Mengangkat Tema Lingkungan, Review Film Dokumenter Semes7a

Film yang diproduseri oleh Nicholas Saputra dan Randy Marahimin ini bercerita tentang tujuh sosok dari tujuh provinsi di Indonesia yang berbeda-beda. Namun, mereka telah melakukan sebuah usaha yang sama yaitu memperlambat dampak perubahan iklim berdasarkan agama, kepercayaan, dan kebudayaan mereka masing-masing.

Setiap babak cerita yang ditampilkan dikemas dengan menarik, diiringi dengan visual yang menampilkan keindahan alam Indonesia. 

• Cerita pertama dimulai oleh Tjokorda Raka Kerthysa, seorang tokoh budaya di Ubud, Bali, yang bersama segenap umat Hindu menjadikan momentum Hari Raya Nyepi sebagai hari istirahat alam semesta.
• Kemudian ada Agustinus Pius Inam, Kepala Dusun Sungai Utik, Kalimantan Barat, yang memastikan pentingnya penduduk desa memahami dan mengikuti langkah tata cara adat dalam melindungi dan melestarikan hutan. 
• Berlanjut menemui Romo Marselus Hasan, Pemimpin Agama Katolik di Bea Muring, Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Beliau menyelipkan pesan kepada para jemaatnya untuk berdamai dan menjaga pelestarian alam, terutama sumber mata air.
• Cerita keempat mengenai Almina Kacili. Ia seorang perempuan yang membantu menyeimbangkan alam melalui “Sasi”, sebuah tradisi kearifan lokal yang menjaga keberlangsungan sumber daya alam dengan melindungi wilayahnya dari eksploitasi, terutama oleh nelayan-nelayan yang menggunakan peralatan ilegal.
• Pada babak kelima, ada kisah dari Muhammad Yusuf yang sehari-hari menjadi imam di Desa Pameu, Aceh. Ia selalu memperingatkan masyarakat lantaran melihat praktik penebangan hutan, salah satu faktor yang mempercepat terjadinya pemanasan global. Ini berdampak pula pada rusaknya habitat alami gajah liar.
• Kemudian ada kisah dari Iskandar Waworuntu yang bertahun-tahun lalu memutuskan hijrah dari kehidupannya dahulu dan hidup dari sebidang tanah kering, sebuah tempat yang ia beri nama Bumi Langit.
• Perjalanan Semes7a berakhir dengan kehadiran Soraya Cassandra, petani kota pendiri Kebun Kumara, Jakarta. Melalui sebuah kebun yang ia kelola di pinggiran ibu kota, Sandra melakukan kampanye prinsip-prinsip belajar dari alam yang secara kreatif mengubah tanah di kota menjadi hijau kembali.

Selain menampilkan keindahan alam Indonesia mulai dari wilayah Aceh hingga ke Papua, film ini juga menampilkan kegiatan masyarakat sekitar tempat tersebut. Kita jadi tahu apa saja yang dilakukan oleh masyarakat setempat, dan usaha-usaha apa saja yang dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kerusakan lingkungan. 

Banyak sekali pesan moral yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari melalui film ini. Menonton film ini serasa membuka mata hati kita sebagai manusia agar bisa memperlakukan dan memanfaatkan alam sekitar dengan baik.

Film ini juga mengajarkan, bahwa setiap agama dan kepercayaan yang kita anut sama-sama mengajarkan untuk merawat alam dengan sebaik-baiknya.

Menampilkan 7 tokoh hebat yang berada di tiap wilayah, mungkin bakal bikin bertanya-tanya "sebenarnya siapakah tokoh tersebut?"

Mereka yang menjadi sosok protagonis dalam film ini dipilih setelah melalui proses riset yang dimulai pada November 2017. Riset ini kemudian berjalan hingga 2 bulan lamanya, barulah kemudian syuting dilaksanakan pada bulan Februari. 

Secara keseluruhan, film Semes7a sangat recommended ditonton karena akan membuka mata kita semua untuk lebih menyayangi alam. Oleh karena itu IDN Times memberikan skor 4.8/5 untuk film dokumenter yang satu ini.

Nah, jangan ketinggalan untuk menyaksikan film ini karena akan segera tayang terbatas di bioskop mulai tanggal 30 Januari 2020.