Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Mayhem (dok. Shudder/Mayhem)

Intinya sih...

  • American Psycho (2000) memperkenalkan subgenre horor kapitalis ke ranah mainstream dengan kritik terhadap kapitalisme yang gamblang.

  • They Live (1988) mengangkat isu alien yang menyamar jadi manusia dan menciptakan sistem destruktif serta penuh kemunafikan.

  • The Belko Experiment (2016) merupakan dramatisasi dari konflik horizontal dalam dunia kerja yang sering terjadi.

Ada satu faktor yang bikin Squid Game (2021-2025) dan Parasite (2019) mendulang sukses, yakni kejelian kreatornya memasukkan isu kapitalisme ke dalam plot. Ketimpangan kelas, ketamakan manusia, sampai konsumerisme berlebih adalah beberapa hal yang bila dibiarkan berdampak fatal. Memang tak sefatal yang terjadi di dua karya sinematik tadi, tetapi rasanya relevan dan punya kemungkinan terjadi dalam skala dan tingkatan yang lebih kecil. Konflik horizontal yang menghalangi orang berserikat sampai kemiskinan struktural yang rasanya mencekik misalnya.

Menariknya, Squid Game dan Parasite bukanlah pelopor film horor kapitalis. Ia bisa kamu temukan dalam beberapa film rilisan lawas, lho! Penasaran siapa sebenarnya yang memelopori dan mempopulerkan subgenre ini? Mari kita urut riwayatnya lewat daftar film horor kapitalis yang pernah dirilis berikut.

1. American Psycho (2000)

American Psycho (dok. Lionsgate/American Psycho)

American Psycho sering disebut sebagai salah satu film yang memperkenalkan subgenre horor kapitalis ke ranah mainstream. Kritik terhadap kapitalismenya cukup gamblang digambarkan dalam sosok Patrick Bateman (Christian Bale). Ia dipotret sebagai pria yang menduduki hierarki teratas dalam strata sosial berdasar ideologi kapitalisme; mapan secara finansial dan sempurna secara fisik. Ia selalu mengenakan jas rapi, nongkrong di tempat fancy, dan profesinya dianggap strategis.

Namun, seiring film bergulir, sisi gelapnya mulai tersingkap. Bateman menggambarkan bilamana manusia sudah kehilangan nuraninya karena tuntutan kapitalisme (mengumpulkan kekayaan dan mengesampingkan empati). Terlihat jelas pada akhirnya, ia mengisi waktunya dengan kegiatan-kegiatan eskapis yang destruktif.

2. They Live (1988)

They Live (dok. Universal Pictures/They Live)

Dua dekade sebelum American Psycho, sebuah film horor kapitalis ternyata pernah dirilis. They Live judulnya, disutradarai oleh John Carpenter. Film ini tak sukses pada perilisan perdananya, tetapi jadi semacam cult-classic beberapa dekade kemudian. Ia ditulis dari perspektif Nada (Roddy Piper), tuna wisma yang menemukan bahwa selama ini bumi diinvasi alien yang menyamar jadi manusia.

Mereka mengisi posisi-posisi strategis dan menciptakan semacam sistem yang destruktif dan penuh kemunafikan. Orang-orang didorong untuk konsumtif dan memuja harta, padahal di sisi lain pemutusan hak kerja sepihak merajalela dan ketimpangan makin nyata. Meski dibuat pada 1980-an, isu yang diangkat masih relevan banget dengan kondisi saat ini.

3. The Belko Experiment (2016)

The Belko Experiment (dok. Orion Pictures/The Belko Experiment)

Butuh bertahun-tahun kemudian untuk Hollywood memproduksi film horor kapitalis. The Belko Experiment salah satunya. Film ini ditulis James Gunn (The Guardians of Galaxy, Superman) dan sebenarnya tidak benar-benar segar. Idenya mirip dengan film legendaris Jepang, Battle Royale (2000). Inti filmnya adalah sebuah eksperimen yang dilakukan perusahaan terhadap para pekerjanya.

Pada satu hari apes, mereka dikurung di dalam kantor dan dipaksa memainkan sebuah permainan mematikan. Hanya akan ada satu orang yang jadi penyintas dan artinya mereka tak boleh bekerja sama. Meski terdengar berlebihan, sebenarnya ini dramatisasi dari fenomena yang sering terjadi dalam dunia kerja. Sadar atau tidak, pemilik modal seringkali memelihara konflik horizontal ini untuk kepentingan mereka. Bisa untuk efisiensi, bisa pula untuk mendistraksi pekerja dari kebutuhan mereka menuntut hak.

