Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Perjalanan Album Forever in The Air GIGI: Dari Puncak ke New York

cuplikan OFF THE RECORD (youtube.com/IDN Times)
cuplikan OFF THE RECORD (youtube.com/IDN Times)

Jakarta, IDN Times Vibes di kantor IDN, Kamis (16/10/2025) mendadak penuh energi karena kehadiran grup band legendaris GIGI. Kedatangan Arman Maulana cs ini bukan sekadar untuk menyapa, tetapi juga membawa kabar gembira bahwa akhirnya GIGI kembali merilis album setelah 10 tahun. Wihhh~

Dalam agenda media visit yang meriah ini, GIGI semakin menambah energi saat menjalani syuting program Semusik. Saat itu, satu persatu karyawan pun berdatangan untuk menyaksikannya dari dekat, membuat suasana seakan berubah menjadi konser dadakan.

Tak berhenti sampai di situ saja, GIGI kemudian berbagi kisah lebih dalam saat syuting OFF THE RECORD. Keempat personel antusias mengungkap berbagai fakta menarik di balik proses kreatif album terbaru mereka, Forever in the Air. Yuk, simak kisah lengkapnya!

1. GIGI kembali rilis album setelah 10 tahun lewat Forever in the Air

cuplikan OFF THE RECORD (youtube.com/IDN Times)
cuplikan OFF THE RECORD (youtube.com/IDN Times)

Setelah 10 tahun gak meluncurkan album, GIGI akhirnya kembali dengan karya terbaru bertajuk Forever in the Air. Momen tersebut terasa seperti sapaan hangat bagi para pendengar yang telah lama menantikan kabar baru dari grup musik legendaris ini.

Menurut Thomas Ramdhan, basis GIGI, merilis single selama beberapa tahun terakhir terasa belum cukup untuk menggambarkan perjalanan panjang mereka. Single, baginya hanya mewakili satu sudut pandang saja. Namun, setelah sepuluh tahun tanpa album penuh, ia menyadari ada banyak kisah dan pengalaman yang tidak bisa jika hanya dituangkan dalam satu lagu saja, sehingga mereka memutuskan untuk kembali dengan album utuh.

“Kalo musimnya kita bikin single, rata-rata ceritanya tentang satu sudut pandang, seperti tentang cinta. Kalo buat gue, gue ngelihat dari album ini kayak 10 tahun berhenti itu, ada sebuah cerita dari masing-masing yang dikumpulin. Jadi GIGI punya cerita ini dari keseluruhan,” ungkap Thomas dengan nada antusias.

Tercatat sebagai album ke-25 GIGI, Forever in the Air berisi sembilan lagu yang lahir dari proses kreatif tak biasa. Semua personel GIGI, yaitu Armand Maulana, Thomas Ramdhan, Dewa Budjana, dan Gusti Hendy membawa ide dan materi lagu masing-masing, lalu meraciknya bersama hingga menjadi satu kesatuan yang utuh.

2. Ungkap proses workshop di Puncak hingga rekaman di studio legendaris di New York

cuplikan OFF THE RECORD (youtube.com/IDN Times)
cuplikan OFF THE RECORD (youtube.com/IDN Times)

Gusti Hendy, drummer GIGI, bersemangat saat menceritakan proses awal pembuatan album ini. Ia mengungkap bahwa semuanya bermula dari workshop selama tiga hari di Puncak, di mana setiap personel membawa materi lagu masing-masing. Di sana, mereka mengolahnya bersama hingga akhirnya menemukan sembilan track.

“Akhirnya dari Puncak, workshop dapat 9 lagu, kita poles lagi di studio kita di Jakarta,” ungkapnya.

Tak lama setelahnya, pada November tahun lalu, GIGI berangkat ke New York untuk merekam album tersebut secara live dengan pita analog di studio Power Station. Menurut Gusti Hendy, selain memiliki karakteristik yang unik, Power Station juga pernah digunakan oleh musisi dunia.

“Pas kita lihat, ternyata album pertama Bon Jovi direkam di situ. John Mayer juga. Terakhir Lady Gaga. Dan prosesnya di sana juga gak terlalu ribet,” lanjutnya.

Dewa Budjana menjelaskan, keputusan untuk merekam album Forever in the Air dengan menggunakan pita analog di Power Station tersebut juga bertujuan untuk mengembalikan lagi suasana bermusik seperti dulu, sebelum era digital mengubah banyak hal.

“Kita pengin mengembalikan suasana dulu lagi. Sejak zaman digital, vibes nge-band itu hilang. Jadi seperti, ‘Ah, bisa dikerjain di rumah.’ Mungkin orang gak tahu, tapi kita pernah ngerasain nge-band bareng, lalu kirim-kiriman data. Sayang rasanya kalau rekaman cuma digital. Kapan lagi kita rekaman analog, live bareng tanpa editing? Mungkin itu yang bikin spesial. Sebetulnya gak harus begitu bisa, tapi chemistry itu perlu dibalikin lagi,” ungkapnya.

3. Gusti Hendy sebut mixing dan mastering jadi proses yang paling menyenangkan

cuplikan OFF THE RECORD (youtube.com/IDN Times)
cuplikan OFF THE RECORD (youtube.com/IDN Times)

Secara teknis, proses rekaman di Power Station dengan menggunakan pita analog ini gak mudah karena GIGI harus melakukan rekaman satu kali jalan tanpa pengulangan.

“Kalau di Pro-Tools, walaupun diulang, hasilnya akan sama. Tapi kalau ini, dia menganjurkan untuk sekali jalan saja. Bisa diulang, tapi kualitasnya akan menurun,’ ungkap Thomas.

Meski tantangannya besar, GIGI sama sekali tak merasa terbebani. Mereka justru merasakan perjuangan besar di balik proses rekaman tersebut.

“Berangkat bersembilan bersama tim. Selama beberapa hari di New York, kita benar-benar mempersiapkan harus ada tim video, harus konten. Jadi pas rilis sekarang, kita sudah siap segala sesuatunya. Live session-nya ada di Power Station. Tapi permasalahannya adalah kita melakukan ini, kita belum tahu kerja sama siapa,” kata Gusti, mengenang momen sebelum akhirnya GIGI bekerja sama dengan label Juni Records.

Dari semua proses yang mereka lalui sejak dari Puncak hingga New York, Gusti Hendy menyebut mixing dan mastering menjadi proses yang paling menyenangkan baginya.

“Kalau dari gue, proses miring mastering-nya sih senang, kita sama Ris Brand kan. Karena mungkin akustik studionya juga bahannya mungkin enak, terus di-mixing oleh orang yang sangat berpengalaman. Jadi gue dengernya nyaman aja dan semua pun bilang,’ Wah enak banget.’ Secara vibe band-nya tetep dapet dan senatural mungkin,” tutur drummer GIGI tersebut sambil tersenyum.

Tercatat sebagai album ke-25 GIGI, Forever in the Air telah resmi dirilis pada 8 Oktober 2025. Sudah dengerin?

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Triadanti N
EditorTriadanti N
Follow Us

Latest in Hype

See More

7 Potret Romantis Ayah Jerome Polin dan Keluarga Semasa Hidup

30 Okt 2025, 18:23 WIBHype