8 Keganjilan Film Abadi Nan Jaya yang Bikin Penonton Gemas

Abadi Nan Jaya (2025) membawa angin segar bagi film Indonesia bertema zombie. Film arahan Kimo Stamboel ini pun meraih beragam prestasi, termasuk masuk Top 10 Global Film Non-English Netflix di 75 negara.
Terlepas dari beragam pujian yang diterima, penonton menemukan beberapa keganjilan atau plot hole sepanjang menyaksikan film ini. Simak deretan keganjilan di film Abadi Nan Jaya (2025) yang ditemukan penonton.
Peringatan: Artikel ini mengandung spoiler, ya.
1. Di era modern, kok mereka gak ngerti cara survive dari zombie?

Di era modern saat ini, sudah banyak tayangan yang menampilkan tentang zombie dan cara melawan mereka. Sayangnya, para karakter di film Abadi Nan Jaya (2025) justru terkesan buta dengan makhluk ganas tersebut.
Penonton berkata, kalau mereka yang ada di situasi tersebut, pasti bisa menerka-nerka bagaimana cara melawan zombie atau justru mengindentifikasi apa kelemahan mereka. Selain itu, karena akses komunikasi belum terputus, mereka seharusnya bisa searching, bagaimana cara melawan zombie. Ya, walaupun kalau dalam keadaan terdesak, kadang emang orang gak bisa berpikir jernih, sih.
2. Punya smartphone, tapi gak smart buat nyebarin informasinya ke media sosial

Kenes (Mikha Tambayong), Rudi (Dimas Anggara), Ningsih (Claresta Taufan), dan Rahman (Ardit Erwandha) diceritakan berkomunikasi menggunakan ponsel pintar selama kejar-kejaran dengan zombie berlangsung. Seharusnya, mereka bisa merekam kejadian tersebut dan membagikannya melalui media sosial.
Seandainya video viral, mereka gak cuma jadi seleb dadakan, tapi bisa mendapat bantuan orang-orang dari luar desa. Sayangnya, baik Kenes, Rudi, Ningsih, maupun Rahman tidak memiliki inisiatif menyebarkan video tentang teror zombie itu. Padahal kalau selamat, mereka bisa diundang ke podcast dan stasiun televisi, lho.
3. Punya senjata banyak di polsek, tapi gak dipakai buat menembak zombie

Polsek Wanirejo, tempat Rahman bekerja menyimpan banyak senjata. Bahkan mereka memanfaatkan senjata api, perisai, dan baju anti peluru tersebut saat hendak menjemput Ningsih, Karina (Eva Celia), hingga Raihan.
Seharusnya, saat pintu kantor polisi jebol dan zombie hendak masuk, mereka memanfaatkan senjata dan amunisi untuk menembaki makhluk-makhluk ganas itu. Atau saat Rahman dan Bambang (Marthino Lio) ada di atas atap Polsek, mereka bisa menembaki zombie satu per satu. Siapa tahu mereka bisa menemukan celah lebih besar untuk kabur atau melindungi diri, bukannya malah panik sendiri. Namun, cukup masuk akal kalau alasan mercon itu tidak digunakan untuk menimbulkan ledakan dahsyat di kantor polisi.
4. Mercon gak dipakai secara maksimal untuk mengalihkan perhatian zombie

Rahman akhirnya mengetahui kalau zombie tertarik dengan suara gaduh, seperti azan dari pengeras suara di masjid hingga mercon. Penonton bertanya-tanya, kenapa mercon-mercon itu tidak dimanfaatkan secara maksimal untuk mengalihkan perhatian zombie, sih?
Dengan mercon tersebut, mereka bisa kabur menggunakan truk bersama-sama. Bukannya malah menabrakkan truk ke pintu polsek, sehingga Ningsih, Rahman, dan Bambang terjebak, serta menjadi mangsa para zombie.
5. Kenapa atasannya Rahman dibiarkan hidup di dalam sel tahanan?

Atasan Rahman yang berubah menjadi zombie selama ini masih ada di dalam polsek dan dikunci di dalam sel tahanan. Mulanya karena gak tega, keputusan Rahman justru menjadi malapetaka untuknya dan Ningsih.
Penonton menyayangkan keputusan ceroboh Rahman tersebut. Seharusnya, sejak awal Rahman membunuh atasannya yang sudah jelas-jelas berperilaku tidak wajar itu. Atau setidaknya mengamankan sel tahanan tersebut sedemikian rupa, agar tragedi menjelang ending itu tidak terjadi.
6. Kenapa Dimin dan Grace mau nyobain sampel yang belum diterima BPOM?

Teror zombie di Desa Wanirejo bermula karena sampel jamu buatan Wani Waras. Padahal di menit-menit awal film ini, ilmuwan dari pabrik Wani Waras berkata, jamu tersebut masih belum diuji oleh BPOM.
Penonton bertanya-tanya, kenapa pemimpin perusahaan yaitu Dimin dan Grace (Karina) secara sukarela menjadi orang pertama yang meminum sampel tersebut? Kasarnya, keduanya merelakan diri sebagai kelinci percobaan, tanpa tahu dampak dari jamu yang mereka minum. Logikanya penemuan baru yang berisiko tidak akan diujicobakan pada orang-orang yang punya posisi penting dalam perusahaan. Bayangkan seperti apa jadinya jika CEO perusahaan farmasi harus mencoba semua zat kimia baru buatan peneliti mereka?
7. Kalau tahu zombie takut air, seharusnya panggil damkar gak, sih?

Kelemahan zombie di film Abadi Nan Jaya (2025) adalah air. Setiap terguyur air hujan, zombie yang beringas dan memiliki insting berburu tak terkendali akan otomatis diam membeku.
Saat sudah mengetahui fakta tersebut, seharusnya para karakter pergi ke stasiun pemadam kebakaran. Atau kalau akses ke sana sulit, mereka bisa menghubungi damkar dan meminta mereka membawa air yang banyak. Jangan lupa sampaikan juga, kalau jangan turun dari mobil damkar biar gak jadi buruan zombie.
8. Pas di rumah Ningsih, Rudi bukannya ngumpet malah ngelawan zombie

Rudi, Karina, dan Raihan dikejar-kejar segerombolan zombie saat kabur dari rumah Pak Lurah (Stephanus Tjieproet). Beruntungnya, mereka menemukan rumah Ningsih yang bisa dipakai sebagai tempat berlindung.
Seharusnya, setelah memastikan Raihan aman, Rudi tidak perlu keluar untuk menghadapi zombie yang masih beberapa meter jauhnya. Ia cukup mengunci dan menghalangi pintu rumah agar tidak jebol. Namun, bisa jadi penggambaran itu dipilih untuk menyoroti sosok hero di diri Rudi sebagai ayah Raihan.
Keputusan yang dipilih para karakter di film Abadi Nan Jaya (2025) terkadang disesalkan oleh penonton. Akan tetapi, penggambaran dan alur di film Abadi Nan Jaya (2025) tidak sepenuhnya salah, karena bisa jadi, di dunia mereka memang informasi soal zombie sangat minim. Bagaimana menurutmu?


















