Britney Spears menjelma jadi ikon pop dunia sejak kemunculannya pada akhir 90-an. Namun, pada pertengahan 2000-an dengan tekanan dari media yang agresif dan berbagai pihak yang memanfaatkan ketenarannya, Spears terjerembab dalam berbagai masalah. Termasuk adiksi dan kesehatan mental yang terus memburuk.
Ini pula yang menjurus ke conservatorship (perwalian hukum yang diberikan untuk orang dewasa yang dianggap tidak mampu membuat keputusan sendiri). Belasan tahun berlalu, tepatnya pada Februari 2021, sebuah dokumenter produksi The New York Times dengan judul Framing Britney Spears dirilis, menyorot usahanya lepas dari perwalian hukum yang dipegang ayahnya itu. Dukungan dari warganet pun bermunculan, terutama dengan tagar #FreeBritney.
Pada November 2021, perjuangannya berbuah manis. Spears punya kuasa penuh atas dirinya sendiri dan mulai melakukan hal-hal yang sebelumnya tak pernah terjadi. Seperti mendistribusikan kembali film lawasnya, Crossroads (2002), dan menerbitkan sebuah memoar berjudul The Woman in Me. Beberapa detail dalam film dokumenter dan buku pun menguak beberapa fakta baru seputar kehidupannya. Sejak itu pula, lagu-lagunya pun dimaknai berbeda oleh fans dan pendengar secara umum.