Profil WUNI Studio, Di Balik Audio Post Production Petaka Gunung Gede

Surabaya, IDN Times - WUNI Studio merupakan tim yang bertanggung jawab atas audio post-production di film Petaka Gunung Gede (2025). Baru berdiri secara resmi sejak tahun 2024, namun WUNI Studio sudah terlibat dengan berbagai produksi keren di Indonesia.
Tama Riadi, Chief Audio Post-Production dari WUNI Studio sempat melakukan wawancara khusus bersama IDN Times lewat program COD (Cerita Orang Dalam). Ia pun spill fakta-fakta menarik tentang WUNI Studio. Simak selengkapnya, ya!
1. Profil WUNI Studio

Profil
- Nama perusahaan: WUNI
- Tanggal berdiri: 2 Maret 2024
- Tempat berdiri: Jakarta
- Bidang: Audio Post, Film & TVC, 7.1 Surround Mix, Sound Design, Foley, Dialogue Editing, ADR
- Instagram: @wunipost
- Website: www,wunistudio.com
- Threads: www.threads.net/@wunipost
Struktur
- Cinndy Utami sebagai General Manager
- Tama Riadi sebagai Chief Audio Post Production, Re-recording Mixer, Supervising Sound Editor/Sound Designer
- Agus Saputro sebagai Audio Post Producer
- Aditya Trisnawan sebagai Re-recording Mixer, Dialogue Editor, Supervising Sound Editor
- Rizki Rahman Putra sebagai Content Designer, Sound Designer, Sound Editor
- Ridho Nur Hidayat sebagai Sound Designer, Sound Editor
- Revqhi Pratama sebagai Sound Designer, Foley Artist
- Afrizal Oktaputra sebagai Sound Editor, Foley Editor
- Rakhmat Widodo sebagai Sound Designer, Foley Editor
- Winson Matus sebagai Sound Editor, Foley Artist
2. Filmografi WUNI Studio

Meski baru berdiri secara resmi pada tahun 2024, namun WUNI Studio sudah mulai berkarya di dunia perfilman pada tahun 2020. WUNI Studio terlibat dengan beberapa film populer, seperti Badarawuhi di Desa Penari, Lembayung, My Annoying Brother, hingga serial Zona Merah.
Film
- Hoshi Ni Katary Kyouryuu (2020) sebagai Audio Design, Foley, Sound Effects
- The Architecture of Love (2024) sebagai Audio Design Preparation dan Premix
- Badarawuhi di Desa Penari (2024) sebagai Audio Design Preparation dan Premix
- Glenn Fredly the Movie (2024) sebagai Audio Design Preparation dan Premix
- Tanduk Setan (2024) sebagai Sound Design, Foley, Dialogue Editing, dan Mix
- Ipar Adalah Maut (2024) sebagai Audio Design Preparation dan Premix
- Lembayung (2024) sebagai Audio Design Preparation dan Premix
- Sumala (2024) sebagai Audio Design Preparation dan Premix
- Santet Segoro Pitu (2024) sebagai Audio Design Preparation dan Premix
- My Annoying Brother (2024) sebagai Audio Design Preparation dan Premix
- Rumah Dinas Bapak (2024) sebagai Sound Design, Foley, Dialogue Editing, dan Mix
- Sorop (2024) sebagai Audio Design Preparation dan Premix
- Petak Umpet (2024) sebagai Audio Design Preparation dan Premix
- Sampai Nanti, Hanna! (2024) sebagai Audio Design Preparation dan Premix
- Modal Nekad (2024) sebagai Audio Post-Production Service (Sound Design, Foley, Dialogue Editing, dan Final Mix)
- 1 Imam 2 Makmum (2025) sebagai Audio Design Preparation dan Premix
- Samawa (2025) Sebagai Sound Design, Foley, Dialogue Editing, dan Final Mix
- Petaka Gunung Gede (2025) sebagai Sound Design, Foley, Dialogue Editing, dan Final Mix
- Singsot: Siulan Kematian (2025) Sebagai Sound Design, Foley, Dialogue Editing, dan Final Mix
Komang (2025) sebagai Sound Design, Foley, Dialogue Editing, dan Final Mix - Pabrik Gula (2025) sebagai Audio Design Preparation dan Premix
- Blood Brother (2025) sebagai Audio Design Preparation dan Premix
- Pamali 3 (2025) sebagai Audio Design Preparation dan Premix
- Dilanjutkan Salah, Disudahi Perih (2025) sebagai Audio Design Preparation dan Premix
- Aplikasi Iblis sebagai Audio Design Preparation dan Premix
Serial
- Zona Merah (2024) sebagai Sound Design, Foley, Dialogue Editing, dan Final Mix
3. Fakta menarik WUNI Studio

Kepada IDN Times, Tama Riadi spill beberapa fakta menarik soal WUNI Studio. Simak selengkapnya, yuk!
- WUNI Studio sebenarnya paguyuban yang berdiri sejak tahun 2017, lho. "Awalnya adalah paguyuban dari audio engineer yang kuliah di kampus SAE Indonesia. Kebetulan saya ngajar di kampus itu," ungkap Tama Riadi.
- SAE Indonesia sendiri merupakan kampus yang menawarkan jurusan kuliah khusus di bidang media kreatif, salah satunya Audio Production. Alumni dari SAE Indonesia yang tergabung dalam satu paguyuban akhirnya membuat paguyuban hingga perusahaan yang bergerak di bidang Audio Post-Production, bernama WUNI Studio.
- Perusahaan ini baru mulai menciptakan brand hingga SOP yang jelas pada tahun 2023. "Murid-murid ini dikumpulin yang kira-kira ada bakat di dunia audio post, lalu kita coba mulai gerak. Cuma belum terlalu komersil waktu itu. Lalu mulai diseriusin itu sekitar tiga tahun lalu," tambahnya.
- Ternyata gak semua tim WUNI Studio mengawali karier dari dunia film, lho. Tama berkata, "Emang suka film, baru belajar suara, baru belajar sound. Kebalik kan ya, kalau kita ngerti sound, belajar film. Kalau mereka ngerti film, belajar sound. Nah itu kita gabungan aja jadi satu tim."
- Meski bergerak di bidang suara, ternyata gak semua tim WUNI Studio memiliki background musik. "Kalau yang di tim kita cuma dua orang yang background-nya dari musik. Maksudnya dari sound, tapi lebih spesifik ke musik. Akhirnya baru jatuh cinta sama dunia audio post-production," ungkapnya.
- Sementara sisanya adalah orang-orang yang suka nonton film, sekaligus mempelajari sound-nya. Pria kelahiran 1990 itu mengatakan, "Suka film, suka nonton dan hobi banget maraton gitu. Kalau nonton series A sampai habis, dalam dua hari selesai, gak tidur. Lama-lama kita ngerti pattern (suaranya) dan kebetulan ngerti sound. (Jadi), 'oh gini berarti cara mainnya ya'. Akhirnya kita coba kulik, kita belajar dan udah banyak juga kan buku literatur."
- Menurut Tama Riadi, karena tim WUNI rata-rata anak gamers, itu mempermudah pekerjaan mereka yang harus duduk lama di depan komputer. "Nah, lucunya di WUNI ini 90% mereka gamers. Jadi mereka memang kuat di depan komputer lama-lama. Ternyata itu cukup penting," demikian jelas Tama.
Meski terbilang baru, namun eksistensi WUNI Studio di bidang audio post-production sudah cukup diperhitungkan. Kamu sering gak sih penasaran sama orang-orang di belakah design audio sebuah film?