Mengupas Makna Warna di Film SORE: Istri dari Masa Depan

Surabaya, IDN Times - Setelah mengupas set lokasi hingga properti di balik film SORE: Istri dari Masa Depan (2025), saya dan Dita Gambiro melanjutkan pembicaraan kami. Masih di dalam ruangan yang sejuk di kantor IDN Surabaya pada Rabu, 23 Juli 2025, kali ini kami mengupas tuntas makna warna yang muncul di film SORE: Istri dari Masa Depan (2025).
Dita Gambiro mengiyakan bahwa pemilihan color palette di film ini ditentukan oleh Production Designer. Namun, segala warna yang dipilih tentu melewati persetujuan Yandy Laurens selaku sutradara dan penulis.
"Tugasku sebagai Production Designer itu mencoba memvisualisasikan bayangan dari sutradara. Jadi tetap aku harus tanya ke Yandy, karena dia penulis juga di sini. Pasti ketika menulis dia udah ngebayangin kira-kira seperti apa," ungkap Dita menceritakan alur kerjasama antara dirinya selaku Production Designer dan Art Director bersama Yandy Laurens.
Selama menonton film SORE: Istri dari Masa Depan (2025), saya dibuat penasaran dengan makna warna yang melekat di karakter Sore dan Jonathan. Dugaan saya benar, ternyata color palette setiap karakter berbeda dan memang sudah ditentukan konsepnya sejak awal. Simak wawancara eksklusif IDN Times bersama dengan Dita Gambiro di #COD (Cerita Orang Dalam)!
1. Konsep warna karakter Sore seperti matahari

Sejak awal, tim produksi sudah mengonsep warna-warna yang mendeskripsikan karakter di film ini. Misalnya, karakter Sore yang diperankan oleh Sheila Dara diibaratkan sebagai matahari.
"Kalau Sore, sesuai namanya. Jadi dia akan terinspirasi dari matahari," ucap Dita sembari tersenyum sebelum mulai membicarakan tentang konsep warna Sore.
Matahari memiliki warna yang berbeda-beda, sesuai dengan waktu mereka menyinari langit. Maka dari itu, warna baju yang dipakai Sore tidak selalu sama, tapi semuanya memberikan kesan hangat.
"Terus dari perpaduan langit ketika sore hari, kita bisa ngelihat matahari kadang merah, orange, dan gelap sedikit. Jadi kayak intensitas warnanya itu selalu berubah-ubah. Nah, itu akhirnya menarik garis ke bajunya Sore," lanjut Dita sembari menggerakkan kedua tangannya selama menjelaskan.
2. Sementara konsep warna Jonathan adalah langit

Di sisi lain, Jonathan justru digambarkan sebagai langit. Warna langit dianggap sesuai menggambarkan kepribadian Jonathan yang sedang mencari jati diri dan jawaban atas semua hal di dalam pikirannya.
"Jonathan itu kita anggap sebagai langitnya. Dia ketika belum ketemu Sore itu clueless. Kayak orang yang masih mencari sesuatu, jadi galau terus, penuh dengan pikiran, dan sebagainya," tutur Dita yang membuat saya terpukau dengan konsep warna karakter Jonathan.
Bisa disimpulkan bahwa Sore memang hadir untuk menerangi hari-hari Jonathan yang biru kelabu. Langit yang semula dipenuhi bayangan, perlahan menjadi cerah dan sudah tidak malu-malu untuk menunjukkan warnanya.
"Kita mengandaikan itu seperti langit yang kelabu. Ada shade-nya, entah polusi atau sesuatu yang menghalanginya," tambahnya sembari tersenyum saat menjelaskan hal tersebut.
3. Saat pertama bertemu Jonathan, warna baju Sore biru karena dia belum memperkenalkan diri

