Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Musisi yang Kehilangan Kekayaan karena Urusan Hak Cipta

Diddy (dok. heute.at)
Intinya sih...
  • The Verve vs The Rolling Stones: 'Bitter Sweet Symphony' menggunakan cuplikan tanpa izin, tapi akhirnya mendapat kembali hak cipta setelah 20 tahun.
  • Diddy vs Sting (The Police): Lagu 'I’ll Be Missing You' harus membayar royalti harian seumur hidup kepada Sting karena penggunaan bagian lagu tanpa izin.
  • Robin Thicke & Pharrell Williams vs Keluarga Marvin Gaye: Kasus 'Blurred Lines' memaksa mereka membayar lebih dari 5 juta dolar AS ke keluarga Marvin Gaye dan berbagi royalti selamanya.

Di balik gemerlap dunia musik, ternyata ada sisi kelam yang sering luput dari perhatian, yaitu urusan royalti. Banyak musisi terkenal yang karyanya mendunia, tapi justru kehilangan ribuan hingga jutaan dolar karena masalah hak cipta. Kadang karena lupa izin, kadang juga karena ‘terinspirasi yang kebablasan. Akhirnya mereka ini harus berbagi atau bahkan kehilangan semua royalti dari lagu yang mereka ciptakan.

Masalah royalti ini bukan cuma bikin dompet jebol, tapi juga bisa merusak reputasi. Beberapa musisi sampai harus berurusan dengan pengadilan bertahun-tahun lamanya. Yang lebih sedih, banyak dari mereka yang awalnya gak menyadari bahwa lagu mereka dianggap mirip lagu lain. Siapa saja musisi yang kehilangan kekayaan karena urusan hak cipta tersebut? Simak artikel ini sampai tuntas, ya!

1. The Verve vs The Rolling Stones

Kasus 'Bitter Sweet Symphony' dari The Verve mungkin jadi salah satu drama royalti paling terkenal di dunia musik. Lagu ini meledak pada akhir 1990-an dan jadi salah satu anthem Britpop paling ikonik. Namun di balik kesuksesan itu, ternyata The Verve hanya dapat sedikit, bahkan hampir gak dapat apa-apa. Hal ini karena mereka menggunakan cuplikan aransemen orkestra dari lagu 'The Last Time'-nya The Rolling Stones tanpa izin penuh.

Namun kabar baik akhirnya datang dua dekade kemudian. Di tahun 2019, Mick Jagger dan Keith Richards secara resmi mengembalikan hak cipta dan royalti lagu 'Bitter Sweet Symphony' ke Richard Ashcroft. Mereka bahkan mencabut nama mereka dari daftar penulis lagu. Ashcroft menyambut keputusan ini dengan emosional, karena baginya ini bukan cuma soal uang, tapi juga keadilan atas karya yang ia ciptakan. Setelah bertahun-tahun kehilangan penghasilan dari lagu yang ia tulis sendiri, akhirnya ia mendapat balasan yang pantas. Mengharukan banget!

2. Diddy vs Sting (The Police)

Apakah kamu familiar dengan lagu 'I’ll Be Missing You' dari Diddy? Kalau iya, ternyata lagu itu tidak berakhir baik baginya. Lagu itu ia tujukan sebagai tribut untuk Notorious B.I.G. yang memang sangat populer dan menyentuh banget. Namun di balik kesuksesannya, ada harga mahal yang harus dibayar oleh Diddy. Ia menggunakan bagian besar dari lagu “Every Breath You Take” milik The Police tanpa izin resmi. Akhirnya, Sting yang menulis lagu itu mendapatkan royalti atas lagu Diddy tersebut.

Uniknya, Sting mengaku mendapatkan sekitar 2000 dolar AS per hari untuk seumur hidupnya dari royalti lagu Diddy itu. Dalam sebuah wawancara, Diddy sendiri sempat menyebut nominal itu sambil tertawa. Namun tetap saja nilainya fantastis, yang kalau dijumlahkan jadi 700 ribu dolar AS setahun hanya dari lagu saja. Nasib Diddy sial banget, ya!

3. Robin Thicke & Pharrell Williams vs Keluarga Marvin Gaye

Lagu hits yang berjudul 'Blurred Lines' ternyata justru membawa masalah kepada Robin Thicke & Pharrell Williams. Mereka digugat oleh keluarga Marvin Gaye karena lagu tersebut dianggap terlalu mirip dengan 'Got to Give It Up' yang dirilis tahun 1977. Walaupun gak menjiplak langsung, nuansa dan groove-nya dinilai terlalu serupa. Akibatnya, keduanya harus menghadapi proses hukum panjang dan memusingkan banget!

