5 Queer Cinema Klasik yang Mungkin Belum Pernah Kamu Tonton

- Midnight Cowboy (1969) adalah film queer terawal dalam sejarah Hollywood yang menceritakan persahabatan dua pria di New York.
- My Own Private Idaho (1991) mempertemukan 2 aktor muda, River Phoenix dan Keanu Reeves, sebagai pekerja seks yang unik.
- Happy Together (1997) merupakan classic queer cinema berjudul Wong Kar Wai yang mengekspos hubungan gay asal Hong Kong di Argentina.
Menuai popularitas pada 2010-an, ternyata queer cinema alias film yang mengekspos keberadaan komunitas LGBTQ+ sudah ada sejak lama. Bahkan sejak tahun 1960-an alias golden eranya Hollywood. Jumlahnya memang tak sebanyak sekarang, dan kebanyakan diproduksi secara independen.
Kalau kamu ingin menonton sinema queer dari masa lampau dengan plot kuat, 5 judul berikut bisa kamu tambahkan dalam daftar tonton. Datang dari tahun 1960—1990-an, yakin deh kebanyakan darimu mungkin belum pernah menontonnya.
1. Midnight Cowboy (1969)

Midnight Cowboy adalah salah satu film queer terawal dalam sejarah Hollywood. Ia didistribusikan United Artists, salah satu anak perusahaan Metro-Goldwyn-Mayer (kini jadi Amazon MGM Studios). Ceritanya berkutat pada persahabatan dua pria bernama Joe (Jon Voight) . Pindah dari Texas ke New York, Joe akhirnya jadi pekerja seks yang menerima klien dari beragam gender. Ia bertemu dengan sesama pemuda lain, Ratso” Rizzo (Dustin Hoffman) yang bekerja menipu orang demi uang. Keduanya mulai menjalin pertemanan dan beraspirasi mencari penghidupan lebih layak. Diwarnai adegan kocak dengan akhir yang brilian, Midnight Cowboy mengejutkan banyak pihak ketika memenangkan beberapa piala Oscar sekaligus, termasuk Best Picture.
2. My Own Private Idaho (1991)

Cerita serupa juga bisa kamu temukan dalam film indie berjudul My Own Private Idaho. Film ini mempertemukan 2 aktor muda yang sedang berada di puncak karier masing-masing, River Phoenix dan Keanu Reeves. Mereka memerankan pekerja seks yang tak sengaja bertemu di rumah seorang klien. Seperti Joe di film Midnight Cowboy, mereka menerima klien dari semua gender. Dari sini, kita diajak berkenalan dengan latar belakang dan perjalanan pertemanan mereka yang unik. My Own Private Idaho jadi salah satu film indie yang mengekspos eksistensi kaum LGBTQ+ yang masih tabu dibicarakan pada masa itu.
3. Happy Together (1997)

Dikenal luas lewat film-film romantis macam Chungking Express (1994) dan In the Name of Love (2000), Wong Kar Wai ternyata pernah merilis classic queer cinema berjudul Happy Together. Ia kembali bekerja sama dengan kolaborator setianya, Tony Leung. Leung dipasangkannya dengan Leslie Cheung sebagai pasangan gay asal Hong Kong yang berlibur di Argentina. Namun, liburan ini justru jadi ujian untuk hubungan mereka.
4. Beau Travail (1999)

Beau Travail cukup menarik dan beda dari kebanyakan film queer yang pernah dirilis. Sinema garapan Claire Denis ini tak pernah menyebut secara gamblang orientasi seksual para karakternya. Namun, lewat tensi yang terlihat dalam interaksi mereka, orang yakin bahwa atraksi dan afeksi itu sebenarnya ada, tetapi terpaksa direpresi karena kondisi yang tak memungkinkan. Film ini berkutat pada keseharian seorang tentara Prancis yang ditempatkan di Djibouti yang saat itu masih jadi koloni mereka. Satu hari, seorang tentara muda bergabung dengan satuannya dan mengubah segalanya. Kebencian menyeruak di dadanya, dan memicunya untuk terus mencari kesalahan anak buahnya itu.
5. But I'm a Cheerleader (1999)

Berstatus cult-classic, film queer independen yang satu ini berlakonkan remaja perempuan yang dikirim orangtuanya ke sekolah asrama berbasis agama. Ini dilakukan setelah orangtuanya curiga bahwa si anak punya orientasi seksual yang berbeda. Namun, bukannya “sembuh” sesuai harapan, si remaja justru menemukan revelasi dan kepercayaan diri akan identitasnya yang berbeda. Film ini juga menyenggol isu-isu menarik lain seperti peran gender normatif. Ia ditulis Jamie Babbit yang merupakan sutradara beberapa serial laris macam Gilmore Girls dan The Marvelous Mrs. Maisel.
Bukan tren baru dalam industri film, eksistensi queer cinema terekam sejak beberapa dekade lalu. Stigma dan tabu membuat mereka baru merambah ranah arus utama beberapa tahun belakangan.