15 Film Tunawisma yang Wajib Ditonton, Bisa Asah Empatimu

Karya pertama yang selalu muncul ketika mencari film tunawisma adalah Vagabond (1985) yang disutradarai oleh Agnes Varda. Meski lawas, film ini masih jadi salah satu karya Varda yang paling diingat. Mayoritas penonton tak ragu memberikannya bintang lima. 

Film diawali dengan penemuan jenazah perempuan tanpa identitas yang dilanjut dengan flashback ke beberapa hari sebelum perempuan itu meninggal. Ia diketahui bernama Mona yang hidup nomaden dan bekerja serabutan karena ingin hidup bebas. Salah satu kutipan yang paling mengena dari Mona adalah "You choose total freedom, but you got total loneliness."

Mirip dengan Mona di Vagabond (1985), Wendy adalah sosok perempuan yang melakukan perjalanan darat dengan mobil. Ia juga mengajak anjing peliharaannya, Lucy, demi mencari nafkah. Namun, di tengah jalan mobil mereka rusak dan keduanya terpaksa hidup mengembara. 

Tanpa uang yang cukup, Wendy bahkan harus mencuri makanan demi Lucy. Ia pun harus menggunakan instingnya untuk menentukan apakah orang-orang yang ia temui benar-benar memiliki niat baik atau tidak. Penasaran kelanjutannya? Tonton Wendy and Lucy (2008), yuk!

The Blind Side (2009) diangkat dari sebuah buku berjudul sama yang terbit tahun 2006. Kisahnya berkutat pada sosok Michael Oher. Saat remaja, ia harus hidup dalam ketidakpastian sepeninggal ayahnya dan kondisi ibunya yang kecanduan narkoba. 

Oher akhirnya bertemu dengan orang tua asuh bernama Leigh Anne yang membimbingnya ke jalan yang benar. Setelah itu, ia berhasil menjadi atlet football profesional. Ia ikut bermain di National Football League (NFL). 

Selanjutnya ada film tunawisma, Hector (2015). Film ini mengisahkan laki-laki lansia yang tak memiliki rumah dan kendaraan. Ia harus mencari tumpangan untuk pergi konsultasi ke dokter lewat layanan gratis pemerintah Inggris. 

Hidup di jalanan tidaklah aman, apalagi untuk lansia yang sering dijadikan sasaran pemerasan dan penganiayaan. Namun, Hector punya satu misi yaitu melakukan perjalanan ke London. Ia ingin menemui saudarinya yang telah belasan tahun tidak bertemu.

Isu homeless juga marak terjadi di Dublin, Irlandia. Ini karena banyak penduduk yang pindah ke ibukota untuk mencari pekerjaan hingga membuat harga sewa naik drastis. Namun, gaji yang diberikan tetap tidak mencukupi untuk hidup sehari-hari.

Salah satu yang terkena dampaknya adalah Rosie dan keluarga kecilnya. Mereka terpaksa pindah dari kontrakan karena harga sewa yang naik. Tak kunjung mendapat rumah baru, mereka terpaksa hidup berpindah-pindah, bahkan tidur dalam mobil.

The Stonebreaker (2020) adalah film tunawisma yang berlatarkan Italia Selatan. Film ini mengisahkan kehidupan sulit ayah dan anak laki-lakinya. Sepeninggal istrinya, sang ayah harus mencari cara apapun untuk menghidupi anak seorang diri.

Keduanya harus tinggal di shanty atau pemukiman kumuh dengan kondisi yang tak layak. Sang ayah bekerja secara ilegal dengan jam kerja yang tidak menusiawi di sebuah perkebunan. Film ini diperankan Salvatore Esposito yang pernah bermain di Gomorrah dan Fargo. 

Memenangkan Best Picture Academy Awards tahun 2021 adalah capaian tertinggi Nomadland (2020). Film ini bercerita tentang kehidupan Fern, perempuan paruh baya yang kehilangan pekerjaan di sebuah pabrik. Ia pun memutuskan bekerja di layanan ekspedisi Amazon. 

Dengan upah yang kecil, Fern hanya bisa tinggal di dalam van bersama komunitas nomaden lainnya. Beda dengan kebanyakan film serupa, Nomadland mengangkat sisi positif dari keberadaan tunawisma. Selain itu, film ini punya sinematografik dan alur cerita yang ciamik.

Lead Me Home (2021) adalah film tunawisma dokumenter pendek dari Pedro Kos dan Jon Shenk. Mereka mencoba memotret kehidupan para tunawisma di Amerika Serikat. Tepatnya, di area Pesisir Barat negara tersebut. 

Film tunawisma ini berdurasi pendek, hanya 39 menit. Namun, dikemas dengan apik dan mengandung pesan yang sangat powerful. Film ini juga masuk dalam nominasi Film Dokumenter Pendek Terbaik di Academy Awards ke-94, tapi kalah dari The Queen of Basketball (2021).