Setelah proses pengadilan yang melelahkan, hakim memutuskan bahwa Robin dan Pharrell memang bersalah melakukan pelanggaran hak cipta. Mereka pun diwajibkan membayar lebih dari 5 juta dolar AS ke keluarga Marvin Gaye dan berbagi royalti lagu itu selamanya. Kasus ini sempat bikin panas dunia musik karena batas antara inspirasi dan plagiat ternyata setipis itu!

4. Sam Smith vs Tom Petty

'Stay With Me' milik Sam Smith sempat jadi anthem galau di mana-mana saat dirilis tahun 2014. Namun setelah lagu itu naik daun, beberapa pendengar jeli menyadari ada kemiripan dengan lagu lawas milik Tom Petty yang berjudul 'I Won’t Back Down'. Meskipun Sam Smith mengaku gak pernah mendengar lagu itu sebelumnya, tim hukum Petty tetap merasa bahwa kemiripannya terlalu mencolok untuk diabaikan.

Akhirnya, kasus ini diselesaikan secara damai di luar pengadilan. Tom Petty dan rekannya Jeff Lynne diberi kredit sebagai penulis tambahan di lagu 'Stay With Me', dan mereka juga menerima bagian dari royalti lagu tersebut. Meski gak seheboh kaus lainnya, Sam Smith tetap harus berbagi hasil dari lagu yang sebenarnya ia tulis sendiri. Ini bukti bahwa di dunia musik, bahkan kemiripan yang gak disengaja pun bisa berujung kehilangan uang.

5. Led Zeppelin vs Spirit

Siapa sih yang gak kenal dengan 'Stairway to Heaven'? Lagu legendaris milik Led Zeppelin ini sering disebut sebagai salah satu lagu rock terbaik sepanjang masa. Namun dibalik pujian itu, ada kontroversi besar yang menyeret nama mereka ke meja hijau. Band asal Amerika, Spirit, menuduh Led Zeppelin menjiplak intro lagu mereka yang berjudul 'Taurus'. Katanya sih, petikan gitarnya terlalu mirip.

Proses hukum berlangsung selama bertahun-tahun dan jadi tontonan publik. Led Zeppelin akhirnya menang di pengadilan dan dinyatakan tidak bersalah atas pelanggaran hak cipta. Walaupun menang, mereka tetap harus mengeluarkan biaya besar untuk pengacara dan menghadapi kerusakan reputasi di mata sebagian penggemar. Walau akhirnya tidak harus membayar mahal karena hak cipta, tapi mereka harus rela kehilangan reputasi besar karenanya.

6. George Harrison vs The Chiffons

Walaupun George Harrison itu dikenal sebagai 'The Quiet Beatles', tapi bukan berarti hidupnya bebas dari drama. Pada tahun 1971, George merilis lagu solo yang berjudul 'My Sweet Lord'. Namun gak lama kemudian, ia digugat karena lagu itu dianggap terlalu mirip dengan 'He’s So Fine' dari The Chiffons. Yang unik adalah George terbukti bersalah karena subconscious plagiarism atau plagiat secara gak sadar.

Artinya, meskipun George mungkin gak sengaja meniru, tetap saja ia dianggap bertanggung jawab dan harus membayar sekitar 1,6 juta dolar AS sebagai kompensasi. Kasus ini jadi salah satu yang pertama di mana, pengadilan mengakui bahwa plagiarisme bisa terjadi tanpa ada niatan ‘meniru’. Sejak saat itu, banyak musisi jadi lebih hati-hati saat menciptakan lagu. Karena bahkan inspirasi yang gak disengaja pun bisa bikin rugi besar!

7. Oasis vs Coca-Cola

Di awal kariernya, Oasis sempat tersandung masalah hukum gara-gara lagu 'Shakermaker' yang dirilis pada tahun 1994. Lagu ini memakai melodi dari jingle ikonik Coca-Cola tahun 1971 yang berjudul 'I’d Like to Teach the World to Sing' tanpa izin resmi. Oasis awalnya mungkin menganggapnya sebagai penghormatan atau plesetan, tapi pihak pemegang hak cipta gak menganggap itu lucu sama sekali. Mereka pun langsung menggugat!

Hasilnya, Oasis harus membayar sekitar 500 ribu Pound sterling sebagai ganti rugi dan mengganti kredit lagu. Noel Gallagher kemudian mengakui bahwa ia memang terinspirasi dari jingle itu dan bahkan bercanda soal insiden ini dalam sebuah wawancara. Ia mengatakan bahwa Oasis adalah band pertama yang digugat oleh perusahaan minuman. Sebuah statement yang lucu sekaligus ironis, ya.

Kasus-kasus di atas jadi pengingat penting bahwa di dunia musik, kreativitas aja gak cukup. Ternyata ada izin dan aspek legalitas yang harus diprioritaskan. Sekali saja salah langkah, royalti yang seharusnya jadi sumber penghasilan bisa lenyap begitu saja. Tapi di sisi lain, ini tuh juga bukti bahwa hak cipta itu serius dan patut dihargai, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us