Meninggal di Pangkuan Sang Anak, Ini Pesan Terakhir Rama Aiphama

Depok, IDN Times - Kemal tak menyangka ayahnya, Rama Aiphama, pergi begitu cepat. Sebab, menurut dia, sang ayah tak punya riwayat kesehatan yang mengkhawatirkan.
Kemal menuturkan, Rama mengeluhkan sakit pada bagian perut, sebelum akhirnya meninggal dunia pada Rabu (11/3) jelang subuh.
Kemal menceritakan detik-detik sang ayah tercinta mengembuskan napas terakhir tepat di pangkuannya. Apa pesan terakhir musisi hits dekade 80-an yang meraih puncak popularitas di era 90-an itu kepada kedua anaknya? Berikut penuturannya.
1. Pijitan terakhir Kemal untuk sang ayah

Saat itu, sekira pukul 00.00, Kemal dan ayahnya bercengkerama seperti malam-malam hari sebelumnya. Namun ia tak menyangka, momen tersebut jadi yang terakhir kalinya.
Saat mengobrol, tiba-tiba Rama mengeluh sakit. “Kenapa ini, Mal, kok perut ayah sakit? Tolong dipijit dulu,” kata Kemal, menirukan ucapan ayahnya.
Ia pun langsung menuruti permintaan ayahnya. “Aku pijitin selama 15 menit sampai ayah tidur. Tapi, sejam kemudian ayah memanggil lagi dan teriak kesakitan,” katanya usai pemakaman di Cimanggis, Depok, Rabu (11/3).
Mendengar rintihan kesakitan, ia langsung menghampiri ke kamar ayahnya dan mendapati Rama dalam kondisi menahan sakit.
Ia sempat berusaha membawa ayahnya ke rumah sakit, tapi Rama enggan dan lebih memilih bertahan di rumah seraya minum obat.
“Saat itu jam 3 pagi. Jadi, ayah dari jam 12, 1, 2, dan 3 bertahan di rumah menahan sakit. Minum obat tapi belum reda,” tutur Kemal.
Sebelum Rama mengembuskan napas terakhirnya, Kemal hendak mengantar ayahnya ke kamar mandi. Akan tetapi, sakit yang dirasa Rama membuatnya tak kuat berjalan hingga akhirnya tersungkur.
“Tarikan napasnya sudah berbeda ketika terjatuh, lalu mata ayah menoleh ke atas seakan sudah memang waktunya. Dan gak lama setelah itu badan ayah dingin,” ucap Kemal.
Melihat ayahnya dalam kondisi kritis, Kemal mencoba memberikan pertolongan napas bantuan. Tapi apa daya, Rama tak tertolong.
2. Tak punya riwayat penyakit lambung

Kemal meyakini ayahnya tak punya riwayat penyakit lambung. Malam itu, ia baru kali pertama melihat Rama menahan sakit lambung.
“Ayah di hari sebelumnya gak menunjukkan tanda apa-apa. Kesehatannya stabil-stabil saja. Ayah itu orangnya semua dibawa enjoy. Semuanya dibawa ringan,” ucapnya.
Ia hanya mengatakan, belakangan Rama gemar mengonsumsi makanan bersantan. Selain itu, jam tidur dan jam makannya tak teratur.
“Ayah sering kali tidur jelang pagi melakukan berbagai hal, salah satunya bikin lagu. Mungkin di malam hari banyak inspirasi,” kata Kemal.
3. Pesan terakhir Rama Aiphama untuk anak-anaknya

Kemal berujar ayahnya adalah pribadi yang inspiratif. Rama adalah sosok kunci di balik kegemarannya bermain musik.
“Aku dari SMP sampai sekarang kuliah digembleng ayah untuk bermusik. Ayah itu gak setengah-setengah kalau mengajar. Ayah pengen aku juga berkarya di dunia musik,” tuturnya.
Kini ia menekuni minatnya dengan menimba ilmu di jurusan musik di Institut Kesenian Jakarta. Ia percaya kelak bakal sukses seperti ayahnya.
Pesan yang selalu Kemal ingat dari sosok ayahnya adalah menjadi pribadi yang taat beragama dan senantiasa melindungi keluarga.
“Bahwa ke mana pun kamu pergi, jangan lupa salat. Jagain kakak, adik, mama kamu. Dia sering bilang kayak gitu,” tuturnya.
Selamat jalan sang legend, Rama Aiphama.