(Pemakaman Rama Aiphama di Depok) ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
Saat itu, sekira pukul 00.00, Kemal dan ayahnya bercengkerama seperti malam-malam hari sebelumnya. Namun ia tak menyangka, momen tersebut jadi yang terakhir kalinya.
Saat mengobrol, tiba-tiba Rama mengeluh sakit. “Kenapa ini, Mal, kok perut ayah sakit? Tolong dipijit dulu,” kata Kemal, menirukan ucapan ayahnya.
Ia pun langsung menuruti permintaan ayahnya. “Aku pijitin selama 15 menit sampai ayah tidur. Tapi, sejam kemudian ayah memanggil lagi dan teriak kesakitan,” katanya usai pemakaman di Cimanggis, Depok, Rabu (11/3).
Mendengar rintihan kesakitan, ia langsung menghampiri ke kamar ayahnya dan mendapati Rama dalam kondisi menahan sakit.
Ia sempat berusaha membawa ayahnya ke rumah sakit, tapi Rama enggan dan lebih memilih bertahan di rumah seraya minum obat.
“Saat itu jam 3 pagi. Jadi, ayah dari jam 12, 1, 2, dan 3 bertahan di rumah menahan sakit. Minum obat tapi belum reda,” tutur Kemal.
Sebelum Rama mengembuskan napas terakhirnya, Kemal hendak mengantar ayahnya ke kamar mandi. Akan tetapi, sakit yang dirasa Rama membuatnya tak kuat berjalan hingga akhirnya tersungkur.
“Tarikan napasnya sudah berbeda ketika terjatuh, lalu mata ayah menoleh ke atas seakan sudah memang waktunya. Dan gak lama setelah itu badan ayah dingin,” ucap Kemal.
Melihat ayahnya dalam kondisi kritis, Kemal mencoba memberikan pertolongan napas bantuan. Tapi apa daya, Rama tak tertolong.