4. Mayhem (2017)

Mayhem (dok. Circle Management + Production/Mayhem)

Mayhem tak kalah pedas dan brutal. Film horor kapitalis ini dibintangi Steven Yeun yang memerankan seorang pegawai korporat yang hampir dipecat. Namun, beberapa waktu sebelum resmi diberhentikan, kantornya ternyata diisolasi otoritas setempat karena terpapar virus langka. Virus ini mampu mendorong otak melakukan sesuatu berdasar impuls ketimbang akal sehat dan hati nurani.

Pada fase ini, sang lakon yang sudah kehilangan kemampuan berempati memutuskan untuk menjadikan momen ini sebagai waktu yang tepat untuk membalas perlakuan perusahaan kepadanya. Penuh adegan slasher dan mengganggu, tetapi sebenarnya sedang membicarakan kecenderungan manusia jadi sosok nirempati dan egois saat berurusan dengan uang dan jabatan. Akting dan aksi Steven Yeun pun layak diapresiasi.

5. Joker (2019)

Joker (dok. Warner Bros/Joker)

Sadar gak sih, Joker juga bisa dimasukkan dalam subgenre horor kapitalis, lho! Memotret bagaimana sosok villain legendaris lahir, film ini secara langsung dan tidak menggambarkan tatanan sosial yang rusak karena kapitalisme. Manusia jadi egois dan memprioritaskan harta di atas segalanya. Ini meninggalkan orang-orang yang lambat melihat peluang atau memang gak punya akses karena berbagai alasan di tepian, tersisih, dan terlupakan.

Kemiskinan struktural, divisi kelas, dan degradasi moral disenggol secara cerdas dalam film ini. Sayangnya, gak sedikit yang justru meromantisasi karakter Joker. Padahal, ia diciptakan sebagai gambaran fatal dan alarm bilamana ketidakdilan sistem dibiarkan.

6. The Menu (2019)

The Menu (dok. Searchlight Pictures/The Menu)

Dibanding film-film sebelumnya, The Menu terlihat cukup kalem. Namun, untuk urusan kritik terhadap kapitalisme, jangan remehkan, deh. The Menu mengikuti seorang perempuan yang dibayar untuk menemani pria kaya menghadiri sebuah jamuan mewah. Semua berjalan lancar awalnya, tetapi perlahan kita diperkenalkan kepada para tamu lain yang mayoritas berlatar belakang kelas atas.

Di sini sikap sok mereka mulai bikin geregetan sampai gongnya dibuka pada pertengahan film. Bukan jamuan biasa, si pemilik acara ternyata menyimpan dendam yang ingin ia lampiaskan ke para tamu. Alasan-alasannya tidak dijelaskan secara gamblang, tetapi secara tersirat berkaitan erat dengan kultur-kultur kapitalisme yang merusak kemampuan merasa manusia.

7. New Order (2020)

New Order (dok. The Match Factory/New Order)

New Order adalah gambaran nyata bagaimana kapitalisme dan fasisme beririsan. Ia berlatar Meksiko pada masa depan ketika ketimpangan kelas makin nyata dan kecemburuan sosial pun mencapai puncaknya. Sebuah acara pernikahan mewah jadi sasaran kelompok pemberontak yang sudah muak dengan hidup mereka serta abainya otoritas setempat dalam menangani isu ini.

Namun, ketika kelompok pemberontak itu melancarkan aksi, militer justru memanfaatkan momen ini untuk kepentingan mereka sendiri. Di sini, situasi kaos pun tak dapat dihindari. Kekerasan terjadi dan nyawa berjatuhan tanpa arti. New Order adalah reimajinasi terburuk ketika manusia enggan menciptakan harmoni dan mengutamakan ego masing-masing.

8. The Substance (2024)

The Substance (dok. MUBI/The Substance)

Film horor yang banjir pujian, The Substance juga menyinggung kapitalisme, lho! Film ini mengikuti pergolakan batin Elisabeth (Demi Moore) yang kehilangan pekerjaannya di industri hiburan karena usia dan penampilannya yang dianggap tak lagi menarik oleh produser. Sebuah ide destruktif pun muncul. Ia nekat menyuntikkan zat asing dalam tubuhnya agar bisa lahir kembali dalam versi yang lebih memikat, muda, dan segar.

Ambisinya untuk tetap relevan bisa dilihat sebagai salah satu dampak kapitalisme. Derajatnya bisa berbeda-beda pada setiap orang. Namun, secara umum kapitalisme memang cenderung membuat orang merasa tak berharga saat ia tak “produktif”.

Subgenre horor kapitalis sepertinya mengalami kebangkitan pada akhir 2010-an. Menarik karena saat itu tanpa kita sangka, manusia seolah dipaksa berhenti dari kerakusannya beberapa waktu kemudian karena pandemik COVID-19.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team