Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Dari Lokal untuk Global, no na Diyakini Bisa Lampaui Popularitas KPop

potret acara Power Lunch “Membangun Percapakan Global Lewat Entertainment” yang berlangsung pada Rabu (8/10/2025)
potret acara Power Lunch “Membangun Percapakan Global Lewat Entertainment” yang berlangsung pada Rabu (8/10/2025)
Intinya sih...
  • Label 88rising membangun identitas unik musisi Indonesia di kancah global
  • No na, girl group Indonesia, optimis bisa lampaui popularitas KPop dengan soft power
  • Visinema melihat industri film Indonesia bergerak ke fase baru dengan pendekatan naratif yang lebih emosional dan universal
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Industri entertainment kini tak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan pelepas penat. Lebih dari itu, kini ia telah bertransformasi menjadi medium diplomasi budaya yang efektif, yang mempertemukan identitas lokal dengan audiens global. Bahkan, kini telah menjadi soft power bagi Indonesia di kancah dunia.

Hal tersebut disampaikan oleh Martin Hartono, CEO GDP Venture dalam acara Power Lunch “Membangun Percapakan Global Lewat Entertainment” yang berlangsung pada Rabu (8/10/2025).

Seiring meningkatnya konsumsi konten lokal dan tren experience-driven economy di kalangan generasi muda, subsektor film, musik, dan gim berhasil menyumbang sekitar 25 persen dari total nilai ekonomi kreatif nasional. Simak berita selengkapnya di bawah ini!

1. Identitas unik yang direpresentasikan talenta muda Indonesia di bawah label 88rising

potret acara Power Lunch “Membangun Percapakan Global Lewat Entertainment” yang berlangsung pada Rabu (8/10/2025)
potret acara Power Lunch “Membangun Percapakan Global Lewat Entertainment” yang berlangsung pada Rabu (8/10/2025)

Dalam konteks musik, GDP Venture melalui 88rising berusaha membangun identitas unik bagi musisi Indonesia yang beda dari arus utama industri global seperti KPop atau JPop. Dengan demikian, mereka tidak hanya meniru tren, tetapi juga menghadirkan warna baru yang lahir dari karakter dan nilai-nilai khas Indonesia, yang justru menjadi daya tarik di mata dunia.

Hasilnya, kini mereka telah melahirkan talenta- talenta muda Indonesia yang dikenal luas di kancah internasional, seperti Rich Brian, Warren Hue, NIKI, hingga Stephanie Poetri. Rich Brian dan NIKI bahkan telah mencatat sejarah sebagai musisi Indonesia pertama yang tampil di festival musik Coachella, menegaskan bahwa identitas budaya Indonesia dan autentik juga bisa menjadi daya tarik global yang berkelanjutan.

2. Optimis no na bisa lampaui industri KPop

potret no na
potret no na (instagram.com/nonawav)

Kini label tersebut juga telah melahirkan no na dengan karakter unik musik Indonesia dan mulai mencuri perhatian internasional. Dengan membentuk girl group beranggotakan Baila Fauri, Christy Gardena, Esther Geraldine, dan Shazfa Adesya tersebut, Martin Hartono optimis Indonesia bisa melampaui Industri KPop.

“Kami membentuk no na dengan keyakinan bahwa girl group Indonesia bisa melampaui KPop, dan yang menarik, data yang diperoleh dari Orchid, fanbase no na, menunjukkan penggemar terbesar kedua mereka justru berasal dari Korea. Hal ini membuktikan bahwa soft power bisa hadir lewat cara yang segar dan relevan bagi audiens global,” lanjut Martin.

Martin menyebut, soft power memang biasanya tumbuh dari negara maju yang didukung dengan fondasi ekonomi yang kuat. Kendati demikian, bukan berarti negara berkembang tidak bisa memilikinya.

“India menjadi contoh yang berhasil, mereka dikenal dunia melalui Bollywood-nya. Indonesia juga memiliki potensi serupa dengan kekayaan budayanya yang sangat beragam.”

3. CEO Visinema sebut industri film Indonesia kini tengah bergerak ke fase baru

potret acara Power Lunch “Membangun Percapakan Global Lewat Entertainment” yang berlangsung pada Rabu (8/10/2025)
potret acara Power Lunch “Membangun Percapakan Global Lewat Entertainment” yang berlangsung pada Rabu (8/10/2025)

Sementara itu, dalam konteks film, Visinema melihat industri perfilman Indonesia kini tengah bergerak ke fase baru, dari yang sekadar produksi konten menuju bisnis hiburan berbasis ekosistem dan Intellectual Property (IP). Menurut data Lokadata (2025), film horor masih mendominasi bioskop dengan pangsa sekitar 55 persen dari total penonton nasional, menunjukkan bahwa selera pasar kuat terhadap genre tersebut. Namun, di tengah tren tersebut, Visinema justru memilih jalur berbeda dengan menghadirkan cerita yang berakar dari nilai-nilai kehidupan dan realitas sosial, dengan pendekatan naratif yang lebih emosional dan universal.

“Industri film nasional sedang tumbuh pesat, tapi yang penting bukan hanya mengikuti tren, melainkan membangun cerita yang punya napas panjang, kami percaya film bukan sekadar produk akhir, tapi medium untuk mendistribusikan cerita. Dari situ, IP bisa berkembang ke bentuk lain seperti serial, musik dan merchandise sehingga menciptakan ekosistem ekonomi budaya yang berkelanjutan,” kata Angga Dwimas Sasongko, CEO Visinema.

Nah, salah satu implementasi dari visi tersebut adalah proyek animasi JUMBO yang berakar dari nilai-nilai keluarga dan dikembangkan sebagai long-term IP dengan rencana produksi hingga 5 tahun ke depan.

"JUMBO kami bangun dengan economic runway yang panjang agar proses kreatifnya matang. Kreator butuh waktu untuk menciptakan sesuatu yang relevan lintas generasi,” lanjutnya.

Pertumbuhan film lokal yang semakin signifikan juga memperkuat argumen tersebut. Dalam 3 tahun terakhir, market share film Indonesia telah menembus lebih dari 50 persen, menandakan bahwa penonton semakin percaya pada cerita dari rumah sendiri.

Menurut Angga, berbeda dari platform digital yang viral tapi cepat berlalu, bioskop juga memiliki peran yang sangat penting, yang dalam hal ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat menonton, tetapi juga menjadi ruang budaya yang memperkuat hubungan antara karya dan publik.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zahrotustianah
EditorZahrotustianah
Follow Us

Latest in Hype

See More

Jadi MC, Evan Sanders Diundang Amanda Manopo H-1 via WA

11 Okt 2025, 00:08 WIBHype