Jika Sore digambarkan sebagai matahari yang hangat, kenapa bajunya saat pertama kali bertemu Jonathan justru berwarna biru dan terkesan tidak hangat? Ketika pertanyaan tersebut terucap, Dita Gambiro memilih untuk tersenyum terlebih dahulu sebelum menjawab.
"Sebenarnya aku membebaskan persepsi penonton. Tapi inspirasinya lebih ini warna-warna langit intinya. Jadi biru kan masih part langit. Sampai akhirnya Sore ngenalin diri kalau dia itu adalah ‘Sore’," jelas Dita yang berusaha memberikan jawaban paling politis agar tidak mempengaruhi persepsi penonton.
Namun, Dita pun tidak menyangkal kalau teori bahwa kala itu Sore masih berduka atas kepergian Jonathan bisa dihubungkan dengan warna baju yang cenderung kelabu. Saat mendengar jawaban Dita, saya mulai memikirkan teori-teori lainnya terkait warna baju yang digunakan Sore dan Jonathan di beberapa adegan.
"Tapi teori orang-orang itu beralasan semua sih," tambahnya singkat ditutup dengan senyuman lebar.
4. Konsep warna wardrobe dibikin selaras dengan properti hingga latar

Jika membahas soal warna dan karakter, sudah pasti kita akan berbicara soal pemilihan wardrobe para karakter. Pakaian yang digunakan Sore dan Jonathan terkesan simpel, tapi seperti sudah dipersiapkan dengan sangat matang.
"Biasanya tim wardrobe sudah punya beberapa pilihan baju. Kadang-kadang karena lokasi di luar negeri, ada beberapa yang baru lihat, ‘Oh ternyata aslinya gitu’. Nah jadi bisa ada adjustment di situ. Jadi selain konsep di awal, kita juga bermain dalam komposisi ketika kita ngelihat di lokasi aslinya," tutur pemilik akun @ditagam ini.
Lalu, apa sih alasan wardrobe karakter di film ini cenderung senada dengan properti atau latar yang muncul di layar? Ternyata hal tersebut memang sudah dikonsep sejak awal, bukan kebetulan semata.
"Kita harus tahu fokus utama di frame tersebut apa dan siapa. Jadi gak ingin saling teriak, karena kan semuanya ingin bersatu. Kayak pas Sore pegang bunga, itu fokus utamanya bisa jadi bunga alias warna merahnya. Maka itu, kita butuh warna merahnya di baju Sore," lanjut Production Designer di serial Gadis Kretek (2023) ini.
5. Baju Karlo dibuat bercorak karena karakternya berkebalikan dengan Jonathan

Kamu sadar gak sih kalau Jonathan dan Sore selalu memakai clean outfit dan capsule wardrobe yang lagi tren di kalangan Gen Z hingga millenial? Berbeda dengan Karlo yang justru tampil dengan outfit bercorak. Apa ya alasannya?
"Kalau secara karakter memang dibikin bertabrakan dari Jonathan. Karena Karlo kan anak teater, terus dia paling nyeleneh lah. Kalau misalnya nanggepin si Jonathan juga kayak suka-suka dia dan sebagainya. Jadi sedikit banyak itu mempengaruhi pilihan baju-bajunya," ujar Dita yang membuat saya mengangguk-anggukkan kepala beberapa kali tanda setuju.
Sebelum mengakhiri artikel ini, saya baru teringat, bahwa bukan hanya konsep wardrobe, tapi color palette pameran Jonathan di Jakarta ternyata juga terinspirasi dari konsep warna Sore dan Jonathan. Foto sunset di sudut ruangan menghangatkan pameran yang didominasi dengan warna biru.
"Ada langit, terus Sore sebagai matahari yang menyinari. Aku berpikir kalau ini nuansanya memang harus biru. Alasannya karena Jonathan diibaratkan sebagai langit dan foto-foto Dion secara real ngomongin Arctik (Finlandia). Selain itu, di instalasi matahari terbenam, baju Sore itu hangat, kayak peach," jelasnya.
40 menit terasa cepat karena topik yang saya dan Dita Gambiro bicarakan sangat menarik. Segala pertanyaan saya tentang konsep warna yang melekat di karakter Sore dan Jonathan akhirnya terjawab. Apakah kamu sudah menonton film SORE: Istri dari Masa Depan (2025)?