Apa Perbedaan Remake, Reboot, dan Reimagining?

Terdapat sejumlah istilah yang digunakan dalam dunia perfilman. Beberapa di antaranya ada remake, reboot, dan reimagining. Kerap disinggung di berbagai media, ketiga istilah tersebut tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita, khususnya para penggemar film.
Mengingat ketiga istilah tersebut memiliki makna hampir serupa satu sama lain, tidak jarang banyak yang tertukar dan menyalah artikan istilah-istilah tersebut. Supaya tak lagi salah, penjelasan perbedaan antara remake, reboot, dan reimagining ini wajib kamu resapi.
1. Apa itu Remake?

Sederhananya, remake adalah film yang dibuat ulang dari film jadul. Dilansir Screenrant, remake pertama kali dijumpai di Hollywood pada 1920-an, khususnya ketika suara mulai diperkenalkan dalam film. Sejak saat itu, remake menjadi alat bagi para sineas untuk menceritakan kembali premis dari sebuah film klasik dalam versi baru.
Sesuai namanya, remake mempertahankan unsur utama dari film sumbernya, seperti plot, karakter, scoring, hingga adegan yang dianggap ikonik. Tidak sedikit juga yang mengubah dan menambahkan elemen baru, tetapi tetap berpegang teguh pada film aslinya.
Sebut saja A Star is Born garapan Bradley Cooper. Rilis pada 2018, A Star is Born merupakan remake dari film bertajuk sama arahan sutradara William A. Wellman yang rilis pada 1937. Bradley Cooper bersama penulis naskahnya, Eric Roth dan Will Fetters, membawa plot yang sama dengan film aslinya, tetapi dengan menghadirkan nuansa modern. Sebut saja dari pemilihan latar waktu di masa sekarang, nama serta dinamika antar karakter yang berbeda, hingga soundtrack yang mengisi film tersebut.
2. Apa itu Reboot?

Beberapa tahun belakangan ini, reboot menjelma sebagai sebuah tren di industri perfilman khususnya Hollywood. Memiliki konsep yang hampir serupa dengan remake, bukan hal yang aneh jika terdapat miskonsepsi mengenai reboot di kalangan audiensnya.
Secara singkat, reboot bisa diartikan sebagai mereset sebuah franchise atau waralaba film yang sudah ada dan memulainya kembali dari awal. Beberapa elemen penting, seperti karakter, konflik, hingga latar tempat dan waktu, tetap dipertahankan, tetapi cerita yang dihadirkan sepenuhnya baru. Oleh karena itu, film reboot tidak memiliki koneksi dengan film dari franchise sebelumnya.
The Amazing Spider-Man dan sekuelnya, The Amazing Spider-Man 2, merupakan salah satu contoh bentuk reboot dari trilogi Spider-Man garapan Sam Raimi. Jika Sam Raimi melakukan sedikit modifikasi dalam trilogi Spider-Man arahannya seperti web-fluid yang keluar secara alami dari pergelangan tangan Peter Parker, maka Marc Webb, selaku sutradara duologi The Amazing Spider-Man, lebih mengacu pada kisah Spider-Man sesuai komiknya.
3. Apa itu Reimagining?

Pada dasarnya reimagining memiliki konsep yang sama dengan remake. Namun, yang membuat reimagining berbeda adalah modifikasi atau penambahan aspek tertentu dari film aslinya dan memberikan perubahan secara signifikan. Mulai dari mengganti gender karakter tertentu, mengalihkan fokus cerita ke karakter lain, hingga konflik baru.
Dilansir Vox, live action yang gencar dilakukan Disney dalam satu dekade terakhir termasuk dalam bentuk reimagining. Disney membuat ulang film animasi legendaris mereka dalam format yang lebih realistis dan diperankan oleh aktor sungguhan. Tidak berhenti sampai disitu, Disney turut melakukan penyesuaian agar narasi yang dihadirkan dalam film live action mereka terlihat lebih megah dan rasional.
Dalam live action Cinderella arahan Kenneth Branagh, unsur musikal serta hewan yang bisa berbicara dihilangkan dari film. Begitu juga dengan motif sang raja dalam menggelar pesta dansa.
Jika di versi animasinya sang raja terobsesi ingin mempunyai cucu, maka di versi live action motivasinya jauh lebih masuk akal. Sang raja yang sudah uzur meminta Prince untuk mempersunting salah satu putri mahkota dari berbagai kerajaan yang menjadi tamu kehormatan dengan harapan dapat membangun hubungan yang baik sekaligus membuat kerajaannya aman.
Menghadirkan konsep yang berbeda, baik remake, reboot, dan reimagining memiliki satu tujuan utama, yakni daur ulang. Mengemas ulang premis yang sudah terbukti kemujurannya dalam format baru dengan harapan mampu mengulang kesuksesan serta pendapatan yang fantastis pula.
Tentu hal tersebut menuai banyak kontroversi dan mengamini spekulasi mengenai miskin ide dan kreativitas yang merundung industri perfilman. Kadung mendapat citra negatif, remake, reboot, dan reimagining dapat menjadi alat yang sempurna untuk menceritakan kembali film legendaris jika berada di tangan orang yang tepat.