Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[OPINI] Penerapan Zero-Waste yang Justru Malah Salah Kaprah

litterless.com

Zero-waste adalah gerakan manusia dengan tujuan utama menghasilkan nol sampah. Makin populer di kalangan warganet, gaya hidup zero-waste kian lama mendapat perhatian seiring dengan meningkatnya kesadaran manusia terhadap pemanasan global dan kondisi bumi yang tidak sehijau dulu. Gerakan ini tentu memiliki itikad yang baik, yaitu menghindari masalah sampah di bumi; terutama sampah yang susah terurai seperti plastik. Sayangnya, niat baik gerakan ini kerap dilakukan dengan tindakan yang salah.

1. Belanja karena zero-waste

eatathomecooks.com
eatathomecooks.com

Dewasa ini, banyak orang menggunakan ‘zero-waste’ sebagai alasan untuk berbelanja. Sedotan dan tempat makan stainless steel, tumblr minum bermerk, tas ramah lingkungan, dan alat-alat penunjang zero-waste memang mudah ditemukan secara online. Berbagai brand penyumbang sampah besar seperti restoran cepat saji dan kedai kopi juga beramai-ramai menjual alat ‘minim sampah’. Banyak orang-orang yang beranggapan bahwa mereka harus memiliki alat-alat tersebut untuk bisa melaksanakan gaya hidup zero-waste. Lantas, banyak orang menjadi gemar berbelanja barang-barang tersebut dengan dalih ingin menjadi pejuang zero-waste. Akibatnya, manusia terjebak dalam siklus konsumerisme dan menjadi konsumtif.

2. Terjebak gaya hidup konsumtif

gobankingrates.com

Membeli alat-alat penunjang zero-waste itu tidak salah. Menjadi konsumtif, itu yang salah. Membeli barang online secara rutin bisa meninggalkan banyak jejak karbon, seperti: kertas, plastik, bahan kimia, serta polusi dan tenaga (yang ditimbulkan oleh proses pengiriman barang). Bayangkan berapa banyak jejak karbon yang dihasilkan oleh jutaan orang dalam waktu satu tahun!

3. Reuse, pakai apa yang ada

thestar.com
thestar.com

Maka dari itu, orang-orang perlu menilik kembali esensi dari gerakan zero-waste. Agar tidak terjebak dalam pola hidup konsumtif, prinsip reuse harus diterapkan. Lihat dulu barang-barang yang ada di rumah. Adakah botol minum yang masih layak pakai?  Rantang dan kotak makan yang tersimpan di dasar rak? Tas-tas kain yang dilupakan keberadaannya? Atau baju tidak terpakai yang bisa diolah kembali menjadi berbagai macam barang? Intinya, gunakan terlebih dahulu apa yang ada daripada membeli yang baru. Jika memang alat yang dibutuhkan tidak ada, berbelanja sangat diperbolehkan, asal tidak dilakukan dengan sering. Selain itu, berbelanja offline (mendatangi tempat belanja langsung) lebih menghasilkan jejak karbon lebih sedikit dibandingkan berbelanja online.

4. Introspeksi diri

www.pexels.com

Terakhir, tanyakan kepada diri sendiri, mengapa ingin melakukan gerakan zero-waste? Benarkah kita ingin menyelamatkan bumi dari masalah sampah alih-alih mengikuti tren yang sedang populer? Perlu diingat kembali, menjadi manusia yang tidak menghasilkan sampah sama sekali adalah sebuah perjuangan yang memerlukan proses. Take it one step at a time, sampai usaha-usaha kecil untuk meminimalisir sampah dapat berubah menjadi sebuah kebiasaan hidup. Selamat berjuang mengurangi sampah, salam zero-waste!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us