Sutradara Film, Joko Anwar (Instagram.com/jokoanwar)
Sebelum terjun ke dunia perfilman, Joko telah menulis dan menyutradarai pertunjukan drama saat duduk di Sekolah Menengah Pertama. Tak sampai di sana, setelah lulus kuliah pun ia menjadi wartawan koran harian berbahasa Inggris, The Jakarta Post, sekaligus seorang kritikus film.
Kariernya di dunia sineas dimulai ketika ia mewawancarai sutradara sekaligus produser Nia Dinata. Melihat Joko, Nia tertarik dan mengajaknya untuk bekerja sama dalam proyek film Arisan! tahun 2003.
Ternyata, film itu melejit sukses dan mendapatkan pujian dari para kritius film. Bahkan Arisan! sukses menyabet dua penghargaan sekaligus di Festival Film Indonesia dan MTV Indonesia Movie Awards di tahun 2004.
Kesuksesannya dalam film itu membawa Joko untuk memproduksi film sendiri, yakni Janji Joni di tahun 2005. Film bergenre komedi romantis itu menjadi film pertamanya yang dibintangi oleh Nicholas Saputra dan Mariana Renata.
Fakta uniknya, skenario Janji Joni telah ditulis saat ia masih berkuliah tahun 1998. Lagi-lagi film buatannya menorehkan prestasi sebagai "Best Movie" di MTV Indonesia Movie Awards tahun 2005. Tak hanya itu, film yang dibintangi Nicolas Saputra itu juga masuk nominasi pada festival film bergengsi, seperti Sydney Film Festival dan Pusan International Festival.
Selang 2 tahun, Joko Anwar kembali menulis dan menyutradarai Kala, yang digadang-gadang sebagai film noir atau bergenre kriminal pertama di Indonesia. Kala berhasil mendapat pujian dari para kritikus internasional, lho.
Sama seperti Janji Joni, Kala sukses memenangkan beberapa penghargaan, salah satunya adalah "Jury Prize" di New York Asian Film Festival tahun 2008. Film ini dipuji oleh seorang reporter The Hollywood sebagai film noir yang cerdas dan mengingatkan penonton pada film M karya Fritz Lang.
Joko juga berkontribusi menulis skenario untuk sutradara lain, termasuk film komedi Quickie Express yang sukses menyabet kategori film terbaik di Jakarta International Film Festival tahun 2008 dan Jakarta Undercover.
Setelah proyek dua film itu, Joko menulis skenario film Fiksi yang mendapat apresiasi dari para kritikus internasional dan memenangkan penghargaan kategori "Film Terbaik" dan "Skenario Terbaik" di Festival Film Indonesia 2008.
Di tahun 2009, Joko mencoba peruntungannya memproduksi film thriller psikologis yang berjudul Pintu Terlarang. Lagi-lagi ia berhasil mendapat apresiasi dan pujian dari kritikus film dunia.
Lalu di tahun 2017, ia me-remake film horror terkenal berjudul Pengabdi Setan. Film tersebut sebelumnya sudah pernah tayang pada tahun 1980 lalu. Selama 24 hari penayangan, film itu sukses mendulang 3 juta penonton dan diakui menjadi film Indonesia yang paling seram.