersama

cuplikan OFF THE RECORD (youtube.com/IDN Times)
cuplikan OFF THE RECORD (youtube.com/IDN Times)

Di samping itu, GIGI juga sempat melakukan beberapa penyesuaian untuk album ini, termasuk soal judul lagu. Salah satunya datang dari karya milik Dewa Budjana yang awalnya berjudul “Ambigu.”

“Sebelumnya ada lagu punya Budjana yang judulnya Ambigu. ‘Ini bagus gak sih judulnya Ambigu?’ Akhirnya berembuk lagi sama tim dan setelah dilihat dari liriknya, akhirnya diganti jadi Masa Itu,” kata Gusti Hendy.

Tak hanya itu, lagu “Jangan” juga mengalami perubahan sebelum dirilis. Thomas Ramdhan, yang menulis liriknya, awalnya memberi judul “Jangan” sebanyak lima kali. Namun, setelah dipertimbangkan, judul terkait disederhanakan.

Setelah tiga dekade berkarya dan melewati berbagai gelombang tren musik, mulai dari hip metal, musik Melayu, hingga terkini didominasi oleh KPop, Gusti menegaskan bahwa GIGI ingin tetap relevan di tengah perubahan industri yang begitu cepat.

“Yang pasti, GIGI sudah tiga dekade ngelewatin semua musik yang lagi hype, dari zaman hip metal terus ada Melayu total, dan sekarang ini KPop dan segala macam. Jadi kita penginnya terus ada di sini dan Gen Z, Gen Alpha juga bisa menyenangi karya kita,” ungkapnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zahrotustianah
EditorZahrotustianah
Follow Us

Latest in Hype

See More

7 Pemotretan Artis Meriahkan Halloween 2025, Gak Melulu Seram!

31 Okt 2025, 21:16 WIBHype