Diperankan Ayah dan Anak, Will Smith dan Jaden Smith, The Pursuit of Happyness (2006) memuat kisah haru sekaligus inspiratif. Film ini mengisahkan hidup seorang salesman bernama Christopher Gardner. Pekerjaan yang gagal, membuatnya ditinggal sang istri dan kehilangan apartemen.

Bersama putranya yang masih kecil, ia hidup di jalanan sambil menjajakan barang. Terkadang mereka berebut tempat singgah dengan tunawisma lainnya saat menjelang malam. Meski hidup susah, ia tetap bertahan dan berjuang demi hidup yang lebih baik.

Tak kalah menyayat hati, film Time Out of Mind (2014) sangat bagus untuk ditonton. Film ini menceritakan perjalanan hidup George, seorang tunawisma. Ia hidup sendirian di jalanan setelah diusir dari rumahnya.

Merasa kalut dan tersadarkan, George ingin bertemu dengan anak perempuannya. George pun bergegas mencari perlindungan ke sebuah pusat penampungan tunawisma di Manhattan. Di sana, ia bertemu kenalan yang bisa membantunya terhubung kembali dengan putrinya.

Film tunawisma ini sayang banget untuk dilewatkan. Melibatkan polisi dan staf perpustakaan, The Public (2018) mengusung cerita yang seru. Film ini bercerita tentang sekumpulan tunawisma yang mengungsi di perpustakaan akibat cuaca dingin yang ekstrem.

Staf yang bekerja di sana sampai kewalahan mengurus tingkah laku para tunawisma ini. Melihat fenomena tak lazim ini, polisi sempat datang dan mengamankan perpustakaan tersebut.

Penasaran dengan kelanjutannya? Yuk, tonton film ini segera!

Seperti judulnya, The Lady in The Van (2015) ialah film yang mengisahkan Mary Shepherd, seorang perempuan tua yang hidup dalam mobil van. Ia kemudian bertemu Alan Bennet yang mengizinkannya memarkir mobil di depan jalan masuk rumahnya. Selama hidup bertetangga, Bennet mulai merasa simpatik pada Shepherd.

Persahabatan keduanya terlihat manis. Seiring berjalannya waktu, Bennet mengetahui fakta bahwa Shepherd adalah mantan murid pianis yang berbakat, ia juga mencoba menjadi seorang biarawati. Namun, pengalaman itu membuatnya terlibat kecelakaan dan terperangkap dalam ketakutan akan penangkapan.

Sulitnya kehidupan seorang anak laki-laki tunawisma bisa kamu temukan dalam film Homeless (2015). Film ini dibuat dengan latar tempat penampungan dan para tunawisma sungguhan. Oleh karena itu, suasana dalam film ini terasa sangat nyata.

Homeless (2015) berfokus pada kehidupan Gosh, anak yang hidup di penampungan tunawisma setelah neneknya meninggal. Suatu saat, ia tersesat dan tak tahu arah pulang ke penampungan. Diselimuti rasa putus asa, Gosh akhirnya menemukan hidup yang lebih baik.

The Justice of Bunny King (2021) adalah film tunawisma tentang perempuan bernama Bunny yang juga seorang ibu. Status tunawisma yang melekat padanya, membuat anak-anaknya dirawat di panti asuhan. Untuk mencari uang, ia tinggal di rumah saudara dan mengerjakan pekerjaan rumah.

Suatu hari, ia memergoki kakak iparnya melakukan pelecehan pada anak tirinya sendiri. Karena mencoba membela, Bunny pun diusir dari rumah itu. Setelah menemukan tempat singgah sementara, ia melakukan aksi tak terduga yang sangat mengharukan.

Terakhir, ada film Sugar (2013) yang bercerita tentang kehidupan gadis tunawisma yang menderita PTSD. Namanya, Sugar, stres yang ia alami disebabkan oleh kisah masa lalunya yang mengerikan. Ia kehilangan seluruh keluarganya dalam sebuah kecelakaan mobil.

Sugar hidup dengan sekelompok teman yang senasib dengannya di jalanan pantai Venice. Di tengah rasa sakit akan masa lalunya, seseorang datang dan membantunya bangkit. Namun, dunia baru yang ia jalani tiba-tiba runtuh ketika ia bertemu dengan orang yang sangat ia hindari.

Tunawisma adalah fenomena yang miris, tetapi benar-benar nyata terjadi. Setelah menonton rekomendasi film tunawisma di atas, kamu akan tersadarkan oleh suatu fakta yang sering kali dianggap remeh. Memiliki rumah adalah salah satu keberuntungan dan anugerah yang harus disyukuri.